Quantcast
Channel: Sunu Family
Viewing all 257 articles
Browse latest View live

[Share] Chikupunya: 2014 in review

$
0
0

Menarik sekali melihat bagaimana rangkuman dari catatan perjalanan dan pengalaman hidup setahun kemarin. Terima kasih WP, sudah membantu mencatatnya. Semoga tahun ini lebih semangat lagi menorehkan kisah di sini. Ganbarimashou :)!

The WordPress.com stats helper monkeys prepared a 2014 annual report for this blog.

Here’s an excerpt:

The concert hall at the Sydney Opera House holds 2,700 people. This blog was viewed about 24,000 times in 2014. If it were a concert at Sydney Opera House, it would take about 9 sold-out performances for that many people to see it.

Click here to see the complete report.



[Video] Samih – Forgive by Maher Zain

$
0
0

Saya sedang suka sekali dengan lagu ini. Tentang memaafkan….

Translation of the Lyrics

FORGIVE

your heart is poor can’t stand or bear
to stay in fight, no he cann’t

your primitiveness call him in clarity whatever happen
forgive and excuse you are the winner and tomorrow you recompense

forgive you are the winner
forgive, excuse, pardon, remit your degree will be elevate and your heart will be clear

forgive you are the winner
forgive and live to have the distinction to be a stronger society, forgive

we discuss and disagree but don’t carry hard feelings
our humanity invite us to communicate

if we didn’t accord, accept that
forgive and excuse you are the winner and tomorrow you recompense

forgive you are the winner
forgive, excuse, pardon, remit your degree will be elevate and your heart will be clear

forgive you are the winner
forgive and live to have the distinction to be a stronger society, forgive

be a hand by the good giving, and a guide by the love happy
be a peacemaker for who disagree

be a remedy for a heart wound, smile and spread the goodness

forgive you are the winner
forgive, excuse, pardon, remit your degree will be elevate and your heart will be clear

forgive you are the winner
forgive and live to have the distinction to be a stronger society, forgive

Taken from http://lyricstranslate.com/en/sameh-forgive.html#ixzz3OxJ1VxWx


Sepuluh ‘Dosa’ Saat Menulis Email

$
0
0

Chikupunya:

Penting sekali ini, tidak hanya buat saya tetapi juga buat yang merasa “aktivis” berkomunikasi di dunia maya :D

Originally posted on a madeandi's life:

Seharusnya saya beri judul tulisan ini “Tips Menulis Email yang baik dan benar” tapi mungkin kurang sangar makanya saya ganti menjadi seperti judul sekarang. Dulu saya berpikir bahwa menulis email itu begitu mudah, semua orang bisa dan tidak perlu diajari. Semakin lama saya semakin ragu dengan pemahaman itu. Dalam beberapa hari terakhir saya bahkan jadi yakin bahwa menulis email itu tidak mudah dan saya merasa tergerak untuk berbagi pemahaman saya. Tulisan ini berdasarkan ratusan email yang saya terima baik dari mahasiswa maupun dari mitra di luar universitas. Ada sepuluh hal penting yang perlu diperhatikan:

View original 1,320 more words


[Share] Belajar: Tata Pemerintahan yang Baik

$
0
0

Tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini. Itu yang amat saya yakini. Sesuatu yang kita anggap sebagai hal biasa yang tak ada kaitannya, suatu ketika kita temukan hal lain yang melengkapi kepingan misteri tersebut.

Adalah suatu ketika saya mengikuti suatu interview seleksi CPNS tahun 2008. Sang interviewer bertanya pada saya, apa itu good governance. Secara teoritis, saya ingat tentang hal ini karena pernah diajarkan saat menuntut ilmu di bangku kuliah dulu. Namun jujur, secara praktiknya, saya tidak paham benar mengapa dan bagaimana good governance itu.

Sampai pada akhirnya, di penghujung tahun 2014 (in which 6 years after my interview happened), saya dihadapkan dengan pengalaman hidup yang “menuntut” saya untuk belajar secara langsung tentang praktik good governance atau tata pemerintahan yang baik (see more about: good governance)

Sumber: dari SINI

Sumber: dari SINI

Untuk mengisi waktu tenggang antara kelulusan saya dari Taiwan sampai keberangkatan lanjut studi S3 September 2015 nanti (semoga lancar dan rezeki, aamiin), saya memilih untuk menjalani waktu ini dengan bekerja secara freelance dan magang. Banyak yang bertanya mengapa magang? Tidak bekerja profesional sekalian?

Alasannya, pertama supaya saya bisa fokus untuk persiapan aplikasi untuk S3 nanti, kedua sambil menunggu (dan cari-cari) yang berani bertemu dengan bapak saya (*hard-code), ketiga tanpa menyia-nyiakan waktu, tetap mencari pengalaman + meningkatkan life-skill, dan yang terakhir juga supaya tetap bisa nabung untuk misi backpacking berikutnya. Selain itu, agak susah juga apabila menyambi hal-hal tersebut di atas sambil kerja yang “beneran”.

Kembali ke topik. Maka, saya memutuskan untuk menjadi freelancer dengan beragam jenis pekerjaan, mulai dari sopir, note-takers sampai ke asisten peneliti. Satu hal yang saya tak sangka-sangka, ternyata benang merah dari pekerjaan freelance yang saya lakukan adalah terkait dengan good governance. Topik ini pula yang saya dalami di tempat magang (mulai awal Januari sampai akhir Maret nanti).

Dulu, good governance merupakan topik yang tidak menarik minat saya sama sekali. Selain karena “jauh”, juga karena membuat pusing sekaligus sakit hati ketika menonton perkembangan politik di negeri ini. Tapi, sepertinya ini semua sudah diatur oleh-Nya untuk saya, berhadapan dan menyaksikan langsung praktik-praktik di dunia pemerintahan dari sumber primer dan ahlinya.

Apa yang biasanya hanya saya lihat di layar kaca atau baca melalui media massa, kini saya (harus) alami dan saksikan secara langsung dari sumbernya. Berdiskusi dengan berbagai praktisi dan ahli di bidang ini membuat saya belajar untuk lebih “ngeh” dan menginternalisasi – menyerapnya – ke dalam. Apa itu sejatinya good governance, seperti apa dan siapa yang pantas disebut “berhasil” dalam mewujudkan good governance, dsb. Memang, sesuatu akan lebih terasa efeknya ketika itu tidak hanya dipelajari secara teoritis, tetapi juga perlu dirasakan, dialami secara langsung.

Lagi, walau saya belum tahu apa sebenarnya maksud dari pengalaman yang saya alami saat ini (dan pengaruhnya di masa depan), tapi saya yakin segala sesuatu pasti ada hikmahnya dan tak ada yang sia-sia. Either it is a blessing, or a lesson. Apakah mungkin suatu saat nanti ini bisa menjadi modal buat saya untuk ikut serta, turun tangan langsung menjadi aktor dalam mewujudkan good governance di tanah air tercinta? Wallahua’lam.

PS: Special thanks untuk Mas Muli atas kesempatan pengalamannya yang diberikan untuk saya “mengenal” para walikota inovatif dan “berhasil”, juga Ade + Kemitraan yang memberikan saya kesempatan untuk belajar lebih banyak tentang good governance selama magang 3 bulan ini. Jazakumullah khoiran katsir.


[Share] Dream: Trans-Siberian Railway

$
0
0

This is one of my “craziest” and “biggest” dreams. Traveling around the world by riding “trans-siberian” railway, crossing Russia – Mongolia – China

Saya sudah punya mimpi ini sejak lama. Namun saya tergelitik untuk mempostingkannya ke sini (supaya tidak lupa) dikarenakan seorang kawan dekat dari Taiwan melakukan perjalanan ini dari Finland sampai ke Shanghai. Ia menawarkan saya kartu pos untuk dikirimkan dari beberapa kota yang ia singgahi selama perjalanan. Mantaaab!

Dan kemudian beberapa pekan lalu seorang kawan semenjak kuliah dulu sampai sekarang magang bareng, juga mengatakan hal serupa. Punya mimpi menjelajahi Rusia sampai China dengan kereta ini. Sungguh, hal tersebut membuat saya jadi berambisi lagi untuk merealisasikan mimpi ini suatu saat nanti.

Setelah browsing beberapa website, saya lihat bahwa perjalanan ini bakal cukup panjang. Bisa bayangkan melintasi Moscow sampai Beijing sepanjang 7.865 km lewat jalur darat bakal memakan waktu berapa lama? Kalau non-stop sekitar 6 hari. Bayangkan juga gimana pegel dan gempornya? Belum lagi kalau kita mau singgah di beberapa kota selama perjalanan, harus dipersiapkan dengan mantab tuh planning-nya :)

Terkait “kegemporan” dalam berperjalanan kereta jarak jauh sudah pernah saya lakukan dengan “gila”nya saat melakukan solo traveling dari Beijing – Wuhan – Xian – Beijing pada waktu summer tahun 2010 lalu. Total tempuh perjalanan kereta mencapai sekitar 3,000 km lebih, dijalani dalam waktu 5 hari (sambil mampir-mampir). Jadi paling tidak, saya sudah memiliki gambaran umum bakal seperti apa melewati 9,000 km jalur darat. Tinggal 3 kali lipatkan dengan pegal-pegal yang dulu. hahaha….

Dari sisi biaya, untuk harga tiket Trans-Siberian Railway (Moscow – Beijing one way) sekitar USD 750 – 1,200. Harga tergantung apakah non-stop trip ato berhenti di beberapa kota, juga tergantung jenis kelas yang diambil; 2 bed sleepers atau 4 bed sleepers di dalam satu kompartemen (kamar) dan juga jenis keretanya. Info lengkap tentang harga dan details perjalanan ini bisa dicek di SINI atau INI. Hal lain yang dipertimbangkan adalah pasokan makanan selama perjalanan dan kebutuhan lainnya kalau mampir-mampir. Jadi paling ndak perlu nyiapin sekitar USD 2,000 – 3,000 untuk perjalanan ini XD

Semoga suatu hari nanti, diberikan rezeki, kesempatan, waktu dan kesehatan untuk merealisasikannya. Semoga Allah meridhoi. Aamiin yaa Rabb.

PS: Buat my (future) partner dunia akhirat, siap-siap nabung dan kencangkan ikat pinggang buat merealisasikan rencana ini ya :D. hahahaha


[Share] Saatnya Bergerak, Memperjuangkanmu

$
0
0

Setelah beberapa bulan yang lalu (tepatnya September 20114) saya menuliskan, “Untuk Para Calonku“, kini saatnya saya bergerak, memperjuangkanmu :”). Bismillah….

Saat yang saya nanti-nanti akhirnya datang juga. Kesempatan yang ditunggu ini, ternyata datangnya lebih cepat dari yang saya kira. MaashaAllah. Di satu sisi, ada rasa bahagia yang amat membuncah, namun pada sisi lainnya, ada sedikit rasa khawatir tentang berbagai kemungkinan yang tak sesuai harapan. Namun, saya coba tepis semua perasaan negatif itu dan memilih untuk berfokus pada ikhtiar untuk berjumpa kembali dan membersamai calon saya itu :)

Segala persiapan sudah saya lakukan, termasuk hal-hal yang saya lakukan sepulangnya dari bumi Formosa pada akhir Oktober lalu. Berbagai informasi saya kumpulkan untuk lebih jauh mengenalnya. Kini saatnya, segala “amunisi” saya kerahkan, untuk berjuang di medan pertempuran ini.

Oya, saya lupa. Let me introduce (para) calon saya yang ada di Turki ;):

  1. BOGAZIÇI UNIVERSITY – Department of Political & IR (English) – Istanbul. Ini merupakan universitas yang paling top di Turki, menurut my Turkish friend sehingga persaingannya jauh lebih ketat dan sulit XD. Di kampus ini, ada profesor yang saya kagumi sejak tahun 2009 lalu. Saya pernah membaca publikasi beliau, yang sangat sesuai dengan minat studi dan penelitian saya.
  2. Marmara University – Department of Political Science and Int. Relations – Istanbul. Saya tertarik kampus ini karena ada profesor yang juga expert di bidang yang saya tekuni. Namun saya belum tahu terlalu banyak tentang profesor tersebut.
  3. Middle East Technical University (METU) – PhD program in Area Studies (English) – Ankara. Ini satu-satunya kampus yang menawarkan program PhD yang paling sesuai dengan concern saya.
  4. FSMVU (swasta) – Civilization Studies (English) – Istanbul. Ini adalah calon saya yang paling awal, namun seiring dengan berlalunya waktu, saya menemukan calon-calon lainnya ;)
  5. Koc University (swasta) – Ph.D. Program in Political Science and International Relations
  6. Bilkent University – IR department
  7. Istanbul University – Department of IR (Turkish)

Nah, kalau ditanya mengapa saya memilih Turki, karena beberapa hal. Namun alasan-alasannya baru akan saya bagikan ketika proses memperjuangkannya selesai ;)

Untuk rekan-rekan yang juga tertarik untuk lanjut studi dan mau berjuang bersama, silakan simak informasi berikut (sumber: dari FB Turkiye Burslari dan sahabat di Istanbul).

Applications for 2015 Türkiye Scholarships Start!

10942587_788694457888362_2892641216511631661_n

Applications for Türkiye Scholarships undergraduate, master and PhD programme will start in February 2015. Deadline will be announced later on our website. Application term usually last approximately 30 days.

Further information:

Setelah 9 tahun berselang, semoga Allah memperkenankan dan meridhoi pertemuan kita kembali, tahun ini. Dear Turkiye :).


[Curhat] Mengelola Harapan

$
0
0

090114-bb1

Beberapa waktu lalu saya diingatkan kembali tentang bagaimana seharusnya mengelola harapan.

Dalam rencana hidup kita, tentunya ada banyak keinginan atau target yang ingin dicapai. Namun, seringkali dalam proses pencapaian keinginan/ target tersebut kita terlupa, mengapa dan untuk apa sejatinya kita mengejar hal tersebut.

Saya ditampar (kembali), supaya ingat akan esensi dalam melakukan segala sesuatu. Rasa ingin yang sangat, disertai harapan yang salah alamat, membuat hati mudah sekali tergelincir dari niat awal. Rasa was-was menjadi sering muncul, dan segala hal negatif (baik itu over pesimis atau over optimis) semakin melemahkan hati kita.

Rasa takut ditolak dan khawatir akan kegagalan menghantui: membayangkan betapa rasa sakitnya hati karena kekecewaan terhadap keinginan yang tidak teraih.

Seringkali kita mendengar “nothing to lose” saat mencoba sesuatu. Tapi sejatinya, menjaga hati agar benar-benar terjaga dan bersih dari rasa kecewa selama menjalani proses perjuangan, itu susah sekali melaksanakannya.

Memang, kita hanya manusia biasa. Bukan malaikat yang tidak memiliki hawa nafsu. Tapi justru di sinilah “seni” dalam kehidupan kita sebagai manusia, sepanjang hayat, selalu berjuang mengelola harapan dan keinginan, serta menjaga hati dalam berjuang melawan hawa nafsu.

Segala sesuatunya harus dikembalikan lagi kepada Sang Maha, dan segala niat, keinginan, harus terus dan selalu diulang, direview kembali mengapa dan untuk apa melakukannya. Karena manusia mudah sekali lupa. Maka senantiasalah berdoa agar niat kita bisa selalu terjaga. Dan kembalikan segala sesuatunya kepada Sang Pembolak-balik hati, sebagai satu-satunya tempat untuk menggantungkan harapan. Tak lupa, berkumpullah dengan orang-orang yang senantiasa bisa mengingatkan dan menasehati dalam kebaikan.

Mengutip nasihat kawan saya, penolakan merupakan sebuah cara Allah untuk memberikan yang jauh lebih baik bagi kita. Dan saya senantiasa percaya itu.

Alhamdulillah. Terima kasih, sahabat. Sudah mengingatkan saya kembali tentang hal ini. Semoga kita senantiasa bisa saling mengingatkan dan bersama-sama menjadi insan yang lebih baik lagi :)


[Travel] Berkunjung ke Brunei, Negeri para Sultan

$
0
0

Brunei. Yang terbayang adalah negeri mungil namun kaya raya dan banyak minyaknya. Sewaktu kecil dulu, ibu saya pernah mengatakan bahwa di Brunei sana ada istana dan masjid berkubah emas. hoho~ Langsung kebayang kisah-kisah negeri 1001 malam.

Untuk para traveler pada umumnya, bisa dikatakan bahwa Brunei bukanlah destinasi wisata yang jadi prioritas untuk dikunjungi, terutama jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Hal ini terlihat dari beberapa postingan dan review beberapa orang backpackers yang berseliweran di dunia maya. Kebanyakan dari mereka menyebutkan bahwa Brunei itu “membosankan”. Pun lagi dari sisi akomodasi dan transportasi di Brunei tidak semudah negara lainnya.

uy

Tapi, kata-kata mereka tak menyurutkan niat saya untuk berkunjung ke negeri Sultan ini. Karena saya yakin, se-apa-pun sebuah kota atau negara, pasti punya keunikan dan kekhasan masing-masing yang tidak dimiliki oleh tempat lain. Tak hanya dari sisi alamnya, tetapi juga dari sisi orang-orang dan budayanya. Terlebih setelah mengenal dunia antropologi dan sosiologi, jadilah setiap tempat, budaya dan orang-orang itu UNIK!

Berbekal jaringan pertemanan dan rencana “escape from thesis” menuju Northern Borneo (baca di SINI), sampailah saya di negeri para Sultan ini.  Alhamdulillah, saya memiliki seorang kawan asli Brunei, yang saya jumpai sekitar 7 tahun lalu (2007) di Vientiane, Laos pada sebuah event mahasiswa dan akademisi se-ASEAN.

Ini foto tahun 2007 itu. Saat masih muda dan langsing. Aih~

Ini foto tahun 2007 itu; Indonesian feat Bruneian

Langsung menuju cerita. Kunjungan saya ke Brunei ini hanya sebentar saja, kalau dihitung jam, gak sampai 24 jam; sampai di lokasi hari Jumat siang, berangkat lagi Sabtu pagi. Sungguh sangat singkat (*nyesek TT____TT). Belum lagi saya kurang informasi, bahwa hari Jumat adalah hari libur di Brunei. Jadi banyak lokasi dan tempat yang tidak beroperasi. Tapi tak mengapa. Waktu yang terbatas tersebut tetap bisa saya optimalkan dengan sebaiknya. Alhamdulillah, memiliki kenalan yang tinggal di daerah tersebut sangat membantu proses mengenal lokasi dengan efektif dan efisien.

Sebelum ke bagian jalan-jalannya, sedikit informasi, saat saya ke Brunei, jalur masuk yang saya lalui adalah lewat darat dari Miri (Sarawak) dengan menggunakan mobil sewa bersama yang saya pesan melalui penginapan backpackers di Miri. Sesampainya di perbatasan imigrasi Brunei, saya sempat dicegat. Kaget, karena untuk warga negara Indonesia, diwajibkan untuk menunjukkan uang cash sebesar B$ 300 (sekitar NTD 7,200 atau Rp 2.900.000) XD! Saya mendadak panik, karena saya tidak tahu persyaratan ini dan tidak pernah ada yang menyebutkan tentang hal tersebut di berbagai blog.

Saat itu, saya hanya memiliki beberapa Ringgit Malaysia dan Taiwan dollar saja, yang jumlahnya tidak sampai sepertujuh yang diminta. Alhamdulillah, dengan bantuan pak supir mobil sewa tersebut, saya bisa melewati imigrasi dengan lancar. Namun saya harus tetap bisa meyakinkan dengan mereka dengan menunjukkan kartu mahasiswa Taiwan, tanda booking penginapan dan informasi seputar kawan saya yang orang Brunei itu.

Yang menjadi pertanyaan, mengapa ada syarat “uang tunjuk” seperti ini? Berdasarkan penjelasan pak supir, beliau menyebutkan bahwa banyak sekali WNI yang secara ilegal bekerja di Brunei dan menyalahgunakan izin visa turis. Memang, gaji di Brunei (walo untuk pekerjaan informal or domestik) terbilang cukup tinggi, sehingga banyak orang yang mengadu nasib walaupun itu dengan cara yang nekat. Selain WNI, warga negara Vietnam termasuk juga sebagai “patut dicurigai”. Kebijakan ini mungkin tidak berlaku jika kita berkunjung ke Brunei melalui jalur udara.

Sekarang, mari menuju ke cerita jalan-jalannya. Terkait akses transportasi umum, jika dibandingkan ibukota negara lainnya, di Bandar Sri Begawan (BSB) bisa dikatakan cukup sulit untuk mendapatkannya. Hanya ada sedikit mini-bus yang beroperasi di jam-jam tertentu dan tidak setiap wilayah terlewati. Salah satu alasannya adalah karena tingkat ekonomi masyarakat Brunei yang cukup tinggi dan harga mobil serta bensin tergolong “murah”, maka transportasi umum tidak populer di negeri ini. Kebanyakan masyarakat menyetir sendiri kendaraannya. Saya sempat panik saat mengetahui kondisi ini. Tapi, Alhamdulillah kawan saya berbaik hati mengantar saya berkeliling BSB dengan mobil pribadinya. But, jangan khawatir, walau terbatas masih ada transportasi umum koq. Biayanya hanya B$ 1 per sekali naik per orang. Terlampir peta rute bisnya:

Brunei Bus Line

Brunei Bus Line

Nah, untuk akomodasi selama di BSB, bisa cek hostel di bawah ini. Informasi lengkap terkait akomodasi lainnya bisa click di SINI. Biaya penginapannya berkisar B$ 10 – 20 per orang per malam, tergantung jenisnya. Kalau saya, sewaktu di sana dibantu oleh kawan saya dalam mencari penginapan :D

IMG_5460

Halte bisnya seperti ini

Where to go in Bandar Sri Begawan? Yang pasti harus berkunjung ke SOAS, alias masjid kubah emas yang menjadi icon kota BSB ini. Kubahnya asli emas lho :D. Kalau gak percaya, silakan cek sendiri keasliannya.

SOAS!

SOAS!

SOAS: Sultan Omar Ali Saifuddin

SOAS: Sultan Omar Ali Saifuddin

Tampilan samping SOAS

Tampilan samping SOAS

Di sekitar SOAS, ada beberapa tempat wisata lainnya, seperti gedung pemerintahan dan juga pusat oleh-oleh. Untuk menuju ke daerah ini, ada cukup banyak transportasi umum karena letaknya memang berdekatan dengan terminal pusat kota.

Selain ke SOAS, kita bisa juga berkunjung ke Kampong Ayer (kampung Air) atau juga dikenal sebagai Venice of the East (Antonio Pigafetta).  Ada banyak rumah yang didirikan di atas sungai, bahkan menurut beberapa sumber, kampung ayer ini dihuni oleh lebih dari 30,000 orang! Bisa dibayangkan betapa luasnya kawasan di atas air ini. Orang-orang Brunei sudah tinggal di sini lebih dari 1300 tahun. Dari cerita kawanku yang seorang dosen Sejarah di UBD, ia menyebutkan bahwa pusat perdagangan dan juga kesultanan Brunei pada awalnya semua berada di atas air. Barulah di era modern kesultanan pindah ke daratan. Informasi lengkap tentang Kampong Ayer bisa dibaca di SINI. Buat yang ingin berkeliling, bisa menyewa perahu.

IMG_5474

Kampung Ayer!

Kemudian, setelah itu bisa berkeliling kota BSB, melewati istana Sultan yang benar-benar megah, museum nasional Brunei, makam para keluarga Kerajaan Sultan, dsb. Menurut penuturan teman saya, untuk mengelilingi BSB tidak perlu sampai sehari karena memang dari ukurannya, ibukota negara ini cukup kecil. Dengan mobil pribadi, bisa ditempuh 4-5 jam saja sambil mampir ke beberapa tempat. Tapi ingat, kalau mau ke Brunei sebisa mungkin selain hari Jumat ya supaya bisa masuk ke tempat-tempat tersebut. Khusus untuk istana sultan, masyarakat umum hanya bisa masuk ke sana saat Idul Fitri saja. Mungkin kalau ada yang mau berlebaran di Brunei, bisa tuh mampir ke istana sambil bertemu para Sultan dan keluarganya :)

Setelah puas berkeliling, teman saya mengajak makan ke sebuah restoran yang cukup terkenal di Brunei bernama Aminah Arif Restaurant. Masakan Brunei dari sisi tampilan dan rasa, tidak jauh berbeda dengan yang ada di tanah air. Hanya nama makanan dan juga campurannya saja yang berbeda. Ada semacam papeda bernama Ambuyat, yang terbuat dari tepung sagu. Biasanya ia dimakan dengan kuah gulai bercampur durian (seperti tempoyak). Oya, tak disangka, pramusaji di restoran tersebut adalah mas-mas yang berasal dari Jawa Tengah. Saya pun takjub, sambil kemudian mengajak ngobrol mas tersebut dengan bahasa Jawa. Dunia terasa sempit :)

IMG_5548

Makanan khas Brunei. Ada Ambuyat, semacam papeda dari Indonesia Timur

Bagi yang mencari oleh-oleh, untuk pusat perbelanjaan dan jajanan, bisa berkunjung ke daerah Gadong. Terdapat sebuah mall di sana, dan juga beberapa tempat makan semacam McD. Tapi saya tidak sempat masuk ke mall tersebut, hanya saja saya sempat diantarkan teman saya ke sebuah craft center untuk membeli beberapa magnet Brunei, kartu pos dan Sampul Hari Pertama (buat para filatelis pasti suka ini :D).

Ngomong-ngomong soal McD, saya teringat pada malam harinya, saya kesulitan menemukan akses internet yang gratis (*maklum backpacker gak modal :p). Setelah berkeliling, akhirnya saya temukan juga ada ada akses wifi gratis di McD. Namun untuk mendapatkan passwordnya, saya perlu bertanya ke mbak-mbak pramusajinya. Dengan membeli segelas es krim (menu yang paling murah :p), kemudian saya bertanya apa passwordnya :D. Setelah itu, cukup berdiri di luar McD, tanpa perlu jajan lagi, akses wifi bisa didapat. hahaha….

Oya, saya sempat mampir juga ke UBD alias Universiti Brunei Darussalam. Kampus ini terletak agak jauh dari pusat kota (walau sebenarnya gak jauh-jauh amat). Kampus UBD memiliki beberapa fakultas, dan juga asrama mahasiswa. Menurut kawan saya, di sini ada asrama super lux dan mahal luar biasa untuk para anak orang kaya Brunei. Dari situ, ada subsidi silang untuk mahasiswa yang kurang mampu agar bisa tinggal dan menuntut ilmu di UBD.  Belum terlalu banyak mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di Brunei. Tapi bagi yang tertarik, terdapat beasiswa yang ditawarkan oleh Pemerintah Brunei untuk warga negara Indonesia. Bagi yang berminat bisa cek informasinya via googling ya :)

Suasana kampus UBD yang asri

Suasana kampus UBD yang asri

Terakhir, satu hal yang berkesan dari kunjungan saya ke Brunei. Saat mampir ke sebuah masjid untuk sholat Ashar, saya sempat menyaksikan prosesi pernikahan khas Brunei di masjid tersebut. MaashaAllah, sungguh terpana. Secara kultural, tidak jauh berbeda dengan yang ada di Malaysia (Melayu) dan Indonesia (Sumatra). Pakaiannya sangat khas sekali. Kawan saya berkata, memang untuk akad nikah di Brunei biasanya diadakan pada hari Jumat sore, setelah sholat Ashar. Kemudian walimatul ursy-nya diadakan pada Jumat malam atau hari Sabtunya.

Pernikahan ala Brunei

Pernikahan ala Brunei

Selain itu, hal lain yang cukup membuat saya terkesan adalah diskusi saya dengan kawan saya terkait penerapan syariat Islam di Brunei, yang sempat mengguncang dunia melaluisikap tegas dan berwibawanya Sultan Bolkiah.  Menurut pandangan kawan saya, banyak orang yang kontra belum mengerti benar tentang apa itu syariat Islam yang sesungguhnya, namun mereka sudah keburu “anti” dan menganggap kejam. Ia menambahkan, dengan penerapan syariat Islam ini, Sultan Bolkiah berusaha untuk menjaga kehidupan masyarakat Brunei dengan lebih baik lagi.

Ah, andai saja saya punya waktu lebih, bisa berdiskusi panjang tentang hal ini dan juga Brunei secara keseluruhan. Semoga di waktu yang akan datang, saya bisa mendapat kesempatan berkunjung lagi dan belajar lebih dalam tentang negeri para Sultan ini. aamiin…



[Share] Trip Kita NGT Indonesia – Maret 2015

$
0
0

Alhamdulillah, langkah saya untuk memberanikan diri mengirimkan artikel singkat dan foto perjalanan ke National Geographic Traveler Indonesia disambut. Pada Sabtu, 27 Februari 2015 yang lalu, seorang kawan mengirimkan pesan singkat via whatsapp. Ia bermaksud mengonfirmasi temuannya di sebuah laman majalah. “Ada nama yang familiar di sini mbak. Apakah ini benar mbak?”, begitu katanya. Saya yang saat itu baru saja mengaktifkan hape, sontak kaget dan sekaligus senang mengetahuinya.

Captured by: Devina

Captured by: Devina

Tulisan ini saya buat sebagai langkah (konkrit) konkrit saya untuk perlahan-lahan (suatu hari nanti) mencapai mimpi besar menjadi seorang penulis dan kontributor di National Geographic, baik itu NatGeo Indonesia, NatGeo Traveler atau yang Internasional.  Alhamdulillah, semoga bisa lebih produktif menulis, kontributif, bermanfaat dan diridhoi Allah swt. aamiin

Special thanks untuk Jeng Icha dan suaminya yang telah menginspirasi saya mengirimkan tulisan ke Trip Kita, dan juga Jeng Devina atas foto dan informasinya :”).


[Share] Hijrah dan Niat

$
0
0

hijrah

Manusia selalu dihadapkan dengan pilihan dalam setiap langkahnya. Termasuk ketika memutuskan untuk berhijrah. Hijrah di sini dapat diartikan secara luas, yaitu pindahnya ia menuju ke suatu tempat atau kondisi yang dianggap lebih baik. Entah karena alasan ekonomi, sosial, pendidikan maupun keamanan. Tulisan ini saya buat sebagai pengingat diri saya sendiri, yang sedang menjalani proses ikhtiar untuk ber”hijrah” karena alasan meraih pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Suatu ketika, hati saya diingatkan, untuk meluruskan niat dalam ikhtiar ini. Seharusnya, apa yang saya lakukan bukan hanya karena mengejar gelar, ambisi traveling keliling dunia (terselubung), mengejar jodoh (*eh) atau hal-hal lain yang sifatnya keduniawian semata. Seharusnya lebih jauh dari hal-hal tersebut, yaitu ikhtiar untuk lebih dekat pada-Nya dan menggapai ridho-Nya.

Kembali, saya harus merenungi dalam-dalam makna dan hikmah dari Hadist Arba’in pertama yang berbunyi:

“Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.”

(Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naishaburi dan kedua kitab Shahihnya yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang).

Begitu juga dalam keseharian kita. Niat harus senantiasa dimurnikan, dan perbanyak memohon ampunan-Nya (istighfar). Mari, saling mengingatkan

Catatan :

Hadits ini merupakan salah satu dari hadits-hadits yang menjadi inti ajaran Islam. Imam Ahmad dan Imam syafi’i berkata : Dalam hadits tentang niat ini mencakup sepertiga ilmu. Sebabnya adalah bahwa perbuatan hamba terdiri dari perbuatan hati, lisan dan anggota badan, sedangkan niat merupakan salah satu dari ketiganya. Diriwayatkan dari Imam Syafi’i bahwa dia berkata : Hadits ini mencakup tujuh puluh bab dalam fiqh. Sejumlah ulama bahkan ada yang berkata : Hadits ini merupakan sepertiga Islam.

Hadits ini ada sebabnya, yaitu: ada seseorang yang hijrah dari Mekkah ke Madinah dengan tujuan untuk dapat menikahi seorang wanita yang konon bernama : “Ummu Qais” bukan untuk mendapatkan keutamaan hijrah. Maka orang itu kemudian dikenal dengan sebutan “Muhajir Ummi Qais” (Orang yang hijrah karena Ummu Qais).

Pelajaran yang terdapat dalam Hadits / الفوائد من الحديث :

  1. Niat merupakan syarat layak/diterima atau tidaknya amal perbuatan, dan amal ibadah tidak akan mendatangkan pahala kecuali berdasarkan niat (karena Allah ta’ala).
  2. Waktu pelaksanaan niat dilakukan pada awal ibadah dan tempatnya di hati.
  3. Ikhlas dan membebaskan niat semata-mata karena Allah ta’ala dituntut pada semua amal shalih dan ibadah.
  4. Seorang mu’min akan diberi ganjaran pahala berdasarkan kadar niatnya.
  5. Semua perbuatan yang bermanfaat dan mubah (boleh) jika diiringi niat karena mencari keridhoan Allah maka dia akan bernilai ibadah.
  6. Yang membedakan antara ibadah dan adat (kebiasaan/rutinitas) adalah niat.
  7. Hadits di atas menunjukkan bahwa niat merupakan bagian dari iman karena dia merupakan pekerjaan hati, dan iman menurut pemahaman Ahli Sunnah Wal Jamaah adalah membenarkan dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan.

Sumber Hadist dari SINI.


[Share] Idealisme Tjokroaminoto

$
0
0

Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat” – HOS Tjokroaminoto

Saya baru sadar tentang siapa sosok Tjokroaminoto setelah menonton Mata Najwa semalam yang membahas tentang “Guru Bangsa, Tjokroaminoto”. Nama Cokroaminoto sangat tidak asing di telinga saya. Dalam rentang waktu 7 tahun selama tinggal di Yogyakarta, saya selalu melewati jalanan dengan nama ini. SMA saya, terletak di sisi barat Yogyakarta, H.O.S. Cokroaminoto No. 10. Tapi, (jujur) sampai kemarin malam tidak pernah terlintas di benak saya, siapakah sosok Cokroaminoto dan mengapa namanya diabadikan di salah satu jalan protokol di Yogyakarta tersebut.

Terkejutlah saya ketika mengetahui bahwa sosok ini merupakan sosok paling penting dalam era awal perjuangan bangsa ini. Ia merupakan tokoh kunci, guru dari berbagai tokoh yang namanya terukir dalam buku-buku sejarah tanah air, merekalah Soekarno, Semaun, dan Kartosuwiryo.

Yang membuat saya penasaran, bagaimana sosok pendiri Sarekat Islam (SI) ini, bisa mendidik dan menghasilkan murid-murid dengan ideologi yang begitu berbeda satu sama lain; Soekarno dengan nasionalismenya, Musso dengan ideologi sosialis/ komunis, dan Kartosuwiryo dengan Islamnya.

Hal lain yang menjadi pertanyaan besar saya, bagaimana caranya Cokroaminoto bisa menggerakkan masyarakat melalui Sarekat Islam? SI yang awalnya hanya merupakan organisasi biasa di bidang perdagangan, kemudian bertransformasi menjadi partai politik. SI disebut-sebut sebagai partai dengan keanggotaan yang besar (yang pada saat itu mencapai 2 juta orang, meliputi wilayah Jawa dan Madura), dan lagi ada suatu kebanggaan bagi masyarakat untuk menjadi anggota SI. Hal yang menurut saya, di zaman sekarang ini, sangat langka dimana dunia politik dan partai politik sudah dianggap sangat kotor, dibenci bahkan dihina. Politik saat ini hanya dilihat sebagai alat peraih kekuasaan dan harta.

Saya rindu dengan sosok-sosok negarawan yang masih memiliki idealisme, menjunjung tinggi ilmu dan pendidikan, memegang teguh ketauhidannya, serta mengerti benar bagaimana caranya menggerakkan roda negeri ini. Saya ingin sekali bertemu dengan negarawan dengan ciri seperti para tokoh bangsa ini, yang menunjukkan ciri seperti HOS Cokroaminoto sebutkan: Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat.


[Share] Kesiapan Pemuda untuk Kemandirian Bangsa

$
0
0

Indonesia telah dikenal dunia dengan berbagai potensinya, tidak hanya dari aspek sumber daya alamnya, tetapi juga seluruh aspek yang menyangkut sumber daya manusianya. Akan tetapi, bangsa kita tidak boleh terlena dan merasa cukup dengan adanya potensi-potensi tersebut. Dalam era yang semakin mengglobal ini persaingan semakin ketat sehingga untuk dapat bertahan, tiap bangsa dituntut untuk terus bergerak membangun kemandiriannya, baik secara internal maupun eksternal.

Nasionalisme

Mulai akhir tahun 2015 ini, ASEAN Economic Community akan mulai diterapkan, yang berarti negara-negara ASEAN bersepakat untuk membuka masing-masing negara dan memberikan akses terbuka terhadap aliran barang (goods), jasa (services), investasi (investment), modal (capital) dan tenaga terampil (skilled labor). Di satu sisi hal ini menjadi tantangan yang sangat besar dan nyata bagi masyarakat Indonesia. Namun sebaliknya, hal ini juga dapat menjadi kesempatan bagi bangsa kita. Untuk itu, keunggulan komparatif yang telah dimiliki oleh Indonesia berupa sumber daya alam, energi dan tenaga kerja yang melimpah, tidak lagi cukup untuk meraih kemandirian bangsa.

Berdasarkan pendapat BJ Habibie (2008), keunggulan yang perlu ditingkatkan oleh bangsa ini adalah keunggulan kompetitif untuk memberi kemampuan dalam pengelolaan sumber daya yang sudah dimiliki Indonesia agar mampu bersaing dengan bangsa lainnya. Pemuda sebagai generasi penerus, dituntut untuk ikut berpartisipasi aktif dalam mewujudkan kemandirian bangsa di tengah tantangan global tersebut. Tidak dapat dipungkiri, sejak awal perjuangan kemerdekaan Bangsa Indonesia, pemuda Indonesia telah terbukti menjalankan peranan yang penting dan memberikan kontribusi yang besar. Dan peranan ini seyogyanya akan terus diberikan untuk membangun dan menjaga tanah air. Generasi muda dan ilmu pengetahuan dapat menjadi sumber kekuatan dalam pembentukan kemandirian bangsa tersebut.

Hal-hal yang bisa dilakukan oleh pemuda dalam mengoptimalkan potensi ilmu pengetahuan untuk mencapai kemajuan dan kemandirian kolektif bangsa, antara lain:

  1. Pemetaan dan Pemahaman tentang Potensi Indonesia

Hal yang perlu dan penting dilakukan pertama kali adalah memetakan dan memahami potensi yang dimiliki oleh Indonesia. Prof. Zuhal, Guru Besar Universitas Indonesia, dalam bukunya yang berjudul “Kekuatan Daya Saing Indonesia: Mempersiapkan Masyarakat Berbasis Pengetahuan” (2008), menyebutkan beberapa modal yang dimiliki oleh bangsa Indonesia:

  1. Modal Pengetahuan. Menggunakan pengetahuan untuk mencari terobosan teknologi bagi pembangunan ekonomi yang berdaya saing,
  2. Modal Manusia. Individu yang mampu berinisiatif dan berkreasi melakukan hal-hal baru dengan semangat kewiraswastaan,
  3. Modal Sosial. Kemampuan membangun kepercayaan, solidaritas sosial, infrastruktur pendidikan, kesehatan dan perekonomian rakyat,
  4. Modal Budaya. Kemampuan mengembangkan budaya sendiri, serta menyaring dan mengglokalisasikan budaya global,
  5. Modal Alam dan Lingkungan. Kemampuan menjaga kualitas lingkungan dan sumberdaya alam untuk pembangunan berkelanjutan.

2. Pendidikan

Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas adalah melalui pendidikan. Tiap individu memiliki ketertarikan dan passion keilmuan masing-masing. Dengan mendalami bidang yang kita pelajari secara serius, hal ini akan menciptakan profesionalitas dan keahlian. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa esensi pendidikan mencakup tiga aspek utama: memperluas ilmu dan pengetahuan (emphasizing knowledge), menumbuhkan kedewasaan berpikir (growing maturity), dan membentuk sikap untuk menjadi lebih baik dan bijak (developing good manners). Sehingga pendidikan di sini tidak hanya secara sempit diartikan sebagai menuntut ilmu di berbagai institusi formal dan bergelar, tetapi juga pendidikan non-formal yang bisa membantu proses dalam memperoleh serta menerapkan ilmu secara berkelanjutan, serta menjadikan sosok ilmuwan yang bijak dalam berpikir dan bertindak.

  1. Kemampuan Kepemimpinan (Leadership Skill)

Kemampuan kepemimpinan merupakan sebuah keniscayaan yang diperlukan dalam menerapkan dan menjalankan implementasi dari ilmu pengetahuan yang sudah diperoleh. Kepemimpinan tidak selalu diartikan sebagai pemimpin dalam sebuah organisasi atau kelembagaan, tetapi kemampuan dalam memimpin diri sendiri dan senantiasa menumbuhkan soft-skill tersebut. Beberapa kompetensi kepemimpinan yang perlu ditumbuhkembangkan masing-masing pribadi mencakup: kemampuan berkomunikasi (communication), pengambilan keputusan (decision making), pengelolaan tugas dan pekerjaan (managing work), adaptasi (adaptation), pengambilan aksi inisiatif (initiating action), memberikan dampak (impactful) serta kemampuan untuk mengembangkan kapasitas dan kapabilitas orang lain (develop and coach others).

  1. Kemampuan Bahasa Asing

Dalam dunia yang semakin mengglobal, penguasaan Bahasa asing menjadi penting. Tidak hanya dalam rangka berkomunikasi, tetapi juga dalam penyebaran ide serta pengetahuan kepada masyarakat dunia. Untuk menjadi bangsa yang mandiri dan berdikari, kemampuan ini perlu dikembangkan agar masyarakat kita dapat bersaing secara global.  Setelah memiliki keahlian di bidang masing-masing, ditunjang dengan kemampuan kepemimpinan dan pemahaman grass-root, maka dengan penguasaan bahasa asing ini dapat mendorong tercapainya generasi dengan kompetensi kelas dunia (world-class competence).

Selain keempat hal tersebut di atas, diperlukan pula penerapan ilmu pengetahuan dan yang dipadu dengan teknologi, investasi, persepsi dan inovasi (BJ Habibie, 2008). Setelah melihat tantangan nyata dan kesempatan tersebut, kini saatnya generasi muda Indonesia perlu bergerak (tidak hanya lagi bersiap) melakukan aksi nyata. Dengan adanya pemuda yang senantiasa meningkatkan kemampuannya secara individu dalam penguasaan intelektual (ilmu pengetahuan dan teknologi), hal ini dapat mendorong tercapainya kemandirian bangsa secara kolektif, serta bangsa kita akan lebih siap dalam menghadapi persaingan global. *Tulisan ini dibuat dan diterbitkan dalam Buletin Akselerasi MITI Mahasiswa edisi Maret 2015


[Academic] The Role of the NGO and Government Organization in the Education Development in Indonesia’s Border Islands

$
0
0

Case Study of Gerakan Indonesia Mengajar and SM3T*

By: Retno Widyastuti
International Master’s Program in Asia Pacific Studies
National Chengchi University
Taipei, Taiwan

*This paper was presented in 2013 IGU Islands Conference in Penghu, Taiwan Oct 1-5, 2013

Abstract— Indonesia is an archipelagic state with more than 17,000 islands. Some of those islands are located in the border of Indonesia with the other countries, which has some sensitive issues with national sovereignty. It’s not only related to the security, but also economic, politics and social issues. To prevent the threat for sovereignty, one of the ways is by developing those areas to increase their national consciousness.

Education has been becoming important part of development process and education not only helps in upward mobility of a society, but it is also a vehicle for socio economic development of the country. To reach that goal, it needs participation from many levels. In this study, it will assess and analyze the role of NGO and government organization in the education development, especially to fulfill the lack number of teacher’s distribution in Indonesia’s remote and border islands, with the case study of Gerakan Indonesia Mengajar and SM3T. The method of this study is qualitative with analytical descriptive from secondary data and interviews.
Keywords-component; Border Islands, Education Development, Gerakan Indonesia Mengajar, National Consciousness, Teacher Distribution, SM3T

I. INTRODUCTION

Indonesia is an archipelagic state that has more than 17,000 islands, with more than 250 million citizens live (July 2013, estimation) [1]. These facts create challenges in Indonesian education, especially limited access for getting qualified primary education in remote areas, especially in the front line such as islands in border area of Indonesia.

Geo-politically, Indonesia located between two continents and two oceans, and border with nine countries. According to Ministry of Ocean and Fisheries of Republic of Indonesia [2], there are 92 islands that directly border by sea with nine countries, such as Malaysia (21 islands), Vietnam (2), the Philippines (12), Palau (7), Papua New Guinea (1), Australia (26), Timor Leste (5), India (11) and Singapore (4).

Most of the Indonesia border region is still left behind in terms of development in social, infrastructure, and economy. Most of the paradigm see that border region as an area that needs to be closely monitored due to the intruder, international illegal activity, etc. This view creates a development paradigm makes more emphasis on border security approach rather than social and economy approach. As a result, some areas in the border region still untouched by dynamics of Indonesia national development. The people in the border region is still remainly poor and many are oriented to the neighboring countries [2] in which can be very dangerous for national sovereignty. To prevent this situation, one of the ways is by development, not only physically (infrastructure, economy and trade) but also human development. Education has been becoming important part of development process and education not only helps in upward mobility of a society, but it is also a vehicle for socio economic development of the country.

In this paper, it will describe the role of government and also NGO, especially on developing primary education in Indonesia’s border region. As for the case study, it will describe about the role of recently well known NGO in Indonesia, named Gerakan Indonesia Mengajar and also SM3T, a newly program initiated by Ministry of National Education and Culture, Republic of Indonesia.

These two initiatives have similar pattern; recruiting university graduates to be a teacher in remote area for one year service. Their mission is to fulfill the lacking of number of teacher and also to be a new benchmark for escalating education’s quality in remote area. Their presence is also for developing the basic education for national consciousness in border islands.

II. EDUCATION IN INDONESIA

Started in 2005, the government of Indonesia tend to be more serious on developing the nation’s education. Based on the Government Regulations No. 25 about National Medium-Term Development Plan Medium-Term period 2004 – 2009, it mentioned that education is one of the main priorities in the national development agenda, namely the priority for increasing access to quality education.

Based on the 1945 Constitution of Republic of Indonesia Preamble paragraph IV, it mentioned the promise and mandate of independence; “…to establish a government of the State of Indonesia which shall protect the whole Indonesian people and their entire homeland of Indonesia, and in order to advance their general welfare, to promote the intellectual life of the nation, and to contribute to implementing order in a world founded upon independence, eternal peace and social justice…”.

Related to the education, it is already being mandated that our duty is to“promote the intellectual life of the nation”. From the Constitution of the Republic of Indonesia 1945 in Article 31 Paragraph (1), mentioned shall be that every citizen is entitled to education, and (3) confirms that the Government establish and conduct a national education system that enhances faith and piety and noble character in the context of the intellectual life of the nation, in which governed by of Law.

National education aimed to improving intelligence, as well as dignity of the nation. National education also should be able to develop a sense of patriotism, strengthen the national sspirit, and a sense of social solidarity. Thus, it is appropriate for all education services to targeting all school-age children to get proper education, wherever they are.

Quantitatively, Indonesia has quite sufficient amount of teacher. However, the distribution and quality are generally still low. Throughout Indonesia, including Ministry of National Education (MoNE) and the Ministry of Religious Affairs (MoRA), as well as private institution, there are more than 167,000 primary schools, 34,000 junior secondary schools and 17,000 senior secondary schools spread across some 440 districts and municipalities. Some schools are extremely isolated from the capital city, and/or their district centre and their remote location that creates problems in terms of teacher employment and deployment [4].

This can be evidenced by the number of teachers that do not achieved education in university level and get teaching certification, especially for those who are live in remote areas in Indonesia. Only 17% of primary teachers hold the proposed new standard of S1 (bachelor degree) [4]. Based on Dirjen PMPTK, Ministry of Education and Culture (2009), teacher quality index indicators in Indonesia in avareage is still low (3,72 scale of 0-11) and around 54% of teachers in Indonesia need to upgrade their teaching qualification.

From World Bank’s data, it shows their survey finding about the uneven distribution number of teacher in Indonesia. The district data show that there are marked inequities in the deployment of teachers both across schools and districts. Some 68% of urban and 52% of rural primary schools have an excess of teachers, while 66% of remote schools have a deficit [4].

It also mentioned that the district data indicate that there are acute shortages of staff in the majority of remote schools, with 93% claiming that they had a deficit [4]. Most of the teachers are working as civil servants, where they urged to serve wherever they are posted. However, the policy is clearly not being consistently implemented. In fact, a lot of teacher is refused to teach in remote area. The resistance to postings in such areas due to lack of adequate housing; poor transport; domestic responsibilities; concerns about the isolation from family and friends; and the generally poor services and facilities in remote areas [4]. As a result of the deficits, some teachers have excessive workloads. These factors ultimately have an adverse impact the students.

Teachers are at the forefront line in improving the quality of education, where teachers will conduct direct interaction with students in the learning process at school. In other words, the overall quality of education begins with quality learning undertaken by teachers in the classroom. It is supposed to be one of focus of the education system that need to be improved in Indonesia. To achieved more advanced country, it needs quality education, and to reach quality education, it needs quality learning. To get quality learning, it starts from a qualified teacher.

III. REMOTE AND DISADVANTAGE AREAS

Unfortunately, there is no standard national definition of what constitutes a ‘remote location’ currently exists that allows for the quantitative analysis of the number of remote school in Indonesia. However, it can be clearly said that most of the islands in border area are still under-developed and become disadvantages area.

To know how to categorize a region become a developed or under-developed area, National Agency for Border Management of the Republic of Indonesia describe their approach in its grand design [3]. Disadvantaged areas are areas that the community district and the region is relatively less developed than other areas on a national scale. Determination using the approach developed areas 6 (six) basic criteria, namely: economy, society, human resources, infrastructure (infrastructure), local financial capacity (fiscal gap), accessibility, and regional characteristics (Ministry of Rural Development).

As for classification for an area as disadvantaged areas is based on [3]:

  1. Geographic. Generally geographically disadvantaged areas is relatively difficult to reach because they are too far inland hills / mountains, islands, coastal and isolated islands or because of other geomorphological factors that are difficult to reach by transportation and communications network.
  2. Natural Resources. Some disadvantaged areas do not have the potential of natural resources. The region might have vast natural resources, but the surrounding neighborhood is an area that can be protected or not exploited, and due to excessive use of natural resources.
  3. Human Resources. In general, people in disadvantaged areas have a lower education, knowledge, and skills are relatively low and the traditional institutions have not been developed.
  4. Infrastructure and Facilities. Limitations of communication infrastructure, transportation, water supply, irrigation, health, education, and other services that cause people in the disadvantaged areas find it difficult to carry out economic and social activities.
  5. Isolated area, Conflict and Disaster Prone. Physically disadvantaged areas is located in very isolated area, in addition to frequent an area experiencing social conflict or natural disasters such as earthquakes, droughts and floods, and could lead to the disruption of social and economic development activities.

From those criteria, most of frontline and outer – small islands in Indonesia can be categorized as disadvantage area. In 2010, there are 183 under-developed and disadvantaged districts in Indonesia [5]. Regarding the Ministry of Rural and Disadvantages Area Development, the Human Development Index (HDI) in these areas is only 66.98 (2013 estimation) [5].

Abubakar [2] also argued that these situations can create some threat that may be faced by small islands in outer and border line. These threats are illegal entry from foreigner fisherman, pirates, illegal fishing and trafficking; political, economy, social and cultural influence from foreign countries, occupation from the enemy, as well as natural disaster.

IV. CASE STUDY

The task of ensuring basic and primary education is not only government’s responsibility, it also requires voluntary and private sectors, as well as communities, to collaborate and contribute. Successful experiments and new approaches to education have emerged from Non-government organization (NGO), and also government organization (GO). In this part, it will describe two organizations (each represents NGO and GO) as case study.

A. Gerakan Indonesia Mengajar

Gerakan Indonesia Mengajar (GIM), literally means “Indonesia Teaching Movement”, is a Non-Governmental Organization (NGO) that focused on developing primary education in remote areas in Indonesia. Ignited by the spirit of enlightening the nation, Anies Baswedan, PhD has initiated this movement. GIM officially launched in 2010 adopts the tradition of sharing and inspiring others. It sends the best university graduates to teach as Pengajar Muda (means “Young Teacher”) for one year in the primary schools located in some of Indonesia’s most remote areas [6].

GIM believes that education is a movement and not merely a program run by government, schools and teachers. Education is a movement to educate and enlighten the nation that has to involve everyone, as GIM believe that education is a duty of every educated individual. Thus, GIM commitment is to continually send and support hundreds of Pengajar Muda every year to serve in some of Indonesia’s remote villages.

In order to ensure that every school child in Indonesia obtains the best education, GIM equips the Pengajar Muda’s with training on leadership and pedagogy methods. Hence, apart from being a primary school teacher for one year, these Pengajar Mudas are actively involved in their community.

It is in line with GIM’s mission is to address the undersupply of primary school teachers in remote areas as well as to give valuable life experience to future leaders at a grass root level by living within these remote communities.

Since 2010, there are 293 university graduates that have been selected as Pengajar Muda. These talented young graduates have been serving schools in remote villages and striving to make an impact on the children and their villages. Living within the community for 1-year to teach in an elementary school, Pengajar Muda have become the drivers of change and windows of development for the schools and villages.

As potential future leaders who have global awareness and competence, the experience of living closely with the communities will also give Pengajar Muda the opportunity to gain grassroots understanding about Indonesia. It is GIM vision to have a network of future leaders in many sectors that have great capability, integrity and deep understanding of Indonesia.

Until June 2013, there are 293 Pengajar Muda has been serving 22,808 students in 147 villages in 17 districts, in 16 provinces in Indonesia. From these 17 districs, six of them are located in islands, such as in Bengkalis, Bawean Island – Gresik, Sangihe Islands, Rote Ndao, South Halmahera and West Maluku Tenggara, and four of them are located in Indonesia’s border area.

1) Bengkalis
Bengkalis is a district located in Riau Province, in which has sea border with Malaysia. It has 24 big and small islands. Some of these big islands are Rupat Island (1,524.84 km²) and Bengkalis Island (938.40 km²). Pengajar Muda are served in primary schools in three sub-districts in Bengkalis, such as; Rupat, North Rupat dan Bantan. Especially North Rupat and Rupat, it is located in Malacca Strait area.

2) Sangihe Islands
Sangihe Islands, North Sulawesi Province is a district located in the most northern part of Indonesia and it is border with the Philippines. Sangihe Islands consist of more than 90 small islands. The capital city of Sangihe Islands is Tahuna, located in the biggest island in this district. Tahuna can be reach from North Sulawesi’s capital city, Manado, by sea with duration 7 – 8 hours, or by air with duration 50 minutes. The islands that become Pengajar Muda’s service location only can be reaching by sea. From Tahuna to those small islands needs 3 to 10 hours. Because of this remote location, there is only limited electricity, as well as communication access (cellular signal). Most of the people in Sangihe Islands are working as sailor, and coconut farmer. They do trade to Manado, even to the Philliphines.

3) Rote Ndao
Rote Ndao, that is located in East Nusa Tenggara Province, is the most southern district in Indonesia. The access from Kupang, capital city of East Nusa Tenggara, to Lobalain (capital city of Rote Ndao) is by sea. Rote Ndao has 8 sub-districts, and it has sea border with Australia territory.

4) West Maluku Tenggara
West Maluku Tenggara is located in Maluku Province, can be accessed from Ambon, the capital city of Maluku to Saumlaki by air, with duration 2 hours flight. Saumlaki is the capital city of this district, and it is located in Yamdena Island. To go to Pengajar Muda’s service location, it takes another trip by sea around 2 – 12 hours. Some of islands only have limited transportation access, in which only twice a week. There are 10 sub-districts that spread in different islands.
Similar with Sangihe, in these islands, there is only limited electricity and communication access. Most of the people are working as sailor and sea weed’s farmer.

B. SM3T

SM3T abbreviated from Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (literally means; Bachelor Educate in the Frontier, Outermost and Disadvantaged Area), is a newly program runned by Ministry of National Education of Indonesia. This program is the part of Program Maju Bersama Mencerdaskan Bangsa or MBMI (means Program of Developed Together for Englightening the Nation).

Sumarna Surapranata, Director of Teachers and Education Personnel of Primary Education, Ministry of Education and Culture, writes that the Ministry of Education and Culture (Kemdikbud), working hard to meet the needs of teachers in the 3T area (abbreviation of Terdepan, Terluar dan Tertinggal) [7].

SM3T program is addressed to the Bachelor of Education who has not served as a teacher, to be assigned for one year at 3T area. SM-3T program is intended to help overcome the shortage of teachers, as well as preparing teacher candidates a strong professional, independent, and have a caring attitude toward others, and have a soul to educate the children of the nation, in order to move forward together to reach lofty ideals as mandated by the founder of the Indonesian nation.

The reason behind, is because some education problems regarding teacher especially in 3T areas, such as; shortridge, unbalanced distribution, under qualification, low competencies, and the mismatched between qualifications education in the field of teaching. Another problem in education is the dropout rate is still relatively high, while enrollment rates are still low [7].
This program is also as a preparation for these university graduates as a professional educator. Until 2013, there are more than 5,200 graduates that already deployed and teach in 34 districts in 9 provinces, such as; Aceh, East Nusa Tenggara, North Sulawesi, West Papua, Papua, Riau Islands Province, West Kalimantan, East Kalimantan and Maluku [9].

Some of service area that located in the frontier islands of Indonesia’s border are in Rote Ndao District in East Nusa Tenggara Province (sea border with Australia), Sangihe Islands District and Talaud Islands District in North Sulawesi (border with the Philliphines), Natuna Islands District and Anambas Islands Districts in Riau Islands Provinces (sea border with Vietnam, Singapore and Malaysia), Nunukan District in East Kalimantan Province (border with Malaysia), Biak Numfor District in Papua (border with Palau) and South West Maluku District in Maluku Province (border with Australia) [9].

V. THE ROLE OF NGO AND GO

Nowadays in Indonesia, there are a lot of NGO that has similar concern with GIM and SM3T, to create education as the movement. It involves not only government organizations and programs, but also Non-Government Organizations, which represents the societies and communities, to take a part in nation’s education, especially in remote and disadvantages area.
The most important role from these organizations is the presence of complimentary teacher in these 3T areas. The young teacher helps to decrease the uneven distribution of teacher, as well as to enhance education quality in primary level.

Based on the interview conducted by the writer, GIM has specific approach, named education behavioral entity approach. It means, the Pengajar Muda not only responsible to teach in the school, but they also stimulate the society to make social and educational change [8]. In GIM, the Pengajar Muda has central role as the direct partner of GIM on developing Pengajar Muda’s leadership capacity, as well as as the technical supporter and direct partner on pursuing GIM’s vision and mission in supporting social change in area. In other words, they are the ambassador of the movement.

Pengajar Muda has four tasks in GIM’s framework, they are; curricular, extra-curricular, society education, and advocation of education network. Pengajar Muda scope of working is class, school, village/ society (including parents), sub-district and districs.

Similar to Pengajar Muda, as for the young teacher in SM3T program, their responsibility is also not just taught in the classroom. They will also educate and think about what facilities and educational information required and needed for the students in the SM3T locations.

Some significant stories of changes from GIM’s and SM3T’s locations are;

1) Students

The presence of young teacher in remote areas and islands, become the window of information for the students about many activities and competition. Not only in district level, but also national, even international level. Some of the students in these under-developed area can be successfully shows their ability on competing with another students with better education facilities in urban/ major cities in Indonesia.

Diana Poae (12 years old), one of the students in Kawio Islands, Sangihe Islands District, become the runner up in International Kids Photo Contest conducted by National Geographic Contest. Some other students also winning the competition in various contests, such as; Panasonic Kid Witness News 2013, Kalbe Young Scientist Award, student from Bengkalis as the finalist of Olimpiade Sains Kuark, student from West Maluku Tenggara as the participant of Bobo’s National Children Conference, and many more.

Not only did that, to strengthen student’s consciousness about nationality and patriotism, the young teacher teach them how to sing national anthem, conducting national ceremony (in some places it conducted for the first time), and invite the students to do multi-cultural understanding not only theorytically, but also practically.

At first, most of the students did not know about how large and big their country is. What they know is only their own island. To solve this problems, the young teacher initiates a program named “Jejaring Anak Indonesia” (means Indonesian Children Network), that is a correspondence program to encourage students to write and share their experience to the other students in another schools in different islands or provinces. It is quite effective for the students to broaden their knowledge and experience about the concept of state, nation and multi-culture.

2) Teacher and Headmaster

Previously, as mentioned before, the presence of original teacher in 3T areas is remainly low because of some reasons. But since the coming of young teacher, it stimulate them to come to the school ontime, as well as they are motivated to increase their quality through workshop and training, initiated by young teachers.

The teachers and headmaster also join some competition to increase their ability and experience. One of them is Jonathan Karame, Headmaster of SDN Inpres Para, in Sangihe Islands Districts; he got Manado Post Award 2012 from the Governor of North Sulawesi Province.

3) Society

Inspired by the successful story of their children, many parents and society finally become more optimistic and aware with education development in their area. Some of the communities in villages, in together, are build a place to study for their children and also village library with their own money.

4) Stakeholder

Bureau of Education, Youth and Sport in Sangihe Islands initiated a movement named Sangihe Mengajar (means Sangihe Teach). There are 16 young graduates from North Sulawesi recruited as the teacher to teach in elementary and junior high school in this district.

VI. CLOSING

From this case study, it can be seen that the presence of young Indonesian graduates make the NGO and GO’s role in can be more signigicant. Not only solving the distribution problem of teacher in remote areas, it also helps the behavioral change of the society to be more aware and care about their education. Furthermore, these teachers, besides of taking a role as educators, they also empowered to strengthen the nation and state in the frame of the Republic of Indonesia.

Now, there are more and more NGOs and GOs that initiated similar movement on education, especially on inviting more people to be more aware and contribute their contribution for the education. The survey has established that the NGOs can and do play a strong role in assisting the State to complement the public education system and to improve its effectiveness [11].
Although it is still a long way and not an easy job to be done, as well as some problems (technically and socially) that facing this initiatives, the presence of both government and society is very important to reach State vision on enlightening nation through intellectual life and education. It also can escalate the people who live in small islands in frontline of Indonesian border to be more conscious about their nation and patriotism spirit. So that national threats related to foreign influence and border’s problem can be minimize.

REFERENCES

[1] The World Factbook; Indonesia, Central Intelligence Agency Website, July 2013. Retrieved from: https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/id.html
[2] Abubakar, Mustafa. Menata Pulau-pulau Kecil Perbatasan; Belajar dari Kasus Sipadan, Ligitan dan Sebatik. Jakarta: Penerbit Kompas, 2006.
[3] BNPP, Grand Design; Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan di Indonesia tahun 2011 – 2025 (Grand Design; Management of Country’s Border Area and Border Regional in Indonesia, year 2011 – 2025). Badan Nasional Pengelola Perbatasan (National Authority for Border Management), Republic of Indonesia, 2011.
[4] The World Bank. Teacher Employment and Deployment in Indonesia; Opportunities for Equity, Efficiency and Quality Improvement, 2006. Retrieved from: http://ddp-ext.worldbank.org/EdStats/IDNstu08a.pdf
[5] Yoltuwu, Johozua M. Pertumbuhan Ekonomi di Daerah Tertinggal (Economic Growth in Disadvantage Area), Work Meeting Presentation, Ministry of Disadvantage Area Development, Republic of Indonesia, 7-9 March 2013.
[6] Gerakan Indonesia Mengajar Website. http://indonesiamengajar.org
[7] Dikbud E-Magazine, Edisi 03, IV, May 2013. Retrieved from: http://118.98.223.68/kemdikbud/majalah/e-Majalah_DIKBUD_Edisi_03-Mei-2013.pdf
[8] Personal Interview with officer of Gerakan Indonesia Mengajar office, on August 1st, 2013 at 2 – 3 pm.
[9] SM3T Website. http://sm-3t.dikti.go.id/
[10] Kusumo, Ayub Torry Satriyo. Optimalisasi Pengelolaan dan Pemberdayaan Pulau-pulau Terluar dalam Rangka Mempertahankan Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 10 No.3 September 2010.p. 327 – 337.
[11] Jagannathan, Shanti. The Role of Non-Governmental Organization in Primary Education; A Study of Six NGOs in India. Retrieved from: http://bit.ly/142h4bR


[Share] Belajar: Tata Pemerintahan yang Baik

$
0
0

Tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini. Itu yang amat saya yakini. Sesuatu yang kita anggap sebagai hal biasa yang tak ada kaitannya, suatu ketika kita temukan hal lain yang melengkapi kepingan misteri tersebut.

Adalah suatu ketika saya mengikuti suatu interview seleksi CPNS tahun 2008. Sang interviewer bertanya pada saya, apa itu good governance. Secara teoritis, saya ingat tentang hal ini karena pernah diajarkan saat menuntut ilmu di bangku kuliah dulu. Namun jujur, secara praktiknya, saya tidak paham benar mengapa dan bagaimana good governance itu.

Sampai pada akhirnya, di penghujung tahun 2014 (in which 6 years after my interview happened), saya dihadapkan dengan pengalaman hidup yang “menuntut” saya untuk belajar secara langsung tentang praktik good governance atau tata pemerintahan yang baik (see more about: good governance)

Sumber: dari SINI

Sumber: dari SINI

Untuk mengisi waktu tenggang antara kelulusan saya dari Taiwan sampai keberangkatan lanjut studi S3 September 2015 nanti (semoga lancar dan rezeki, aamiin), saya memilih untuk menjalani waktu ini dengan bekerja secara freelance dan magang. Banyak yang bertanya mengapa magang? Tidak bekerja profesional sekalian?

Alasannya, pertama supaya saya bisa fokus untuk persiapan aplikasi untuk S3 nanti, kedua sambil menunggu (dan cari-cari) yang berani bertemu dengan bapak saya (*hard-code), ketiga tanpa menyia-nyiakan waktu, tetap mencari pengalaman + meningkatkan life-skill, dan yang terakhir juga supaya tetap bisa nabung untuk misi backpacking berikutnya. Selain itu, agak susah juga apabila menyambi hal-hal tersebut di atas sambil kerja yang “beneran”.

Kembali ke topik. Maka, saya memutuskan untuk menjadi freelancer dengan beragam jenis pekerjaan, mulai dari sopir, note-takers sampai ke asisten peneliti. Satu hal yang saya tak sangka-sangka, ternyata benang merah dari pekerjaan freelance yang saya lakukan adalah terkait dengan good governance. Topik ini pula yang saya dalami di tempat magang (mulai awal Januari sampai akhir Maret nanti).

Dulu, good governance merupakan topik yang tidak menarik minat saya sama sekali. Selain karena “jauh”, juga karena membuat pusing sekaligus sakit hati ketika menonton perkembangan politik di negeri ini. Tapi, sepertinya ini semua sudah diatur oleh-Nya untuk saya, berhadapan dan menyaksikan langsung praktik-praktik di dunia pemerintahan dari sumber primer dan ahlinya.

Apa yang biasanya hanya saya lihat di layar kaca atau baca melalui media massa, kini saya (harus) alami dan saksikan secara langsung dari sumbernya. Berdiskusi dengan berbagai praktisi dan ahli di bidang ini membuat saya belajar untuk lebih “ngeh” dan menginternalisasi – menyerapnya – ke dalam. Apa itu sejatinya good governance, seperti apa dan siapa yang pantas disebut “berhasil” dalam mewujudkan good governance, dsb. Memang, sesuatu akan lebih terasa efeknya ketika itu tidak hanya dipelajari secara teoritis, tetapi juga perlu dirasakan, dialami secara langsung.

Lagi, walau saya belum tahu apa sebenarnya maksud dari pengalaman yang saya alami saat ini (dan pengaruhnya di masa depan), tapi saya yakin segala sesuatu pasti ada hikmahnya dan tak ada yang sia-sia. Either it is a blessing, or a lesson. Apakah mungkin suatu saat nanti ini bisa menjadi modal buat saya untuk ikut serta, turun tangan langsung menjadi aktor dalam mewujudkan good governance di tanah air tercinta? Wallahua’lam.

PS: Special thanks untuk Mas Muli atas kesempatan pengalamannya yang diberikan untuk saya “mengenal” para walikota inovatif dan “berhasil”, juga Ade + Kemitraan yang memberikan saya kesempatan untuk belajar lebih banyak tentang good governance selama magang 3 bulan ini. Jazakumullah khoiran katsir.


[Share] Dream: Trans-Siberian Railway

$
0
0

This is one of my “craziest” and “biggest” dreams. Traveling around the world by riding “trans-siberian” railway, crossing Russia – Mongolia – China

Saya sudah punya mimpi ini sejak lama. Namun saya tergelitik untuk mempostingkannya ke sini (supaya tidak lupa) dikarenakan seorang kawan dekat dari Taiwan melakukan perjalanan ini dari Finland sampai ke Shanghai. Ia menawarkan saya kartu pos untuk dikirimkan dari beberapa kota yang ia singgahi selama perjalanan. Mantaaab!

Dan kemudian beberapa pekan lalu seorang kawan semenjak kuliah dulu sampai sekarang magang bareng, juga mengatakan hal serupa. Punya mimpi menjelajahi Rusia sampai China dengan kereta ini. Sungguh, hal tersebut membuat saya jadi berambisi lagi untuk merealisasikan mimpi ini suatu saat nanti.

Setelah browsing beberapa website, saya lihat bahwa perjalanan ini bakal cukup panjang. Bisa bayangkan melintasi Moscow sampai Beijing sepanjang 7.865 km lewat jalur darat bakal memakan waktu berapa lama? Kalau non-stop sekitar 6 hari. Bayangkan juga gimana pegel dan gempornya? Belum lagi kalau kita mau singgah di beberapa kota selama perjalanan, harus dipersiapkan dengan mantab tuh planning-nya :)

Ini foto postingan teman Taiwanku yang berhasil menempuh hampir 10,000 km! Officially arrived in Vladivostok on Jan 19th. Congrats Ang!

Ini foto postingan teman Taiwanku yang berhasil menempuh 9,000 km lebih! Officially arrived in Vladivostok on Jan 18th. Congrats Ang!

Terkait “kegemporan” dalam berperjalanan kereta jarak jauh sudah pernah saya lakukan dengan “gila”nya saat melakukan solo traveling dari Beijing – Wuhan – Xian – Beijing pada waktu summer tahun 2010 lalu. Total tempuh perjalanan kereta mencapai sekitar 3,000 km lebih, dijalani dalam waktu 5 hari (sambil mampir-mampir). Jadi paling tidak, saya sudah memiliki gambaran umum bakal seperti apa melewati 8,000 km jalur darat. Tinggal 2,6 kali lipatkan dengan pegal-pegal yang dulu. hahaha….

Dari sisi biaya, untuk harga tiket Trans-Siberian Railway (Moscow – Beijing one way) sekitar USD 750 – 1,200. Harga tergantung apakah non-stop trip ato berhenti di beberapa kota, juga tergantung jenis kelas yang diambil; 2 bed sleepers atau 4 bed sleepers di dalam satu kompartemen (kamar) dan juga jenis keretanya. Info lengkap tentang harga dan details perjalanan ini bisa dicek di SINI atau INI. Hal lain yang dipertimbangkan adalah pasokan makanan selama perjalanan dan kebutuhan lainnya kalau mampir-mampir. Jadi paling ndak perlu nyiapin sekitar USD 2,000 – 3,000 untuk perjalanan ini XD

Semoga suatu hari nanti, diberikan rezeki, kesempatan, waktu dan kesehatan untuk merealisasikannya. Semoga Allah meridhoi. Aamiin yaa Rabb.

PS: Buat my (future) partner dunia akhirat, siap-siap nabung dan kencangkan ikat pinggang buat merealisasikan rencana (kita) ini ya :D. hahahaha



[Share] Saatnya Bergerak, Memperjuangkanmu

$
0
0

Setelah beberapa bulan yang lalu (tepatnya September 20114) saya menuliskan, “Untuk Para Calonku“, kini saatnya saya bergerak, memperjuangkannya :”). Bismillah….

Saat yang saya nanti-nanti akhirnya datang juga. Kesempatan yang ditunggu ini, ternyata datangnya lebih cepat dari yang saya kira. MaashaAllah. Di satu sisi, ada rasa bahagia yang amat membuncah, namun pada sisi lainnya, ada sedikit rasa khawatir tentang berbagai kemungkinan yang tak sesuai harapan. Namun, saya coba tepis semua perasaan negatif itu dan memilih untuk berfokus pada ikhtiar untuk berjumpa kembali dan membersamai calon saya itu :)

Segala persiapan sudah saya lakukan, termasuk hal-hal yang saya lakukan sepulangnya dari bumi Formosa pada akhir Oktober lalu. Berbagai informasi saya kumpulkan untuk lebih jauh mengenalnya. Kini saatnya, segala “amunisi” saya kerahkan, untuk berjuang di medan pertempuran ini.

Oya, saya lupa. Let me introduce (para) calon saya yang ada di Turki ;):

  1. BOGAZIÇI UNIVERSITY – Department of Political & IR (English) – Istanbul. Ini merupakan universitas yang paling top di Turki, menurut my Turkish friend sehingga persaingannya jauh lebih ketat dan sulit XD. Di kampus ini, ada profesor yang saya kagumi sejak tahun 2009 lalu. Saya pernah membaca publikasi beliau, yang sangat sesuai dengan minat studi dan penelitian saya.
  2. Marmara University – Department of Political Science and Int. Relations – Istanbul. Saya tertarik kampus ini karena ada profesor yang juga expert di bidang yang saya tekuni. Namun saya belum tahu terlalu banyak tentang profesor tersebut.
  3. Middle East Technical University (METU) – PhD program in Area Studies (English) – Ankara. Ini satu-satunya kampus yang menawarkan program PhD yang paling sesuai dengan concern saya.
  4. FSMVU (swasta) – Civilization Studies (English) – Istanbul. Ini adalah calon saya yang paling awal, namun seiring dengan berlalunya waktu, saya menemukan calon-calon lainnya ;)
  5. Koc University (swasta) – Ph.D. Program in Political Science and International Relations
  6. Bilkent University – IR department
  7. Istanbul University – Department of IR (Turkish)

Nah, kalau ditanya mengapa saya memilih Turki, karena beberapa hal. Namun alasan-alasannya baru akan saya bagikan ketika proses memperjuangkannya selesai ;)

Untuk rekan-rekan yang juga tertarik untuk lanjut studi dan mau berjuang bersama, silakan simak informasi berikut (sumber: dari FB Turkiye Burslari dan sahabat di Istanbul).

Applications for 2015 Türkiye Scholarships Start!

10942587_788694457888362_2892641216511631661_n

Applications for Türkiye Scholarships undergraduate, master and PhD programme will start in February 2015. Deadline will be announced later on our website. Application term usually last approximately 30 days.

Further information:

Setelah 9 tahun berselang, semoga Allah memperkenankan dan meridhoi pertemuan dan kebersamaan kami kembali tahun ini. Dear Turkiye :). Hope to see you soon


[Curhat] Mengelola Harapan

$
0
0

090114-bb1

Beberapa waktu lalu saya diingatkan kembali tentang bagaimana seharusnya mengelola harapan.

Dalam rencana hidup kita, tentunya ada banyak keinginan atau target yang ingin dicapai. Namun, seringkali dalam proses pencapaian keinginan/ target tersebut kita terlupa, mengapa dan untuk apa sejatinya kita mengejar hal tersebut.

Saya ditampar (kembali), supaya ingat akan esensi dalam melakukan segala sesuatu. Rasa ingin yang sangat, disertai harapan yang salah alamat, membuat hati mudah sekali tergelincir dari niat awal. Rasa was-was menjadi sering muncul, dan segala hal negatif (baik itu over pesimis atau over optimis) semakin melemahkan hati kita.

Rasa takut ditolak dan khawatir akan kegagalan menghantui: membayangkan betapa rasa sakitnya hati karena kekecewaan terhadap keinginan yang tidak teraih.

Seringkali kita mendengar “nothing to lose” saat mencoba sesuatu. Tapi sejatinya, menjaga hati agar benar-benar terjaga dan bersih dari rasa kecewa selama menjalani proses perjuangan, itu susah sekali melaksanakannya.

Memang, kita hanya manusia biasa. Bukan malaikat yang tidak memiliki hawa nafsu. Tapi justru di sinilah “seni” dalam kehidupan kita sebagai manusia, sepanjang hayat, selalu berjuang mengelola harapan dan keinginan, serta menjaga hati dalam berjuang melawan hawa nafsu.

Segala sesuatunya harus dikembalikan lagi kepada Sang Maha, dan segala niat, keinginan, harus terus dan selalu diulang, direview kembali mengapa dan untuk apa melakukannya. Karena manusia mudah sekali lupa. Maka senantiasalah berdoa agar niat kita bisa selalu terjaga. Dan kembalikan segala sesuatunya kepada Sang Pembolak-balik hati, sebagai satu-satunya tempat untuk menggantungkan harapan. Tak lupa, berkumpullah dengan orang-orang yang senantiasa bisa mengingatkan dan menasehati dalam kebaikan.

Mengutip nasihat kawan saya, penolakan merupakan sebuah cara Allah untuk memberikan yang jauh lebih baik bagi kita. Dan saya senantiasa percaya itu.

Alhamdulillah. Terima kasih, sahabat. Sudah mengingatkan saya kembali tentang hal ini. Semoga kita senantiasa bisa saling mengingatkan dan bersama-sama menjadi insan yang lebih baik lagi :)


[Share] Trip Kita NGT Indonesia – Maret 2015

$
0
0

Alhamdulillah, langkah saya (memberanikan diri) mengirimkan artikel singkat dan foto perjalanan ke National Geographic Traveler Indonesia disambut. Pada Sabtu, 27 Februari 2015 yang lalu, seorang kawan mengirimkan pesan singkat via whatsapp. Ia bermaksud mengonfirmasi temuannya di sebuah laman majalah.

“Ada nama yang familiar di sini mbak. Apakah ini benar mbak?”, begitu katanya. Saya yang saat itu baru saja mengaktifkan hape, sontak kaget dan sekaligus senang mengetahuinya.

Captured by: Devina

Captured by: Devina

Tulisan ini saya buat sebagai langkah konkrit saya untuk perlahan-lahan (suatu hari nanti) mencapai mimpi besar menjadi seorang penulis dan kontributor di National Geographic, baik itu NatGeo Indonesia, NatGeo Traveler atau yang Internasional.

Alhamdulillah, semoga bisa lebih produktif menulis, kontributif, bermanfaat dan diridhoi Allah swt. aamiin Special thanks untuk Jeng Icha dan suaminya yang telah menginspirasi saya mengirimkan tulisan ke Trip Kita, dan juga Jeng Devina atas foto dan informasinya :”).


[Share] Hijrah dan Niat

$
0
0

hijrah

Manusia selalu dihadapkan dengan pilihan dalam setiap langkahnya. Termasuk ketika memutuskan untuk berhijrah. Hijrah di sini dapat diartikan secara luas, yaitu pindahnya ia menuju ke suatu tempat atau kondisi yang dianggap lebih baik. Entah karena alasan ekonomi, sosial, pendidikan maupun keamanan. Tulisan ini saya buat sebagai pengingat diri saya sendiri, yang sedang menjalani proses ikhtiar untuk ber”hijrah” karena alasan meraih pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Suatu ketika, hati saya diingatkan, untuk meluruskan niat dalam ikhtiar ini. Seharusnya, apa yang saya lakukan bukan hanya karena mengejar gelar, ambisi traveling keliling dunia (terselubung), mengejar jodoh (*eh) atau hal-hal lain yang sifatnya keduniawian semata. Seharusnya lebih jauh dari hal-hal tersebut, yaitu ikhtiar untuk lebih dekat pada-Nya dan menggapai ridho-Nya.

Kembali, saya harus merenungi dalam-dalam makna dan hikmah dari Hadist Arba’in pertama yang berbunyi:

“Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.”

(Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naishaburi dan kedua kitab Shahihnya yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang).

Begitu juga dalam keseharian kita. Niat harus senantiasa dimurnikan, dan perbanyak memohon ampunan-Nya (istighfar). Mari, saling mengingatkan

Catatan :

Hadits ini merupakan salah satu dari hadits-hadits yang menjadi inti ajaran Islam. Imam Ahmad dan Imam syafi’i berkata : Dalam hadits tentang niat ini mencakup sepertiga ilmu. Sebabnya adalah bahwa perbuatan hamba terdiri dari perbuatan hati, lisan dan anggota badan, sedangkan niat merupakan salah satu dari ketiganya. Diriwayatkan dari Imam Syafi’i bahwa dia berkata : Hadits ini mencakup tujuh puluh bab dalam fiqh. Sejumlah ulama bahkan ada yang berkata : Hadits ini merupakan sepertiga Islam.

Hadits ini ada sebabnya, yaitu: ada seseorang yang hijrah dari Mekkah ke Madinah dengan tujuan untuk dapat menikahi seorang wanita yang konon bernama : “Ummu Qais” bukan untuk mendapatkan keutamaan hijrah. Maka orang itu kemudian dikenal dengan sebutan “Muhajir Ummi Qais” (Orang yang hijrah karena Ummu Qais).

Pelajaran yang terdapat dalam Hadits / الفوائد من الحديث :

  1. Niat merupakan syarat layak/diterima atau tidaknya amal perbuatan, dan amal ibadah tidak akan mendatangkan pahala kecuali berdasarkan niat (karena Allah ta’ala).
  2. Waktu pelaksanaan niat dilakukan pada awal ibadah dan tempatnya di hati.
  3. Ikhlas dan membebaskan niat semata-mata karena Allah ta’ala dituntut pada semua amal shalih dan ibadah.
  4. Seorang mu’min akan diberi ganjaran pahala berdasarkan kadar niatnya.
  5. Semua perbuatan yang bermanfaat dan mubah (boleh) jika diiringi niat karena mencari keridhoan Allah maka dia akan bernilai ibadah.
  6. Yang membedakan antara ibadah dan adat (kebiasaan/rutinitas) adalah niat.
  7. Hadits di atas menunjukkan bahwa niat merupakan bagian dari iman karena dia merupakan pekerjaan hati, dan iman menurut pemahaman Ahli Sunnah Wal Jamaah adalah membenarkan dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan.

Sumber Hadist dari SINI.


[Share] Idealisme Tjokroaminoto

$
0
0

Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat” – HOS Tjokroaminoto

Saya baru sadar tentang siapa sosok Tjokroaminoto setelah menonton Mata Najwa semalam yang membahas tentang “Guru Bangsa, Tjokroaminoto”. Nama Cokroaminoto sangat tidak asing di telinga saya. Dalam rentang waktu 7 tahun selama tinggal di Yogyakarta, saya selalu melewati jalanan dengan nama ini. SMA saya, terletak di sisi barat Yogyakarta, H.O.S. Cokroaminoto No. 10. Tapi, (jujur) sampai kemarin malam tidak pernah terlintas di benak saya, siapakah sosok Cokroaminoto dan mengapa namanya diabadikan di salah satu jalan protokol di Yogyakarta tersebut.

Terkejutlah saya ketika mengetahui bahwa sosok ini merupakan sosok paling penting dalam era awal perjuangan bangsa ini. Ia merupakan tokoh kunci, guru dari berbagai tokoh yang namanya terukir dalam buku-buku sejarah tanah air, merekalah Soekarno, Semaun, dan Kartosuwiryo.

Yang membuat saya penasaran, bagaimana sosok pendiri Sarekat Islam (SI) ini, bisa mendidik dan menghasilkan murid-murid dengan ideologi yang begitu berbeda satu sama lain; Soekarno dengan nasionalismenya, Musso dengan ideologi sosialis/ komunis, dan Kartosuwiryo dengan Islamnya.

Hal lain yang menjadi pertanyaan besar saya, bagaimana caranya Cokroaminoto bisa menggerakkan masyarakat melalui Sarekat Islam? SI yang awalnya hanya merupakan organisasi biasa di bidang perdagangan, kemudian bertransformasi menjadi partai politik. SI disebut-sebut sebagai partai dengan keanggotaan yang besar (yang pada saat itu mencapai 2 juta orang, meliputi wilayah Jawa dan Madura), dan lagi ada suatu kebanggaan bagi masyarakat untuk menjadi anggota SI. Hal yang menurut saya, di zaman sekarang ini, sangat langka dimana dunia politik dan partai politik sudah dianggap sangat kotor, dibenci bahkan dihina. Politik saat ini hanya dilihat sebagai alat peraih kekuasaan dan harta.

Saya rindu dengan sosok-sosok negarawan yang masih memiliki idealisme, menjunjung tinggi ilmu dan pendidikan, memegang teguh ketauhidannya, serta mengerti benar bagaimana caranya menggerakkan roda negeri ini. Saya ingin sekali bertemu dengan negarawan dengan ciri seperti para tokoh bangsa ini, yang menunjukkan ciri seperti HOS Cokroaminoto sebutkan: Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat.


Viewing all 257 articles
Browse latest View live