Kali ini, saya bercerita tentang bagaimana mengurus surat rekomendasi penelitian di Bakesbangpoldagri Nusa Tenggara Barat di Mataram. Pengurusannya dilakukan langsung di kantor Bakesbangpoldagri NTB, yang beralamat di Jl. Pendidikan No.2, Dasan Agung Baru, Selaparang, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat 83125 (lihat peta). Ruang pengurusan surat rekomendasi penelitian terletak di bagian belakang. Jika bingung, bisa tanyakan ke satpam yang ada di depan pintu masuk.
Syarat pengurusan surat rekomendasi penelitian bisa dilihat di gambar berikut ini:
Ini syarat permohonan rekomendasi penelitian di Kesbangpol Prov NTB
Beberapa syarat di atas, sudah saya miliki semua kecuali nomor 6, yaitu amplop putih 5 buah. Amplop ini perlu kita siapkan untuk digunakan sebagai amplop surat tembusan ke berbagai instansi dan juga lembaga/ lembaga yang jadi tujuan penelitian kita. Karena saya sudah terlanjur ke Bakesbangpol, makan saya serahkan dulu persyaratan dan permohonannya ke petugas, baru kemudian menyusulkan amplopnya.
Proses pengurusannya sekitar 1 hari kerja. Namun mengingat saya perlunya mendesak karena waktu penelitian yang terbatas, maka bisa selesai dalam hari yang sama tapi sore hari. Saya datang sekitar pukul 08.30 dan mengambil suratnya pukul 15.00 WITA. Nah, saat mengambil suratnya, ternyata saya masih perlu memfotokopi surat yang ada sebelum dicap basah. Agak repot memang, karena jadinya bolak balik ke tempat fotokopian (awalnya untuk membeli amplop), ternyata masih harus ke fotokopian lagi untuk menggandakan surat yang ada (sesuai jumlah yang diperlukan). Alhamdulillah saya ada pinjaman motor, jadi tidak terlalu sulit harus ke tempat fotokopian yang agak jauh jika harus jalan kaki.
Memang, birokrasi antar instansi daerah yang satu dengan yang lain punya sistem dan kekhasan masing-masing, walaupun sama-sama instansi pemerintah. Jadi, yang bisa saya lakukan sekarang ya cuma ikuti alurnya saja, walaupun sempat agak berekspektasi lebih (dan membandingkan dengan daerah lain yang lebih simpel dan memudahkan).
Semoga layanan birokrasi di tanah air semakin mempermudah dan memperlancar urusan pihak-pihak yang memerlukan dan memenuhi syarat :). Kurang lebih itu pengalaman saya. Semoga bisa menjadi gambaran bagi teman-teman yang memerlukan.
Postingan ini ditujukan bagi teman-teman yang berencana untuk “keluar” dari bandara Abu Dhabi (dan Dubai) dan merasakan langsung suasana negeri Uni Emirat Arab. Khususnya, yang naik pesawat Etihad Airways dan punya waktu transit yang cukup panjang (paling tidak minimal 5 jam di pagi-sore hari).
Mulanya, saya agak galau, mau ngapain selama transit panjang 20 jam di Abu Dhabi. Akhirnya, setelah cari info ke sana sini, Alhamdulillah saya dapat petunjuk.
Hotel
Opsi awal, saya mau di dalam bandara saja, menginap di hotel transit yang ada di dalam terminal. Namun setelah cek harga, ternyata lumayan mahal, sekitar 50an euro untuk 6 jam tinggal. Belum lagi pas baca reviewnya, ternyata tidak ada kamar mandi/ toilet khusus di hotel transitnya.
Kemudian, saat browsing ke beberapa blog, disarankan kalau mau menginap bisa di Premiere Inn Hotel bandara internasional Abu Dhabi yang lokasinya dekat dengan terminal 1 dan 3. Cuma jalan beberapa menit saja.
Hotel ini selain merupakan hotel dengan standar layanan bintang tiga, juga punya fasilitas early check in jam 9 pagi dan late check out jam 17 (sesuai sikon dan availability). Ini penting banget bagi yang mendaratnya pagi atau mau check out lebih telat.
Tidurnya bisa nyaman “normal” dengan tempat tidur empuk, AC, tv kabel, dan kamar mandi oke. Harganya pun cukup bersaing. Waktu saya pesan, alhamdulillah ada promo dari agoda, jadi saya cukup membayar 52 Euro (tanpa breakfast) plus retribusi pariwisata UEA sebesar 10 AED.
Saya mendarat jam 06.00 pagi dan baru melanjutkan penerbangan jam 02.25 dini hari berikutnya. Di hotel ini, saya menginap dari jam 09.30 pagi sampai jam 23.30 malam karena perlu persiapan check in dan imigrasi.
Saya memilih untuk tidur dengan nyaman setelah aktivitas padat selama konferensi, ditambah perjalanan panjang dan jetlag agak parah. Terlebih kondisi tubuh saat itu memang mengharuskan saya untuk istirahat lebih XD.
Visa Transit
Eh, kalau menginap di Premiere Inn, berarti kita harus punya visa karena keluar dari bandara.
Namun jangan khawatir. Setelah saya baca, khususnya penumpang pesawat Etihad Airways, ada tawaran visa transit 48 jam gratis yang bisa didaftar secara online. Kita cukup mengisi data diri, data dan tiket penerbangan, upload scan paspor dan foto 6×6 cm close up background putih, juga alamat selama di Abu Dhabi.
Nah, untuk alamat selama di Abu Dhabi, bisa memasukkan alamat hotel tempat menginap. Opsi selain Premiere Inn Hotel Bandara, bisa juga hotel lain di pusat kota Abu Dhabi dengan nge-booking hotel (yang free cancellation) melalui website/ apps semacam agoda.com, booking.com, dsb. Kalau rencana transitnya memang gak mau pakai menginap di hotel, tinggal men-cancel bookingan setelah visa transit di-issued.
Nah, visa transit bisa diajukan sejak satu bulan sebelum tanggal penerbangan transit. Pastikan sudah punya tiket pesawatnya ya, karena perlu data penerbangannya. Maksimal, kalau bisa paling lambat mendaftar seminggu sebelumnya. Proses visa transit setelah di-submit sampai issued sekitar 1 hari kerja, dan jika diterima permohonannya, visa akan dikirim via email. Kita tinggal mengunduh dan cetak visanya di kertas biasa. Jangan lupa lampirkan visa ini saat hendak keluar di imigrasi Abu Dhabi ya.
Oh ya, selain mendaftar visa transit secara online, menurut teman saya, visa juga bisa didaftar on the spot saat kedatangan di Abu Dhabi. Namun, memang perlu waktu untuk mengurusnya. Paling tidak perlu 30-60 menit waktu untuk memprosesnya. Jadi silakan disesuaikan dengan kondisi masing-masing ya.
Tukar Uang dan Makan
Mata uang UAE adalah dirham Uni Emirat Arab atau AED. Kurs saat saya ke Abu Dhabi sekitar 1 Euro = 4.1 AED. Namun karena saya tukar uangnya di money changer bandara, ada potongan komisi agen dll sehingga yang saya dapatkan cuma 1 Euro = 3.4 AED . Lumayan signifikan perbedaannya. Maka, saran saya bagi teman-teman yang hendak tukar uang, baiknya ambil di ATM internasional (berlogo MasterCard, Visa, America Express, dll). Kursnya normal, hanya potongan komisi sedikit.
Untuk makan, sayangnya tidak banyak opsi tempat makan di sekitar bandara (setelah keluar imigrasi). Kalau di dalam (bagian keberangkatan) ada banyak restoran tapi harganya ya gitu deh . Nah, di Skypark Plaza level 4, gedung parkir di dekat terminal 1 & 3 mengarah ke Premiere Inn Hotel, ada beberapa tempat makan.
Ada McDonald, Cafe Ritazza, Harem Iranian dan O’Brien’s Cafe. Karena saya cuma familiar dengan McD, jadinya beli burger ayam dan jus jambu saja. Setelah ditelusuri ternyata di Skypark juga ada minimarket di dekat McD. Selain produk berkemasan dan barang, mereka juga menjual semacam bento/ makanan siap saji di kemasan yang tinggal dihangatkan di microwave.
Jalan-jalan
Alhamdulillah, Bandara Abu Dhabi memiliki layanan bus shuttle gratis ke beberapa lokasi menarik di Abu Dhabi, misalnya Grand Mosque Sheikh Zayed dan Louvre Museum/ Yas Island. Untuk naik bus ini, tidak perlu reservasi atau menunjukkan apapun. Bisa langsung naik sesuai tujuan.
Berikut hasil foto jadwal keberangkatan bus shuttle dari halte bus terminal kedatangan bandara Abu Dhabi. Ini jadwal per 10 Oktober 2019 ya, mungkin ada update lagi dan bisa ditanya ke petugas bus information service di terminal kedatangan (di sebelah money changer).
Selain shuttle bus gratis ini, ada juga shuttle bus dari Etihad Airways menuju Dubai dan Al-‘Ain (kota tua UNESCO). Tapi jadwalnya hanya sekali PP dalam sehari, dan perjalanannya cukup lama dari Abu Dhabi. Untuk mendaftarnya, bisa reservasi di website Etihad Airways.
Kalau mau keliling kota menggunakan jaringan bus yang ada (berbayar), bisa membeli tiket/ kartu tapnya di petugas bus di bandara (bus information service).
Sewaktu saya di Abu Dhabi, saya hanya berkunjung ke Grand Mosque Sheikh Zayed saja di waktu ashar sampai magrib. Selebihnya saya istirahat dan tidur di hotel karena jetlag XD. Cerita khusus tentang petualangan saya di masjid termegah (yang pernah saya kunjungi) ini, akan saya post di kesempatan berikutnya :).
Salah satu bantuan sosial yang diberikan Jerman untuk penduduknya (baik orang asli Jerman maupun pendatang) adalah Schwangerschaftgeld, atau pregnancy benefit alias uang untuk ibu hamil (plus melahirkan). Menurut info teman, uang ini berasal dari pemerintah Jerman, namun proses permohonannya melalui lembaga sosial semacam Caritas, Donumvitae dll.
Nah, uang bantuan ini ditujukan bagi wanita hamil untuk persiapan perlengkapan menyambut calon debay, seperti baju ibu hamil, perlengkapan ibu menyusui, stroller, pakaian dan perlengkapan bayi, dll.
Besaran uang bantuannya bervariasi, mulai dari 600 – 1000 Euro, tergantung penghasilan, pengeluaran dan tabungan masing-masing keluarga. Jadi, tidak bisa disamaratakan antara satu keluarga dengan keluarga yang lain mendapat berapa dan juga tergantung kota domisili tinggal. Teman saya ada yang mendapat 600, ada juga yang 750, 800 bahkan 1000 Euro. Jadi, menurut saya kadang keputusan besaran bantuannya tergantung kondisi keuangan kita (dokumen yang kita bawa), kota domisili dan subjektivitas konselor lembaga bantuan tersebut :D. Kata teman juga, bantuan ini diberikan bagi yang uang tabungannya di bawah 5000 euro (untuk menunjukkan kalau memang dari keluarga dengan penghasilan ngepas/ di bawah standar Jerman).
Pengajuan dana bantuan ini bisa dilakukan ketika seorang wanita positif dinyatakan hamil, dengan usia kehamilan paling nggak 12 minggu (ditunjukkan dengan bukti buku Mutterpass, semacam buku kesehatan Ibu dan Anak/ KIA versi Jerman). Juga belum pernah mengajukan bantuan serupa di tempat lain (untuk kehamilan yang sama). Hal ini untuk mencegah terjadinya double permohonan (*kemaruk jenenge, kalo semua tempat diajuin ^^”).
Kemudian, proses selanjutnya, sang suami atau istri bisa membuat appointment dengan lembaga bantuan sosial tadi (Caritas, Donumvitae dll) di kota tempat tinggal masing-masing, baik via telepon atau email. Kemudian, lembaga tersebut akan membuat appointment sesuai jadwal kita, dan meminta kita untuk membawa beberapa dokumen penunjang. Antara lain:
Mutterpass
Resident permit yang masih berlaku + zusatzblatt (lembaran hijau)/ paspor yang masih berlaku
Bukti pendapatan 3 bulan terakhir sekeluarga (slip gaji, surat jaminan beasiswa, bantuan sosial dari pemerintah Jerman semacam dari Jobcenter, dll)
Rekening Koran 3 bulan terakhir (suami istri, jika keduanya punya rekening bank). Ini ditujukan untuk mengetahui besaran pengeluaran bulanan
Kartu ATM/ informasi tentang rekening bank yang dimiliki
Nah, saat kami mengajukan permohonannya, suami membuat appointment via email ke Donumvitae Bonn, kemudian kami datang sesuai jadwal appointment yang diberikan dengan membawa segala berkas yang diminta. Btw, yang datang ke kantornya harus keduanya ya (suami dan istri).
Konselor yang ada sangat ramah dan berbaik hati dalam membantu proses permohonan aplikasi dana bantuan kehamilan ini dan juga kita bisa konsultasi seputar kehamilan, seperti bagaimana mencari bidan, senam hamil/ yoga, bgaimana mengajukan Elterngeld dan Elternzeit, dsb.
Ibu konselor yang kami temui cukup fasih berbahasa Inggris, jadi tidak terlalu sulit dalam berkomunikasi. Nah, si bu konselor ini bertanya beberapa hal, sambil mengecek dokumen kami dan menginput data yang ada ke komputer. Sepertinya, data yang diinput ini akan jadi basis berapa besaran bantuan yang diberikan. Kemudian sesi tanya jawab.
Pertanyaan yang disampaikan beliau (semacam wawancara), antara lain:
Dari mana dapat info tentang lembaga sosial tersebut
Data pribadi si ibu hamil (sambil cek dokumen; Mutterpass, nomor rekening bank (jika ada) dan resident permit)
Detail pemasukan sekeluarga per bulan di Jerman (sambil cek bukti slip gaji, surat jaminan beasiswa, Kindergeld, dll)
Detail pengeluaran rutin bulanan (sambil cek rekening koran bank): sewa apartemen, listrik, internet, asuransi keluarga, uang sekolah dan makan anak, biaya kuliah, uang transportasi keluarga, langganan TV kabel dll (tidak termasuk uang makan/ belanja). Termasuk ditanya di Jerman ada hutang atau nggak
Apa saja yang dibutuhkan untuk perlengkapan ibu hamil, ibu menyusui dan bayi (yang sudah dimiliki dan belum dimiliki).
Setelah input data selesai, sang konselor langsung memutuskan berapa besaran bantuan yang diberikan. Di sini, menurut saya agak kurang etis kalau protes kita harusnya dikasih berapa (menuntut), terutama jika kita tahu berapa yang didapat teman lain, en kita dapat lebih sedikit. Seharusnya, kita sudah sangat bersyukur karena bisa dapat “uang bonus” ini, dan seperti yang saya sebutkan tadi, kondisi keuangan tiap keluarga berbeda :).
Kemudian, ada formulir yang harus ditandatangani oleh si ibu hamil sebagai persetujuan isi data formulir, besaran dana bantuan, dan perjanjian tidak akan mengajukan bantuan serupa di tempat lain.
Dana bantuan kehamilan ini, akan ditransfer ke rekening yang tertera (punya suami or istri), dan dikirim menjadi 2 bagian: sebelum melahirkan dan sesudah melahirkan (dengan menyerahkan bukti kelahiran/ akta kelahiran anak ke lembaga tersebut).
Kurang lebih itu gambaran pengalaman saya dalam proses pengajuan Schwangerschaftgeld di Jerman. Mungkin orang lain punya pengalaman yang agak berbeda karena faktor domisili atau lembaga bantuan sosialnya. Semoga memberikan gambaran bagi teman-teman yang sedang hamil/ istrinya sedang hamil di Jerman :). Sehat-sehat selalu untuk ibu dan calon debaynya yaaa
Alhamdulillah, setelah proses drama panjang, pake adegan berderai air mata dan scene emak-emak rempong bawa balita dari subuh sampai magrib ke sana sini, akhirnya di approve juga visa saya ke Korea Selatan akhir Agustus 2019 lalu XD.
Kisah bermula dari adanya kesempatan kolokium internasional tahunan yang diselenggarakan oleh institut saya (BIGS OAS) dengan mitra universitas di Jerman dan negara-negara Asia Timur. Tahun 2019 lalu adalah tahun ketiga diadakannya kolokium internasional, dan diselenggarakan di Seoul pada awal bulan Oktober 2019 kemarin. Nah, berhubung kolokium ini disponsori penuh oleh institut (transportasi dan akomodasi), maka dengan semangat 45 saya mendaftarkan diri :).
Karena kuota terbatas, hanya 5 orang mahasiswa dari seluruh angkatan di institut yang bisa ikut serta, maka saya harap-harap cemas. Alhamdulillah, rezeki gak kemana. Awal Agustus saya mendapat kabar kalau saya terpilih sebagai salah satu dari lima orang tersebut, maka segala persiapan saya lakukan, termasuk aplikasi visa. Berhubung WNI termasuk yang wajib mengajukan visa, sementara peserta lain yang warga EU bisa dapat bebas visa kunjungan 30 hari, maka saya seorang diri mengurusnya.
Nah, di kota Bonn ada kantor konsulat jenderal Republik Korea Selatan. Saya ke sana hendak memastikan persyaratan visanya (sebelumnya saya sudah cek website kementerian luar negeri Korea). Waktu saya bertanya, mbak-mbak petugasnya bertanya tentang kewarganegaraan saya dan menyebutkan sebuah peraturan baru (yang ternyata disebutkan di website Konjen Frankfurt). Yang bunyinya sebagai berikut:
* Since February 15, 2019, citizens of the following countries can apply for a Korean visa for a Korean foreign mission in Germany if they have been in Germany for at least 2 years: China, Philippines, Indonesia, Bangladesh, Vietnam, Mongolia, Thailand, Pakistan, Sri Lanka, India, Myanmar, Nepal, Iran, Uzbekistan, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Ukraine, Nigeria, Ghana, Egypt, Peru, Syria, Sudan, Macedonia, Kosovo , Cuba, Palestine, Iraq, Yemen, Afghanistan, Cameroon, Somalia, Gambia and Senegal
* The length of stay in Germany must be proven by submitting the copy of the first German visa or residence permit.
Saya langsung lemas seketika, karena jangka waktu tinggal saya di Jerman saat mendaftar baru 1 tahun 10 bulan, masih kurang dari dua tahun. Saya sudah mencoba nego ke petugasnya, tapi beliau bersikukuh mengatakan tidak bisa apply visa Koreanya.
Sepulangnya dari sana, (sambil menahan tangis XD), saya mengontak sekretaris program saya dan menceritakan masalahnya. Kemudian, saya meminta bantuannya untuk menanyakan ke kantor Konsulat Republik Korsel di Frankfurt, sekedar memastikan saran tersebut.
Alhamdulillah, ada titik terang. Sekretaris program menyebutkan bahwa menurut Konsulat Korsel di Frankfurt, saya bisa apply visanya, walau kurang dari dua tahun karena saya sudah cukup lama tinggal di Jerman. Kemudian, saya diarahkan untuk datang langsung ke konjen di Frankfurt untuk menunjukkan berkas-berkasnya.
Hari Senin pekan berikutnya, saya beserta si nona berangkat ke Frankfurt pagi-pagi dari Bonn dengan kereta. Kami sampai di Konjen Korsel di Frankfurt sekitar jam 08.45. Setelah menunggu beberapa saat, saya menyampaikan permasalahan dan menurut petugas Frankfurt, harusnya saya diberi pengecualian karena syarat-syarat dokumen sudah lengkap dan masa tinggal saya cukup panjang. Akhirnya, beliau menelpon Konjen di Bonn. Setelah menunggu beberapa waktu, beliau mengatakan kalau saya bisa mendaftar visanya di Bonn (sesuai pembagian kerja wilayah Konjen).
Pembagian wilayah kerja
Embassy of the Republic of Korea in Berlin
District districts: Berlin, Brandenburg, Saxony-Anhalt, Saxony, Mecklenburg-Vorpommern, Thuringia
Address: Embassy of the Republic of Korea – Consular Section, Stülerstr. 8-10, 10787 Berlin
Tel: +49 + (0) 30 – 260 65 434
Fax: +49 + (0) 30 – 260 65 54
E-mail: cons-ge@mofa.go.kr
Opening hours: Mon-Fri 9-12 am and 2 pm-5pm, application accepted until 4.30pm!
Holidays: German holidays and Korean holidays (01. March, 15. August, 03. October and 09. October)
Embassy of the Republic of Korea (Bonn Office)
Administrative districts: North Rhine-Westphalia, Rhineland-Palatinate, Saarland
Address: Embassy of the Republic of Korea (Bonn branch office), Mittelstr. 43, 53175 Bonn
Tel: +49 (0) 228 – 943 790
Fax: +49 (0) 0228 – 372 8436
E-mail: admin-bn@mofa.go.kr
Opening hours: Mon-Fri 9-12 am and 2 pm-5pm, application accepted until 4.30pm!
Holidays: German holidays and Korean holidays (01. March, 15. August, 03. October and 09. October)
Consulate General of the Republic of Korea (Frankfurt am Main)
Local districts: Hesse, Baden-Württemberg, Bavaria
Address: Consulate General of the Republic of Korea, Lyoner Str. 34, 60528 Frankfurt a. M.
Tel: +49 (0) 69 – 956 75 2 24
Fax: +49 (0) 69 – 5600 3986
E-mail: gk-frankfurt@mofa.go.kr
Opening hours: Mon-Fri 9: 00-12: 00 and 14: 00-17: 00, application accepted until 16.30!
Holidays: German holidays and Korean holidays (01. March, 15. August, 03. October and 09. October)
Consulate General of the Republic of Korea (Hamburg)
Administrative districts: Hamburg, Bremen, Lower Saxony, Schleswig-Holstein
Address: Consulate General of the Republic of Korea, Kaiser-Wilhelm-Str. 9 (3rd floor), 20355 Hamburg
Tel: +49 (0) 40 – 650 677 614/615
Fax: +49 + (0) 40 – 650 677 631
E-mail: gkhamburg@mofa.go.kr
Opening hours: Mo-Fr 9-12: 30 am and 2 pm-5pm, application accepted until 4.30pm!
Holidays: German holidays and Korean holidays (01. March, 15. August, 03. October and 09. October) http://overseas.mofa.go.kr/de-frankfurt-de/wpge/m_9526/contents.do
Adapun persyaratan untuk visa konferensi saya antara lain:
a completed application form
1 passport photo (color photo 3.5 x 4.5 cm), white background
a valid passport for the duration of the stay
an invitation from Korea (original, copy or e-mail)
Trademark extract copy of the institution/ company in Korea (original, copy or e-mail)
Employment certificate and posting letter (original, copy or by e-mail) –> saya pakai surat keterangan mahasiswa dan jaminan finansial dari Institut
Visa fee: see under “Visa Fees” –> Saya membayar sekitar 32 Euro
Copy of German residence permit (if foreigner in Germany)
The visa application is from 12 August 2019 only possible at the times listed below. The collection can continue without appointment.
* Note the application and pick-up times.
* Please note:
The processing time is usually between 2 to 4 weeks,
may be significantly shorter or longer in individual cases.
Please submit your application in a timely manner.
* New times for visa application:
Mon. 14:00 – 16:30
Tues. 09:00 – 12:00, 14:00 – 16:30
Do. 09:00 – 12:00, 14:00 – 16:30 hrs.
Fri 09:00 – 12:00 hrs
* General opening hours and visa collection times:
Mon to Fri 9:00 – 12:00, 14:00 – 16:30
* From 01.06.2014 the visa for Korea can only be applied for personally .
(no postal application)
* The passport as well as the residence permit in Germany should be valid for at least 6 months.
Alhamdulillah, setelah kejadian di Frankfurt, proses aplikasi visa saya di Bonn lancar. Hari Selasa pagi saya menyerahkan semua kelengkapan berkas dan membayar biaya visa, hari Jumat siang di pekan yang sama saya sudah mendapatkan visanya.
Hikmah dari pengalaman ini adalah terus ikhtiar walau ada beberapa kendala menghadang. Dan terus yakin, jika memang sudah rezeki, tidak akan kemana. En kita harus selalu legawa, jika pada akhirnya kesempatan yang ada di depan mata sekalipun, ternyata bukan menjadi rezeki kita. Alhamdulillah ala kulli haal.
Alhamdulillah, rezeki tak disangka datang ketika penerbangan yang saya pilih “memaksa” saya untuk transit di Abu Dhabi selama 20 jam (dipaksa oleh budget en pilihan tiket murah ). Oleh karenanya, Alhamdulillah saya jadi bisa berkunjung ke salah satu mesjid terbesar dan termegah di dunia; Sheikh Zayed Grand Mosque.
Mulanya, ada beberapa destinasi yang ingin saya kunjungi di Uni Emirat Arab selama transit panjang, seperti Dubai, Al-‘Ain, dan keliling kota Abu Dhabi. Tapi kondisi tubuh tidak memungkinkan saya untuk “ambisius” dalam berjalan-jalan, sehingga suami dan keluarga menyarankan untuk lebih banyak istirahat dan jalan-jalan ke lokasi yang dekat saja . Pilihan jatuh ke masjid raya ini, yang memang jadi destinasi utama para turis/ transit-ers di Abu Dhabi.
Saya awalnya tidak terlalu banyak tahu tentang megahnya masjid ini. Hanya pernah melihat foto seorang kawan pernah berpose di depan masjid saat malam hari. Sampai kemudian, selama dalam penerbangan, saya berkesempatan untuk menonton dokumenter tentang proses pembangunan masjidnya.
Lansekap masjid saat petang
Nah, waktu terbaik mengunjungi masjid ini adalah pagi hari (sekitar jam 8 saat free shuttle bus mulai beroperasi) atau saat habis ashar sampai magrib. Ini penting sekali mengingat cuaca di Abu Dhabi yang lumayan panas saat itu (saya ke sana pas masih akhir musim panas).
Berhubung saya paginya masih kelelahan perjalanan panjang, jadi saya memilih untuk istirahat dulu di hotel sampai jam 14.30. Baru kemudian saya bertolak ke lokasi shuttle bus ke Grand Masjid di seberang terminal kedatangan, mengejar keberangkatan bus jam 15.00.
Bus ke Grand Mosque nomor A18
Saat saya menaiki bus shuttle (ukuran mobil Elf), hanya ada 2 orang penumpang (termasuk saya) dan seorang supir yang sepertinya berkebangsaan India atau Pakistan. Jadi berasa tour privat karena cuma sedikit penumpang, tapi bus tetap berangkat XD. Perjalanan ke masjid memakan waktu sekitar 20-30 menit, tergantung kemacetan jalan. Cukup jauh juga dari bandara. Pemandangan di kanan kiri jalan menuju ke masjid didominasi oleh padang pasir (walo gak luas amat), bangunan rumah khas Timur Tengah dan tanaman khas gurun. Anyway, alhamdulillah pak supir menyetel murottal sepanjang perjalanan, jadi suasana lebih terasa syahdu.
Setelah sampai di kompleks masjid, penumpang diturunkan di area drop off wisatawan. Tak lupa, supir bus mengingatkan bahwa jadwal bus kembali ke bandara adanya tiap 1 jam sekali, di menit ke-10.
Dari area drop off, kita masih harus jalan lumayan jauh ke area utama masjid. Agak bingung sebenernya ke mana arah jalan masuknya, tapi dengan mengobservasi pengunjung lain, saya jadi tahu kalau ada jalan khusus bawah tanah menuju masjid yang “adem”, yang juga merupakan area shopping dan food centre. Sebelum ke masjid, saya menyempatkan diri dulu untuk makan siang dan membeli sangu untuk makan malam. Harganya jauh lebih murah dibanding makan di area bandara (tentu saja).
Setelah makan, alhamdulillah bertepatan dengan masuknya waktu sholat ashar. Kumandang adzan masjid terdengar sampai ke area shopping bawah tanah ini. Namun, proses menuju ke masjid ternyata masih panjang dan jauh XD.
Kagum. Ternyata ada banyak inisiatif dan kreativitas yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk membuat sebuah gerakan. Salah satunya adalah inisiatif pendidikan membangun sekolah yang dilakukan oleh seorang pemuda di Tamale, Ghana. Apanya yang unik? Pemuda ini menggunakan cara yang tidak biasa (menurut saya) dalam menggalang dukungan dan dana pembangunan sekolahnya. Ia dan timnya yang bernama “The Prince And Princess Academy Project Team”, mengajak orang dari berbagai negara untuk ikut serta mendukung inisiatifnya melalui kartu pos.
Saya mengetahui inisiatif ini secara tak sengaja, ketika saya mendapat “tugas” dari Postcrossing untuk mengirim kartu pos random ke Ghana, Afrika. Wow, ini pertama kalinya saya mengirim postcard ke Ghana :D! Kemudian, saat saya membaca profil pemilik akun postcrosser tersebut yang bernama Prince Sisu, tahulah saya bahwa ia membuat inisiatif ini.
Dari website project-nya, https://princeandprincessacadmy.com, saya membaca tawaran menarik. Dengan memesan kartu pos dari proyek ini senilai 3 Euro per kartu pos, selain kita bisa mendapat kartu pos berperangko (dikirim langsung dari Ghana lho), kita sekaligus turut serta mendukung inisiatif pendidikan mereka.
Proses pemesanan kartu pos dan pembayarannya pun cukup mudah. Kita hanya perlu memilih dan memesan kartu pos sejumlah yang diinginkan, kemudian mengisi data di formulir online yang ada di website tersebut. Pembayaran dilakukan melalui PayPal (bagi yang punya akun PayPal, ini sangat praktis). Selain membayar sejumlah kartu pos yang dipesan, kita juga bisa sekaligus berdonasi (lebih) dari harga kartu pos yang perlu dibayar.
Selain proses yang mudah, follow up dan komunikasi dari pemesanan juga oke. Setelah pembayaran terkonfirmasi, tim akan mengirim email tentang konfirmasi pemesanan, data alamat dan preferensi pengiriman kartu pos; kita bisa memilih hendak dikirim kosongan dalam sebuah amplop atau dikirim terpisah (ditulis satu per satu dan berperangko). Untuk pecinta kartu pos dan postcrosser seperti saya, saya memilih kartu pos ditulis dan dikirim terpisah.
Setelah semua jelas, tim kemudian mengirim email lagi bahwa kartu pos yang dipesan sudah dikirim. Alhamdulillah, ternyata kartu pos yang mereka kirim tergolong cepat sampai ke alamat saya di sini (sekitar 9 hari). Padahal saya sempat pesimis kalau pengiriman kartu pos dari Afrika sampainya bisa berbilang lamanya (bulanan XD).
Ini kartu pos dari Ghana yang saya pesan ^^Beneran dong, rajin ditulis satu per satu postcardnya en diperangkoi XD
So, bagi yang tertarik untuk memesan kartu pos dari Ghana sekaligus mendukung inisiatif pendidikan mereka, silakan langsung kunjungi website mereka yaaa
Mengutip kalimat Prince Sisu dari websitenya: “I believe children are the future leaders of tomorrow and the best gift one can ever give a child is Education. Education is a light to the soul”
Pertama-tama, selamat atas kelahiran buah hatinya. Nah, sebagai orang perantauan di Jerman, kita perlu mengurus surat keterangan kelahiran atau Geburtsurkunde untuk buah hati sebagai bentuk tanggung jawab orang tua untuk memenuhi hak anak. Karena dari surat keterangan lahir inilah, segala urusan administrasi dan hak anak bermula.
Tanpa adanya surat ini, kita tidak bisa mengurus berbagai dokumen penting dan hak anak, mulai dari paspor, asuransi kesehatan, resident permit, Kindergeld dll.
Kalau di tanah air, RS otomatis akan memberikan surat pengantar keterangan lahir, namun masih harus diurus akta kelahirannya di kelurahan, kecamatan sampai di Kantor Catatan Sipil Kota/ Kabupaten.
Berbeda kalau di Jerman, begitu buah hati lahir dan si ibu sudah diperbolehkan pulang dari RS, pihak RS hanya akan memberikan informasi seputar bagaimana pengurusan surat keterangan lahir ini. Mereka tidak otomatis memberikan semacam surat pengantar. Saya sempat bingung dan menunggu-nunggu, karena saya kira prosesnya sama dengan di Indonesia.
Ternyata, kita harus mengurus dan mengajukan sendiri surat keterangan lahir tersebut (permohonan secara terpisah). Surat keterangan lahir di Jerman bisa dibantu diurus di bagian administrasi RS, melalui pos, fax atau email, atau langsung ke kantor catatan sipil (Standesamt) kota setelah dokumen persyaratan diajukan.
Berikut ini beberapa persyaratan dokumen yang harus diserahkan ke bagian administrasi RS/ standesamt:
Formulir permohonan (minta ke RS atau kantor Standesamt) yang sudah diisi. Usahakan sudah ada nama anak agar bisa segera diurus
Fotokopi akta/ buku pernikahan kita dalam bahasa Indonesia dan terjemahannya dalam bahasa Jerman
Fotokopi paspor dan resident permit kita (sebagai kedua orang tua)
Jika punya anak lain, sertakan pula fotokopi paspor dan resident permit anak tersebut.
Fotokopi terjemahan akta kelahiran kedua orang tua dalam bahasa Jerman (untuk case kami, Alhamdulillah ini bisa di skip, tergantung kota masing-masing. Ada yang mewajibkan, ada yang tidak)
Biaya pengurusan surat keterangan lahir (dibayar tunai). Ada 3 macam surat yang diterbitkan, saya lupa apa saja, yang pasti ada yang dalam bahasa Inggris. Total biayanya sekitar 20 Euro untuk 3 jenis surat tadi, Plus 5 Euro untuk administrasi (hasil surat yang sudah jadi, dikirim via pos).
Berhubung sekarang ini sedang pandemi Corona, Standesamt di Bonn tidak melayani pengurusan surat secara langsung, sehingga kami mengurus surat keterangan lahir melalui bagian administrasi RS. Lagipula, formulir permohonan surat keterangan lahir harus mendapat cap basah dari RS. Jadi sekalian saja mengurusnya :).
Setelah persyaratan disampaikan ke RS, jika ada dokumen yang kurang, pihak RS akan menelpon kita dan meminta dokumen tambahan dikirimkan melalui email. Jadi tidak perlu bolak balik ke RS.
Setelah dokumen lengkap, pihak RS akan mengirimkan surat konfirmasi nama anak yang perlu kita (kedua ortu) tanda tangani, dan di-scan + kirim balik via email.
Surat keterangan lahir ini, perlu proses sekitar 1-2 minggu dan dikirim lewat pos ke alamat kita (khususnya karena sekarang lagi masa pandemi Corona).
Kurang lebih itu info seputar bagaimana proses mengurus surat keterangan lahir. Semoga bisa memberikan gambaran untuk teman-teman yang akan/ baru menyambut buah hatinya di Jerman :). Feel free to contact jika ada yang hendak ditanyakan. Mungkin akan ada beberapa proses yang berbeda, menyesuaikan dengan kebijakan kota.
Kindergeld/ Child Benefit atau Uang untuk Anak adalah salah satu layanan sosial yang diberikan pemerintah Jerman bagi anak di Jerman, baik itu asli orang Jerman maupun pendatang yang memiliki izin tinggal jangka panjang (resident permit). Child benefit ini cukup umum diberikan oleh pemerintah dari negara-negara maju bagi warganya, contohnya sebagian negara di Eropa, juga di Jepang.
Sepengetahuan saya, kebijakan ini dibuat dalam rangka “memotivasi” warganya untuk tidak khawatir dengan masalah keuangan karena memiliki dan membesarkan anak. Wajar, ini terjadi karena negara mereka mengalami “aging population“, yang umum terjadi di negara maju. Selain itu, benefit ini juga sebagai salah satu bentuk timbal balik dari pajak yang tinggi di negara tersebut. Di Jerman, pajak penghasilan bisa mencapai 40-50% dari total penghasilan (besarannya tergantung dari tipe pajak).
Nah, kembali ke topik awal. Kindergeld ini diberikan bagi keluarga, berapapun penghasilannya (asalkan memenuhi syarat dokumen), dan diberikan bagi anak-anak mulai lahir (kelahiran Jerman) sampai usia 18 tahun (batas usia dewasa). Kalau imigran semacam kita (mahasiswa Indonesia atau kerja), kindergeld diberikan kepada anak per didapatkannya resident permit.
Besaran Kindergeld adalah sbb (per Juli 2019):
Anak pertama dan kedua sebesar 204 € per bulan
Anak ketiga 210 € per bulan
Anak keempat dst sebesar 235 € per bulan
Jadi, di Jerman ini berlaku “banyak anak, banyak rejeki” ^^
Khusus bagi pendatang asing, Kindergeld bisa diajukan oleh salah satu dari orang tua anak tersebut asalkan yang mengajukan tersebut bukanlah student dengan pasal § 16 (Anmerkungen pada resident permit). Jadi, bagi mahasiswa Indonesia di Jerman, sebaiknya yang mengajukan adalah pasangan (suami atau istri) yang punya izin bekerja.
Permohonan Kindergeld bisa dilakukan secara online lewat website KgOnline(khusus untuk anak yang lahir di Jerman – berbayar sekitar 29 Euro) atau secara manual (bisa untuk anak yang baru lahir/ baru datang ke Jerman, dikirim ke alamat Familienkasse kota terdekat lewat pos/ dropbox – gratis).
Berikut syaratnya (khususnya yang diajukan manual via pos/ dropbox):
Fotokopi Tax identification number (Tax ID/ Nomor Pajak) milik pemohon dan untuk anak yang diajukan Kindergeldnya (yup, bayi baru lahir pun akan punya Tax ID sendiri ^^”). Jika belum punya Tax ID, bisa mengirim permohonan secara online di website INI. Tax ID akan dikirimkan via pos ke alamat rumah kita sekitar 2-4 minggu setelah permohonan.
Formulir permohonan Kindergeld (Antrag KG 1 dan Anlage Kind KG 1) yang telah diisi lengkap dan ditanda-tangani. Formulir bisa diunduh di tautan INI. Ada formulir dalam berbagai versi bahasa, bisa milih yang bahasa Inggris.
Fotokopi/ print out scan Resident permit dan lampirannya (milik orang tua). Harap diprint atau difotokopi dengan jelas agar mudah terbaca.
Fotokopi/ print out halaman depan/ data Paspor orang tua.
Fotokopi buku nikah orang tua yang telah dilegalisir (Kedubes Jerman di Jakarta) dan diterjemahkan ke dalam Bahasa Jerman.
Fotokopi akta kelahiran anak yang telah dilegalisir dan diterjemahkan ke Bahasa Jerman (untuk anak yang baru datang ke Jerman) atau Geburtsurkunde (surat keterangan lahir bagi anak yang lahir di Jerman) khusus untuk aplikasi Kindergeld (akan diberikan oleh Standestamt).
Jika anak baru datang ke Jerman, maka perlu dilampirkan juga Anmeldebestätigung (surat keterangan registrasi di City Hall) keluarga.
Nomor rekening bank yang mengajukan Kindergeld. Apabila tidak punya, bisa memakai rekening bank pasangannya.
Dokumen tersebut disusun rapi, dan dikirim ke alamat Familienkasse terdekat di kota kita tinggal. Alamatnya bisa dicek di tautan INI.
Nah, terkadang setelah kita mengirimkan permohonan Kindergeld, ada surat balasan dari Familienkasse yang meminta tambahan informasi tertentu. Jadi, kalau memang seperti itu kasusnya, dipenuhi saja persyaratan/ dokumen tambahan yang diminta sebelum batas waktu yang diberikan. Kami mengajukan permohonan Kindergeld, keduanya dilakukan secara manual (dikirim via pos). Untuk permohonan online via website untuk anak yang lahir di Jerman, menurut teman kami, jauh lebih mudah dan cepat prosesnya, namun memang perlu biaya pemrosesan sekitar 29 Euro. Saya lebih memilih pengajuan secara manual, karena selain sempat bingung dengan isian formulirnya, juga untuk mengurangi biaya XD.
Resikonya, saat pengajuan permohonan untuk anak pertama (baru datang ke Jerman), kami perlu ping pong dokumen 2 kali karena ada syarat tambahan/ hal yang kurang jelas. Sedangkan untuk permohonan anak kedua (lahir di Jerman), ada permintaan dokumen tambahan fotokopi surat nomor Tax ID (sebelumnya hanya meminta nomornya saja). Jadi lumayan takes time. Tapi bagi yang gak keburu-buru, gak masalah ngurus via manual, demi pemrosesan gratis XD.
Kurang lebih itu pengalaman kami mengurus aplikasi permohonan Kindergeld. Jika ada pertanyaan or hal yang kurang jelas, feel free to ask/ contact.
Masih seputar topik ibu hamil, ibu melahirkan dan bayi. Kali ini saya akan membahas tentang freebies yang diberikan oleh beberapa toko atau perusahaan produk bayi yang ada di Jerman. Alhamdulillah, ada beberapa “hadiah” yang bisa kita dapatkan dengan mendaftarkan diri di beberapa program, sejak hamil dan setelah lahiran. Barang yang diberikan berupa produk contoh/ sample, voucher, diskon berkala dan juga mainan/ barang.
Dalam postingan ini, akan saya bahas beberapa program hadiah yang pernah saya ikuti (thanks to Sparwelt website):
1. DM-glückskind
DM merupakan salah satu toko Drogerie yang cukup banyak cabangnya di Jerman. DM memberikan freebies beragam macam. Saat awal kehamilan, kita bisa mendapat nursing cover dan setelah lahiran, bisa dapat tas koper mini berisi barang-barang sampel dari produk sponsor. Hadiah koper ini diberikan tidak hanya untuk anak yang baru lahir, tapi juga untuk anak-anak di bawah umur 3 tahun. Caranya, cukup dengan mengunduh apps Mein-DM dan mendaftarkan diri dan identitas anak di DM-glückskind (daftar di SINI).
Nanti, di apps akan muncul berbagai kupon produk, juga aktivasi hadiah-hadiah yang bisa diambil saat berbelanja di DM. Jangan lupa untuk menunjukkan QR-code (dengan aktivasi potongan harga/ gratis produk) di aplikasi mein-DM untuk di scan di pengambilan barang di kasir. Btw, tidak semua cabang DM ada stok untuk hadiah ini. Jadi, kalau gak ada stok, bisa coba di toko DM lainnya. Selain hadiah ini, kadang DM mengirimkan hadiah kecil berupa surat atau kartu ucapan ke alamat rumah.
Tampilan Koper Mini Isi Freebies Koper Mini
2. Rossmann – Babywelt
Serupa dengan DM, Rossmann juga memiliki program yang mirip bernama Babywelt (daftar di SINI). Hadiahnya berupa tas toileteries berbahan kain (berisi sampel produk) saat hamil sebagai welcome gift dan juga kotak hadiah Hurra (berisi Boneka, dan produk sampel+voucher diskon) saat bayi sudah lahir. Cukup mendaftarkan diri di Babywelt, kemudian unduh Apps-nya di playstore. Nanti bisa aktivasi hadiah atau kupon-kupon belanjanya. Hadiah bisa diambil di kasir saat belanja ke Rossmann.
Welcome gift saat hamil Hadiah Hurra Paket saat bayi sudah lahir Isi Kotak Hurra
HiPP merupakan salah satu merk produk bayi yang cukup besar di Jerman. Produknya bervariasi mulai dari popok, krim bayi, hingga susu dan makanan bayi. Dengan mendaftar HiPP Mein BabyClub, kita bisa mendapat berbagai produk sample, voucher potongan harga produk yang bisa digunakan di berbagai toko, juga hadiah mainan bayi. Pendaftarannya bisa dilakukan di SINI. Selama kehamilan dan melahirkan, saya dua kali mendapatkan hadiah dari HiPP. Hadiah dikirimkan ke alamat rumah kita.
Kiriman kedua berisi botol susu
4. Aptawelt – Aptaclub
Aptaclub memberikan welcome gift berupa cuddly soft Schnuffeltuch dari Sigikid setelah kita mendaftarkan diri di Aptaclub di SINI. Hadiah dikirimkan ke rumah.
Nah, ini yang surprise banget. Hadiah yang diberikan Kaufland lumayan besar paketnya, karena awalnya saya kira ukuran paketnya standar aja. Welcome box dari Familien Momente Kaufland ini dikirimkan ke rumah setelah bayi lahir (dengan mengisi tanggal perkiraan lahir atau mengupdate tanggal lahir anak saat sudah lahir). Isi welcome boxnya berupa berbagai produk sample dari sponsor, juga sebuah handuk dengan bordiran nama anak kita. Pendaftarannya di SINI.
Welcome Box Isi Welcome Box
Kurang lebih itu informasi seputar freebies yang diberikan bagi ibu hamil dan newborn di Jerman yang saya ikuti dan terbukti mendapatkan freebiesnya. Semoga memberikan gambaran bagi yang tertarik :). Untuk informasi freebies lain yang bisa diikuti, bisa cek website Sparwelt.
Mengurus paspor dan Surat Keterangan Lahir dari KJRI/ KBRI merupakan langkah selanjutnya dari rangkaian pemenuhan hak administrasi bagi anak yang lahir di Jerman. Di sini saya akan share pengalaman mengurus paspor anak saya dan juga sekaligus surat keterangan lahir yang diurus di KJRI Frankfurt. Mungkin kurang lebih sama prosesnya seperti di perwakilan Indonesia di kota/ negara lainnya.
Nah, di masa pandemi Corona sekarang ini, pengurusan paspor di KJRI hanya bisa dilakukan dengan membuat perjanjian/ termin dahulu (sampai 30 Juni 2020). Untuk updatenya, bisa dicek di website KJRI Frankfurt. Pembuatan paspor harus dilakukan secara langsung/ datang ke KJRI karena ada proses pengambilan foto. Dalam kondisi normal, biasanya KJRI/ KBRI mengadakan layanan warung konsuler di kota-kota wilayah kerjanya. Warung konsuler ini juga melayani pembuatan paspor. Sedangkan untuk surat keterangan lahir selama pandemi corona, bisa diajukan permohonannya melalui pos. Berhubung saya mengurusnya langsung di KJRI, jadi surat keterangan lahir sekaligus saya ajukan.
PEMBUATAN PASPOR BARU BAGI ANAK BUKAN SUBJEK KEWARGANEGARAAN GANDA
Dokumen yang dibutuhkan untuk pembuatan Paspor baru bagi anak WNI:
Memiliki nomor registrasi diri KJRI Frankfurt. Bagi yang belum memiliki nomor registrasi diri, silahkan klik di sini untuk lapor diri online–> Berhubung bayi yang lahir di Jerman belum punya paspor, maka isian data di lapor diri online diisi berdasarkan Geburtsurkunde (nomor paspor diganti nomor geburtsurkunde, sedangkan tanggal masa berlaku dll, diisi dengan tanggal lahir atau tanggal lain secara random. Jika paspor sudah jadi, baru diupdate informasi Lapor Diri nya. Jangan lupa juga untuk meng-upload scan akta kelahiran/ Geburtsurkunde, foto dan juga bukti Meldebestatigung di Lapor Diri. Lapor Diri online ini harus dilakukan sebelum mengajukan permohonan pembuatan paspor ya.
Formulir Permohonan Paspor Baru (klik di sini) yang telah diisi lengkap dengan tanda tangan oleh orang tua
Fotokopi Akte Kelahiran anak di Jerman (Geburtsurkunde)
Fotokopi Surat Keterangan Kelahiran dari Perwakilan Republik Indonesia di Negara anak tersebut dilahirkan atau surat registrasi kelahiran anak dari Pemerintah Jerman (bagi anak yang lahir di luar Jerman). –> Surat Keterangan Kelahiran ini bisa diajukan berbarengan saat mengurus ke KJRI
Pasfoto Biometrik 3,5 x 4,5 cm. Latar belakang putih/abu – abu –> ditempel di formulir. Memfoto bayi selalu tricky. Tapi dengan berbagai cara, akhirnya Alhamdulillah berhasil. Anak, saya foto sendiri, kemudian edit dengan latar belakang putih. Setelah itu print fotonya di Rossmann/ DM, cukup membayar 0,27 Euro saja untuk 8 buah foto (kalau foto di Mesin instan pasfoto yang ada di Hbf dll, bayarnya 6 euro untuk 5 buah foto)
Fotokopi Akta Perkawinan/Buku Nikah dan/atau surat registrasi Perkawinan orang tua dari Pemerintah Jerman.
Fotokopi Paspor Orang tua yang masih berlaku
Fotokopi izin tinggal orang tua yang masih berlaku
Bukti pembayaran pembuatan paspor sebesar 30 € (biaya paspor) melalui transfer Bank. Harap menuliskan tujuan dan nama pemohon pada kolom Verwendungszweck dari Überweisungsbeleg, contoh: PASPOR BARU untuk (nama anak). Silahkan klik di sini untuk melihat tarif pembuatan paspor dan rekening bank KJRI Frankfurt.
Bila Paspor yang telah jadi akan dikirimkan melalui jasa pos, harap sertakan amplop beralamat lengkap dan perangko minimal 4 Euro (atau sebaiknya tercatat).
Adapun untuk persyaratan permohonan Surat Keterangan Kelahiran, berikut infonya (dikutip dari Website KJRI Frankfurt):
SURAT KETERANGAN KELAHIRAN
Surat Keterangan Kelahiran adalah bukti pencatatan kelahiran WNI di luar negeri yang dikeluarkan oleh Perwakilan Republik Indonesia di negara kelahiran WNI tersebut.
Syarat kelengkapan dokumen:
Memiliki nomor registrasi diri di KJRI Frankfurt (sama langkahnya dengan pembuatan paspor)
Formulir Aplikasi yang telah diisi dan ditandatangani oleh orang tua WNI
1 (satu) lembar pasfoto berwarna yang dibuat tidak lebih dari 3 (tiga) bulan dengan warna latar belakang bebas (ditempel pada formulir) –> sama dengan foto untuk syarat paspor
Akta kelahiran asli diperlihatkan pada petugas KJRI Frankfurt
Fotokopi akta kelahiran (Geburtsurkunde) yang dikeluarkan oleh kantor catatan sipil (Standesamt) Jerman
Fotokopi akta / buku nikah orang tua
Amplop balasan yang disertai alamat lengkap dan perangko secukupnya (minimal 4 €) untuk mengirim kembali Surat Keterangan yang sudah jadi –> saya jadikan satu dengan paspor kalau sudah jadi nanti
Untuk mempermudah mengecek kelengkapan dokumen, saya membuat check list di tiap set dokumen permohonan.
Saat mengurus di KJRI Frankfurt, prosesnya sangat cepat (terutama karena selama pandemi Corona ini, jumlah pengunjung sangat dibatasi dan sesuai dengan jadwal/ Termin). Sesampainya saya di KJRI, saya langsung ke atas, kemudian oleh resepsionis ditanya nama pemohon dan terminnya (ada di dalam list mereka atau tidak), dan diukur suhu tubuhnya.
Kemudian, langsung menuju bagian konsuler. Saya dan anak ternyata satu-satunya pemohon yang ada di sana (karena sesuai dengan jadwal termin, jadi memang tidak banyak orang). Saya menyerahkan kelengkapan dokumen. Jangan lupa kita sebutkan untuk mengurus paspor bayi dan juga surat keterangan lahir + bukti lapor diri. Setelah itu, petugas akan mengecek kelengkapan. Menunggu sekitar 5 menit, dan langsung diarahkan untuk foto. Petugas KJRI mengarahkan saya untuk berdiri mepet tembok sambil menggendong bayi menghadap ke arah kamera. Hasilnya memang kurang bagus karena sulit mengarahkan bayi bergaya XD. Apalagi Faiq saat itu kondisinya saya paksa bangun dari tidurnya XD. Kata petugas, yang penting wajah bayi secara penuh menghadap ke kamera dan mata terbuka.
Lalu, setelah foto, petugas akan mengonfirmasi data nama dan tanggal lahir dalam paspor. Jika sudah oke, maka kita akan diminta tanda-tangan bukti pengajuan permohonan pembuatan paspor. Setelah selesai, petugas mengingatkan saya untuk mengunggah dokumen foto dan meldebestatigung di Lapor Diri Online agar mereka bisa memproses permohonan paspornya.
Paspor dan surat keterangan lahir diproses sekitar 5 hari kerja. Ditambah proses untuk pengiriman, mungkin total jadi sekitar semingguan. Jika dalam seminggu belum ada kirim balik dari mereka, sebaiknya menelpon langsung ke bagian paspor/ surat keterangan KJRI Frankfurt sesuai jam telepon dan hari kerjanya.
Kurang lebih seperti itu pengalaman saya. Feel free kalau ada yang hendak ditanyakan ke saya atau bisa langsung kontak bagian konsuler KJRI Frankfurt:
Jam Buka Bidang Konsuler & Imigrasi / Öffnungszeiten der Konsular-Abteilung
Pelayanan Loket / Am Schalter: Senin – Kamis / Montags – Donnerstags: 10.00 – 12.30 Jum’at / Freitags: 10.00 – 12.00 Kecuali Hari Libur / Auβer an Feiertagen
Bagian Paspor & Lapor Diri / Paspor-Abteilung: +49-69-24709811 Bagian Visa / Visa Abteilung: +49-69-24709812 Bagian Surat Keterangan dan Legalisasi / Legalisierungsabteilung: +49-69-24709825 Pertanyaan mengenai proses kekonsuleran dapat hubungi Bidang Konsuler pada alamat email: konsulerfrankfurt@indonesia-frankfurt.de –> fast response
Setelah proses yang panjang (sekitar hampir tiga bulan dan beberapa kali pingpong surat-menyurat), Alhamdulillah akhirnya urusan untuk aplikasi Elterngeld (Parental Benefit) selesai dan di-approve oleh Amt für Kinder, Jugend undFamilie kota Bonn.
Elterngeld adalah salah satu benefit bagi orang tua yang anaknya baru saja lahir, dan diberikan sebagai tunjangan bagi salah satu atau kedua orang tua yang mengambil cuti dari pekerjaannya untuk mengurus anak (Elternzeit). Elterngeld ini merupakan bentuk perhatian bagi pemerintah Jerman, agar para orang tua tidak perlu khawatir kehilangan penghasilan saat mengurus anaknya yang baru lahir.
Yang bisa mengajukan Elterngeld adalah:
Yang memiliki izin tinggal (residence permit) yang membolehkan bekerja full-time (jadi, kalau student pasal 16 tidak bisa mengajukan). Jadi, bagi yang student, pasangan (suami atau istri) lah yang sebaiknya mengajukan.
Tinggal satu atap bersama dengan anak
Mengurus anak sendiri (bukan diurus orang/ pihak lain)
Tidak bekerja lebih dari 30 jam seminggu selama mendapat Elterngeld
Elterngeld sebaiknya diajukan taklama setelah anak lahir. Karena Elterngeld maksimal dibayarkan maksimal 3 bulan ke belakang. Elterngeld ini diberikan selama 12 bulan (atau 14 bulan jika suami dan istri bergantian menjaga anak), dan besarnya sekitar 300 – 1800 Euro (sesuai gaji masing-masing, sekitar 60-67% dari gaji bulanan bersih setelah pajak).
Jika pasangan kita tidak bekerja (ibu rumah tangga/ bapak rumah tangga), tetap bisa mengajukan Elterngeld asalkan izin tinggalnya memperbolehkan bekerja. Namun, besaran Elterngeld yang didapat adalah basis, sebesar 300 Euro. Begitu juga kalau bekerja tapi hanya part-time, dan gajinya jika dihitung 60-67% nya kurang dari 300 Euro, maka yang didapat tetap basis sebesar 300 Euro per bulan.
Buku Panduan Elterngeld, Elterngeld Plus dan Elternzeit Berbahasa Inggris. Bisa didapat di Familien Buro Kampus
Syarat dokumen pengajuan Elterngeld adalah sbb:
Formulir Elterngeld yang sudah diisi (bisa diunduh di SINI, atau bisa diambil di Familien Büro di Universitas atau di kantor Amt für Kinder, Jugend und Familie di kota masing-masing). Kalau ada isian yang kurang paham, bisa bertanya ke Familien Büro atau lembaga seperti Caritas, AWO, atau Donumvitae.
Geburtsurkunde yang ditujukan untuk Elterngeld
Fotokopi Residence Permit kedua orang tua
Bukti pemasukan keuangan sekeluarga
Slip gaji setahun terakhir (bagi yang bekerja)
Surat izin Elternzeit (parental leave) yang diberikan oleh Pemberi Kerja (bagi yang bekerja) –> diajukan paling lambat 7 minggu sebelum mengambil Elternzeit agar pemberi kerja bisa punya waktu yang cukup untuk mencari pengganti sementara. Tidak ada format khusus. Suami saya mengajukan surat permohonan ke tempat kerja, kemudian surat balasan persetujuan Elternzeit dari tempat kerja itulah yang diajukan
Fotokopi surat persetujuan Kindergeld (jika punya anak yang lain dan telah mendapatkan Kindergeld).
Dokumen di atas dikirim ke kantor Kinder, Jugend und Familie di kota masing-masing lewat pos atau diantar langsung/ dropbox. Sekitar sebulan setelah mengirimkan dokumen tersebut, suami saya dapat surat balasan yang meminta dokumen tambahan:
Steuererklärung dari Finanzamt di kota tempat tinggal (jika belum mengurus, bisa meminta Negativbescheinigung yang menyatakan belum mengurus Steuererklarung). Suami mengurus surat ini lewat telepon (karena masih masa Corona), dengan menyebutkan nomor taxnya. Kemudian, Negativbescheinigung dikirim ke alamat rumah beberapa hari setelah menelpon (cukup cepat).
elektronische Lohnsteuerbescheinigung dari Pemberi Kerja (bagi yang bekerja)
Mengisi form Bescheinigung für Geburten (gaji selama setahun ke depan dari pemberi kerja).
Proses pengurusannya jika sudah lengkap semua syaratnya sekitar 1 bulan. Cuma karena ada beberapa dokumen yang harus dilengkapi (dan tiap dokumen perlu waktu agak lama untuk mendapatkannya), kami perlu waktu total sekitar 3 bulan (pertengahan April setelah anak lahir, sampai tanggal 8 Juli kemarin).
PS: Bagi yang punya asuransi publik dan mengambil Elternzeit, perlu memberitahukan ke pihak asuransi dan menyerahkan halaman pertama dari surat keputusan Elterngeld untuk difotokopi sebagai pemberitahuan.
Bagi yang memiliki pertanyaan lebih lanjut, bisa kontak kami
Tulisan ini saya tujukan sebagai pengingat diri tentang segala kasih sayang almarhum papa dan almarhumah mamak kepada kami, juga sebagai pencatat janji-janji yang saya sampaikan kepadabeliau.
Innalillahi wa inna illaihi rooji’uun. Telah berpulang ke Rahmatullah, ayahanda saya, Suhartono bin Kartowikromo, di Wonosobo, Rabu, 21 Oktober 2020 pukul 12.30 WIB dan ibunda saya, Rukiyah binti Tupong, di Wonosobo pada Kamis, 28 Oktober 2020 pukul 04.00 WIB.
Allahummaghfirlahum warhamhum wa ‘aafihii wa’fu ‘anhum.
Artinya: “Ya Allah, ampuni dan rahmatilah mereka. Selamatkanlah dan maafkanlah mereka.
Papa (21 Jan 1956 – 21 Okt 2020) dan Mamak (29 April 1956 – 29 Okt 2020)
***
Umur dan ajal itu memang rahasia Allah. Kita tidak pernah tahu kapan (waktu), dimana (tempat) dan bagaimana (cara) ia dijemput.
Kita tidak pernah tahu, apa yang menjadi ukuran kapan ajal dijemput. Apakah sakit menahun? Tua/ muda? Dimana ia akan dijemput? Atau dengan cara apa dijemput? Melalui sakit, kecelakaan, dll.
Tidak ada yang tahu kecuali Allah saja. Bahkan orang sehat pun jika memang sudah waktunya, ajal akan tetap datang juga, dimanapun dan kapan pun.
Ajal tidak bisa dimajukan maupun dimundurkan. Ia sudah ditetapkan sejak di lauh mahfudz.
Dalam kajian Aa Gym tentang Musibah dan Kematian, disebutkan bahwa kita akan datang ke tempat ajal kita menjemput, di waktu yang sudah ditentukan. Siapa yang akan mengira. Walau sudah berusaha menghindar dari ajal, sekuat apapun berusaha, jika memang sudah waktunya, ia akan tetap datang tepat pada waktu dan tempatnya.
Itulah yang saya sadari ketika bapak saya dipanggil Allah. Dan seminggu kemudian, ibu menyusul. Semuanya terjadi begitu cepat.
MaasyaAllah, Allah jauh lebih sayang pada papa karena papa gak perlu tersiksa lama-lama dengan napas sesaknya. Juga kepada mamak, Allah panggil tidak terlalu lama setelah papa pergi. Mamak tidak perlu berlarut-larut dalam kesedihan dan kenangan tentang papa dan sakitnya mamak. Alhamdulillah, Allah mudahkan segala sesuatunya.
Alhamdulillah, Allah memanggil papa dan mamak dalam kondisi amal ibadah terbaik, InsyaAllah.
Pa, mak, InsyaAllah Papa dan mamak husnul khotimah. InsyaAllah amal jariyah papa dan mamak akan terus mengalir. InsyaAllah papa dan mamak mendapat tempat terbaik di sisi Allah swt.
Yaa Allah, sayangi mereka, lapangkan kuburnya, terangi kuburnya dengan cahayamu, jadikan kuburnya taman-taman surga, berikan harum-haruman surga di dalam kuburnya. Jadikan amal baiknya menjadi sahabat di dalam kuburnya. Bebaskan mereka dari azab kubur dan nerakamu ya Allah. Aamiin ya Robb
***
Mohon maafkan adek yang belum bisa menemani secara langsung di saat-saat terakhir papa dan mamak.
Mohon maafkan kami yang banyak kesalahan, sering mengecewakan, serta belum bisa memenuhi janji-janji dan harapan Papa dan mamak. Semoga papa dan mamak memaafkan kami dan ridho dengan segala sesuatunya dari kami.
Semoga kami (khususnya adek dan mbak mimi), bisa senantiasa kuat, sabar dan tawakkal, juga amanah dalam menjaga dan menjalankan pesan + wasiat papa mamak.
Semoga kami menjadi anak-anak sholihah yang senantiasa mendoakan dan menjadi penyambung amal jariyah papa mamak.
*** Hadits riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Jika seorang anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara, yaitu shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shaleh yang mendoakannya.”
InsyaAllah kita akan berkumpul lagi di jannah-Nya nanti ya, Pa dan Mak. Al Fatihah
Tulisan ini merupakan pengalaman kami sekeluarga pulang ke tanah air di tengah kondisi Covid-19 yang cukup “panas” karena adanya varian baru. Di sini saya akan berbagi proses dari persiapan berangkat hingga sampai ke tanah air.
Alhamdulillah ala kulli haal,
Walau penuh drama dari persiapan keberangkatan dari Bonn hingga mendarat di CGK, alhamdulillah kami sekeluarga tiba di tanah air pada 01 Januari 2021 jam 21.10 WIB. Saat ini kami sedang menjalani karantina wajib lima hari bagi seluruh WNI dengan penerbangan Internasional yang baru tiba di Indonesia (aturan pemerintah terbaru berdasarkan Surat Edaran Satgas Covid per 22 Desember 2020). Kewajiban karantina ini mulai diterapkan pada 28 Desember hingga 8 Januari 2021. Kami di karantina di salah satu hotel berbintang tiga di Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Berikut saya bagi pengalaman kami mulai dari persiapan keberangkatan hingga tiba di Indonesia sebagai gambaran bagi WNI yang hendak pulang ke tanah air, khususnya yang pulang bersama keluarga dan membawa anak-anak/ bayi:
Alasan Pulang ke Indonesia
Banyak yang bertanya ke saya, kenapa pulang ke tanah air di saat kondisi covid-19 yang belum pulih (baik di Jerman maupun di Indonesia)? Apakah karena penelitian lapangan (lagi) atau karena sudah pulang habis selesai studi? Jawabannya bukan keduanya. Saya dan keluarga pulang dalam rangka mengurus banyak hal terkait administrasi, pemenuhan wasiat orang tua dan legal documents karena ayah dan ibu saya wafat bulan akhir Oktober 2020 yang lalu. Karena izin tinggal anak saya yang baby baru diberikan oleh pihak imigrasi Jerman per tanggal 22 Desember dan juga pertimbangan harga tiket pesawat (untuk empat orang XD), kami baru bisa pulang ke tanah air 31 Desember 2020 jam 15.30 dari Frankfurt Airport.
Naik Maskapai Apa?
Mengingat kondisi covid yang tidak bisa diprediksi, membuat kebijakan pemerintah Jerman dan Indonesia berubah-ubah sehingga kami harus senantiasa memantau perkembangan terbaru. Jerman sejak November telah menerapkan lockdown, namun penerbangan internasional tetap ada, tinggal memilih maskapai mana yang masih beroperasi. Dari berbagai masukan dan info yang ada di FB Group PPI, didapatlah masukan pesawat yang masih beroperasi “normal” dari Jerman ke Indonesia (Jakarta) adalah Etihad, Turkish Airlines dan Qatar Airways. Dan yang paling “aman” dari sisi jadwal penerbangan (minim perubahan jadwal) dan penerapan protokol adalah Qatar Airways.
Akhirnya, dengan berbagai pertimbangan, kami memilih naik Qatar Airways. Selain alasan di atas, juga karena via Qatar Airways kami bisa booking penerbangan sampai ke Yogyakarta (YIA) dengan jatah bagasi yang sama (25 kg per orang dewasa dan anak, serta 10 kg untuk bayi di bawah 2 tahun) walaupun pesawat yang digunakan untuk penerbangan domestik dari CGK ke YIA dengan maskapai Garuda Indonesia (code sharing). Selama masa Covid, bagasi koper hanya sampai di Soetta CGK saja, jadi tetap harus ambil bagasi, dan check in lagi ketika akan terbang ke Yogyakarta. Alasan lain, kami ingin coba terbang dengan maskapai yang berbeda, karena sudah pernah mencoba Etihad dan Turkish Airlines, juga karena Qatar Airways memberikan layanan yang “normal” walaupun di masa covid ini (menyediakan makanan hangat dan minuman selama penerbangan).
Tes PCR Syarat Terbang
Berdasarkan aturan terbaru per tanggal 28 Desember 2020, setiap orang yang akan terbang ke Indonesia (termasuk bayi dan anak-anak) wajib menunjukkan hasil tes PCR negatif (swab PCR ya, bukan swab rapid-test antigen) dengan masa berlaku maksimal 2×24 jam sebelum jam keberangkatan. Oleh karenanya, pastikan dan hitung strategi jam tes pengambilan sampel (swab), lama proses keluar hasil tesnya, juga jam check in, dan keberangkatan pesawatnya.
Karena pesawat kami berangkat 31 Desember 2020 jam 15.30, kami baru tes pada 29 Desember 2020 jam 16.30 dengan asumsi hasil tes keluar antara 24-36 jam (tergantung lokasi test centernya, bisa konfirmasi dulu sebelum ambil swab). Selain itu, pilih juga lokasi tes swab PCR yang juga bisa mengambil sampel untuk anak-anak di bawah 7 tahun (termasuk bayi). Tidak semua lokasi tes bisa mengambil sample bayi dan balita karena memang ada teknik khusus pengambilannya (saya baru tahu pas ngobrol dengan petugas kesehatan yang ambil sample). Alhamdulillah, tempat kami tes di Corona-Walk-In Cologne bisa melakukannya. Untuk anak-anak dan baby, swab diambil lewat tenggorokan. Ada juga yang lewat hidung, tapi tergantung petugasnya :).
Di Corona-Walk-in Cologne, kami tidak perlu membuat appointment, bisa walk-in (langsung datang) dan registrasi. Prosesnya tidak lama sebenarnya. Ada antrian rombongan 2 keluarga di depan kami, kemudian registrasi pengisian data untuk kami berempat, kemudian ambil sample. Total proses keseluruhan dari antri sampai selesai ambil sample sekitar 40 menit. Alhamdulillah hasil tes kami dikirim melalui email pada 30 Desember sekitar jam 10 CET (kurang dari 24 jam).
Hari H Keberangkatan
Kami berangkat dari Bonn Hbf ke Frankfurt Airport pagi harinya dengan kereta. Sesampainya di bandara, kami menunggu sebentar sampai check in dibuka pukul 12.00. Saat check in, untuk penerbangan ke Indonesia diminta untuk menunjukkan paspor, eHAC (tunjukin QR code online yang sudah diisi di apps HP), dan juga print hasil swab PCR berempat.
Pengalaman tidur “ngemper” di Bandara. Momen tahun baru 2021 tak terlupakan XD
Kemudian, proses dilanjutkan ke pemeriksaan barang bawaan kabin, proses imigrasi, dan langsung ke ruang tunggu. Penerbangan dari Frankfurt ke Doha terbilang cukup lengang, banyak kursi kosong sehingga kita bisa tidur selonjoran dengan nyaman :D.
Bandara Doha – Hamad International Airport
Kami tiba di Doha sekitar jam 23.30 waktu setempat. Bandaranya cukup besar, terdiri dari bagian A-E. Kami tiba di bagian A. Saat transit ini, kami sebenarnya sempat agak panik karena dapat info mendadak kalau penerbangan kami dari Doha ke Jakarta ada penundaan hampir 7 jam. Hal ini berarti dari dini hari sampai pagi, kami harus “ngemper” di bandara. Ini berat, mengingat kami membawa balita dan bayi. Tapi alhamdulillah, anak-anak kooperatif dan gak terlalu rewel.
Kami pun mencari customer service Qatar Airways yang ada di bagian A2 bandara (ada juga di bagian C2) untuk bertanya perihal penundaan keberangkatan ini. Kami mendapatkan saran untuk beristirahat di family quiet room yang ada di gate C8 atau di bagian lain yang juga ada family quiet roomnya. Toilet ada banyak, hampir di setiap gate keberangkatan dan juga ada bagian untuk mengganti popok bayi. Jadi gak perlu jalan jauh untuk mencari toilet. Oya, di bandara Doha saya gak menemukan tempat untuk shower (shower room). Di bandara Abu Dhabi (Etihad) ada shower room.
Sesampainya di family quiet room, sayangnya semua kursi istirahat penuh, sehingga kami terpaksa “ngemper” di lantai berkarpet supaya anak-anak bisa tidur dengan lebih nyaman walau hanya beralaskan jaket dan selimut bayi seadanya XD.
Bandara Doha di malam tahun baru memang agak ramai (terutama kondisi lagi covid gini), juga karena ada beberapa penerbangan lain yang ditunda, jadi banyak orang yang terpaksa ikutan ngemper menunggu penerbangan lanjutan. Saat seperti ini, saya tiba-tiba teringat film “The Terminal” :D.
Sebagai kompensasi penundaan keberangkatan yang mendadak, kami mendapatkan jatah makan dari Qatar Airways (apa saja makanan yang ada di food court bandara Doha) senilai 60 riyal per orang dewasa dan anak (bayi gak dapat). Alhamdulillah, dengan bermodalkan boarding pass, saya membeli beberapa makanan dan minuman sebagai bekal menanti 7 jam transit di Doha. Ada cukup banyak pilihan makanan dan minuman, tapi kami mengambil roti-rotian, air mineral dan Burger King :D.
Kami terbang lagi pukul 8 pagi waktu Doha. Di penerbangan ini cukup ramai orang, karena ternyata banyak PMI (pekerja migran indonesia) yang juga pulang ke tanah air, baik alasan liburan sementara atau pulang habis kontrak. Oleh karenanya, tidak banyak kursi kosong untuk bisa tidur selonjoran, tapi overall penerbangan tetap lancar dan nyaman. Oya, Alhamdulillah anak-anak dan bayi mendapatkan hadiah mainan (anak berupa tas kecil dan beragam mainan, dan bayi berupa boneka) dari pramugari Qatar. Jadi anak-anak gak terlalu rewel saat selama di pesawat.
Alhamdulillah, setelah penerbangan panjang hampir 9 jam dari Doha ke Jakarta, kami pun mendarat dengan selamat pada 1 Januari 2021 jam 21.15 WIB. Untuk cerita proses cek kesehatan dan dokumen sampai ke hotel karantina, akan saya posting di tulisan berikutnya yaa :). Feel free to contact kalau ada yang hendak ditanyakan ^^.
Di bagian kedua ini, saya akan berbagi pengalaman proses mulai dari kedatangan di bandara Soetta CGK sampai proses registrasi hotel karantina.
Kebijakan karantina wajib 5 hari ini sesuai dengan aturan pemerintah per 22 + 28 Desember 2020 – 8 Januari 2021 yaa. Jadi, masa berlaku informasi ini disesuaikan dengan kondisi dan aturan tersebut. Bisa jadi setelah tanggal 8 Januari sudah tidak relevan lagi infonya, sehingga mohon selalu cek dan pantau kebijakanpemerintahyang terbaru ya.
Kedatangan di Bandara CGK
Setelah pesawat mendarat, seluruh penumpang diarahkan untuk menuju hall kedatangan untuk pemeriksaan dokumen PCR negatif, scan QR code eHAC dan mengisi formulir data yang akan dilegalisir. Satu form untuk satu orang. Sebaiknya sediakan bolpoin sendiri supaya gak lama mengantri. Untuk pengisian form data, untuk rombongan keluarga, seluruh anggota keluarga termasuk anak dan bayi pun juga harus diisi datanya satu per satu. Bagi yang membawa anak kecil dan bayi, bisa meminta petugas/ diberi prioritas untuk didahulukan antriannya.
Sebelum mendarat, sebaiknya isi dahulu eHAC Internasional di apps HP untuk mempercepat proses pendataan dan gak perlu lama menunggu antrian (bisa langsung scan QR code). Saya sudah mengisi eHAC sebelum terbang (karena perlu internet/ wifi untuk mengisi aplikasi onlinenya). Untuk keluarga, cukup pakai satu akun eHAC, nanti ada fitur untuk menambah anggota keluarga.
Setelah scan QR code eHAC, kita harus antri lagi untuk pengecekan dan legalisir formulir kesehatan. Dari informasi teman-teman yang sudah pulang duluan, mereka dites kesehatan (denyut nadi, temperatur, dll). Tapi saat kami tiba, tidak ada pengecekan kesehatan tersebut. Hanya cek dokumen dan legalisir saja. Nah, saat legalisir dokumen , saya sempat ditanya kami sekeluarga ngapain di Jerman. Saya sebutkan bahwa saya kuliah dan suami menemani. Informasi ini didata, tapi saya tidak tahu tujuannya untuk apa. Kemudian petugas menyebutkan bahwa berdasarkan surat edaran kemenhub dan satgas tanggal 22 Desember 2020 dan adendum yang mulai berlaku tanggal 28 Desember 2020 – 8 Januari 2021, semua penumpang penerbangan internasional yang tiba di CGK wajib karantina lima hari.
Setelah legalisir dokumen, kita langsung menuju ke bagian imigrasi. Yang perlu dicek adalah boarding pass terakhir dan paspor. Alhamdulillah, karena saat kami tiba di CGK hanya ada rombongan dari pesawat kami, jadi orangnya tidak terlalu banyak sehingga tidak perlu mengantri lama. Dari imigrasi, langsung mengambil bagasi. Setelah itu, diarahkan menuju bagian bea cukai (tapi karena sudah malam sekitar jam 22.00, bea cukainya tutup XD). Jadi langsung lewat saja tidak ada pengecekan dan penyerahan formulir clearance bea cukai.
Oh ya, kata petugasnya, adanya aturan karantina terbaru ini menyebabkan layanan untuk IMEI di bandara Soetta tutup. Tapi penyebab tutupnya karena sudah malam atau memang karena tidak membuka layanan lagi, saya tidak tahu. Jadinya suami saya batal untuk mendaftarkan hape yang dibeli di Jerman.
Saya dapat info dari kawan (thanks mas Yudha), kalau kantor bea cukai di bandara tutup, pendaftaran IMEI bisa dilakukan online dan verifikasi + aktivasi dilakukan di kantor bea cukai terdekat dengan domisili. Info lengkap bisa cek di sini.
Bus menuju Hotel Karantina
Setelah keluar, kita langsung diarahkan petugas satgas dan TNI menuju bus yang sudah terparkir di pinggir pintu kedatangan Internasional. Banyak yang bertanya ke saya, sebenarnya bagaimana mekanisme pemilihan hotel karantina bagi WNI yang baru tiba dari luar negeri. Apakah perlu booking dahulu atau gimana mekanismenya?
Jawabannya, hotel karantina kita ditentukan berdasarkan bus yang kita naiki :D. Busnya ini bus pariwisata besar dan tidak ada tulisan menuju ke hotel mana. Jadi, untuk tahu kita akan di karantina di hotel apa, kita harus tanya satu per satu bus yang terparkir itu menuju hotel mana. Kalau mau ribet, silakan tanya tiap petugas yang ada di depan pintu bus. Jangan langsung naik atau memasukkan bagasi kalau mau milih bus/hotelnya.
Tapi berhubung kami sudah terlalu lelah dengan perjalanan panjang (apalagi drama delay 7 jam) dan baby keburu rewel, jadi kami ngikut sesuai instruksi petugas untuk naik bus yang terparkir paling depan supaya bisa segera berangkat. Btw, bus kami menuju hotel BNB Kelapa Gading. Penumpang di bus kami hanya 20 orang saja. Sepertinya karena disesuaikan dengan kapasitas hotelnya. Setelah dirasa cukup, bus langsung berangkat menuju hotel.
Hotel Karantina
Oya, ada juga yang bertanya, dimana kita bisa tahu list hotel karantinanya? Saya tidak tahu, karena dari info yang banyak beredar, hotel yang tertera di info tersebut jauh berbeda dengan di lapangan. Awalnya semua WNI dari LN akan di karantina di Wisma Atlet Pademangan. Tapi ketika kita baca berita di tautan ini: Waduh, RI Kekurangan Ribuan Kamar Karantina WNI & WNA, maka pemerintah menggunakan berbagai hotel bintang 3 ke atas untuk menutupi kekurangan jumlah kamar karatina tersebut. Rata-rata hotel yang disediakan adalah bintang 3, tapi ada juga hotel bintang 4 dan 5.
Karantina di hotel bayar atau tidak?
Info yang beredar mulanya adalah bagi WNI yang karantina di wisma atlit, akan gratis sedangkan yang karantina di hotel akan bayar. Tapi pada praktiknya, di hotel tambahan ini pun gratis (setidaknya di hotel yang kami sekeluarga tinggal). Hotel-hotel ini sebagian besar tersebar di daerah sekitar Jakarta Utara dan Jakarta Pusat. Tapi kemarin sempat ada yang japri saya kalau beliau disuruh bayar dengan alasan beliau tidak punya KTP dan tinggal di hotel (bukan wisma atlet). Jadi saya bingung juga, koq beda-beda.
Ada juga yang bilang kalau hotel yang bayar itu yang di hotel bintang 4 dan 5. Tapi, ada temen saya dan keluarganya yang rejeki dapat bus yang menuju hotel bintang 5 dan gratis tis, gak bayar sepeser pun. Jadi saya gak paham gimana mekanisme hotel dan bayar atau tidaknya. Dan menurut saya, kita dapat hotel karantina apa itu bener-bener faktor rezeki ^^: pas bus yang parkir ketika kita sampai, menuju hotel mana :D.
Registrasi di Hotel
Saat tiba di lobi hotel, kita harus antri untuk pendataan dan pembagian kamar. Kita perlu menyerahkan paspor dan boarding pass terakhir (jangan sampai hilang atau dibuang ya). Setelah difotokopi dan didata, paspor dikembalikan. Tapi ada temen saya yang tinggal di hotel lain, paspornya disimpan oleh petugas hotel. Saya tidak tahu mengapa, mungkin supaya tidak kabur karantina? Mengapa aturannya berbeda, mungkin kebijakan masing-masing hotel.
Setelah itu, diberikan kunci kamar hotel. Nah, tiap orang akan mendapat satu kamar hotel, termasuk untuk anak-anak dan bayi. Karena kami berempat, jadi kami dapat 4 kamar hotel XD. Secara logika, gak mungkin balita dan bayi tidur di kamar sendiri. Akhirnya saya nego untuk meminta 2 kamar yang memiliki connecting door. Alhamdulillah hotel ini punya kamar dengan pintu tersambung tersebut. Agak sulit jika saya dan suami terpisah, karena harus saling gantian menjaga anak-anak.
Reschedule Penerbangan ke Daerah
Bagi yang sudah terlanjur memiliki penerbangan lanjutan ke daerah, disarankan untuk reschedule sendiri ke maskapai masing-masing sesuai penerbit (issued) tiket saat sudah tiba di CGK.
Saya sempat menelpon CS Qatar di Jerman untuk reschedule, tapi tidak memungkinkan karena pemberitahuannya mendadak dan saya kondisinya sudah check in dan akan boarding ke Doha. Nah, saat di Doha, saya coba tanya ke CSnya, mereka tidak tahu kalau ada kewajiban karantina 5 hari (aturan terbarunya mungkin belum sampai ke mereka infonya). Akhirnya kami disarankan untuk reschedule saat sudah tiba di Indoensia.
Kami memiliki penerbangan lanjutan ke Jogja dengan Garuda, namun karena penerbit tiket adalah Qatar Airways, maka reschedule dilakukan langsung ke Customer Service/ Call Center Qatar Airways, tidak bisa ke Garuda (saya sudah telpon konfirmasi ke call center Garuda).
Informasi tentang reschedule ini agak simpang siur. Saat pemeriksaan dokumen dan kesehatan di bandara, disampaikan untuk bertanya langsung ke petugas satgas di bagian depan. Namun saat saya nanya ke satgas, mereka bilang disuruh tanya dan minta bantuan ke hotel masing-masing. Saat saya tanya ke petugas hotel karantina, disuruh tanya ke satgas XD. Jadinya muter-muter. Akhirnya saya dan suami cari sendiri dengan googling.
Jika ada yang memerlukan nomor telpon CS Qatar Airways di Indonesia, ini nomornya: 02123580622. Untuk mendapatkan nomor ini, saya harus menelpon banyak pihak XD. Saya sudah coba menelpon Qatar Airways Office Jakarta dan Bali berkali-kali (sesuai yang tertera di website Qatar Airways) tapi tidak tersambung, kemudian saya telpon Call Center Garuda, tapi mereka tidak punya informasinya. Sempat telpon juga Satgas Covid Bandara Soetta dan Satgas Covid DKI Jakarta, tapi tidak diangkat. Hampir hopeless, alhamdulillah setelah googling ada hotline call center Angkasa Pura. Alhamdulillah mereka memberikan informasi nomor telepon CS Qatar Airwaysnya.
Saat saya menelepon CS Qatar di Indonesia, ternyata layanan yang diberikan hanya berbahasa Inggris. Walaupun saya tidak terlalu kesulitan berbahasa Inggris, tapi tentunya jika bisa Bahasa Indonesia akan lebih mudah XD. Setelah saya sampaikan kondisi saya, Alhamdulillah reschedule bisa dilakukan dengan mengubah tanggal 5 hari setelah karantina (dengan asumsi kami semua hasil swabnya negatif semua. aamiin). Drama reschedule tiket pun selesai.
Saran saya, jika belum pesan tiket pesawat pulang, mengingat adanya perubahan kebijakan terkait covid yang sering berubah dan mendadak, sebaiknya tiket penerbangan lanjutan dibeli saat sudah tiba di Jakarta saja. Daripada repot harus reschedule berkali-kali.
Sementara ini dulu ceritanya. Kisah lengkap tentang kehidupan karantina lima hari di hotel akan saya susulkan di postingan selanjutnya yaaa.
Setelah di postingan sebelumnya saya bercerita tentang proses registrasi dan pembagian kamar hotel, di sini saya akan mendetailkan bagaimana kehidupan karantina di hotel.
Kehidupan Karantina
Sebelum saya mendapatkan kepastian bahwa harus dikarantina, saya sempat mencari info seputar bagaimana gambaran kehidupan pasien suspect/positif covid-19 yang dikarantina di Wisma Atlet Pademangan. Dan saya juga sempat bertanya ke kakak saya yang sempat dikarantina juga selama 10 hari di fasilitas pemerintah Wonosobo. Kata kakak, intinya kalau yang positif covid harus istirahat, makan dan minum vitamin secara reguler tiap hari, dan dicek secara reguler kondisi kesehatannya.
Mencari info seputar karantina ini paling tidak bisa sedikit menenangkan pikiran liar terhadap bayangan-bayangan seram kehidupan karantina XD. Walaupun kadang jika terlalu banyak tahu, malah membuat semakin banyak pikiran dan tekanan XD.
Berhubung kami yang baru datang dari luar negeri masih dianggap suspect (pas berangkat terbang harus menunjukkan hasil PCR negatif max 2×24 jam sebelum keberangkatan), jadi perlakuan selama karantinanya tentu beda dengan yang positif covid. Tidak ada pengecekan kesehatan reguler, vitamin dan suplemen kesehatan lain disediakan sendiri (bisa persiapan bawa dari rumah atau beli lewat go-markt), dll. Tugas kami yang dikarantina ini hanya menunggu di dalam kamar, giliran tes swab, makan dan banyak istirahat (lumayan bisa untuk adaptasi jetlag).
Setelah dialami sendiri, sebenarnya karantina di hotel ini tidak jauh berbeda dengan karantina mandiri di rumah. Bedanya ruang geraknya terbatas di dalam kamar hotel saja. Di beberapa hotel, ruang gerak masih bisa sampai ke resepsionis untuk ambil/ antar barang titipan. Tapi ada juga yang strict hanya boleh di dalam kamar dan gak boleh kemana-mana (termasuk ke resepsionis).
Selama di Jerman, karena terbiasa gak kemana-mana selama masa lockdown, anak saya yang pertama Alhamdulillah tidak terlalu rewel. Begitu juga saya dan suami, ketika di dalam kamar saja gak kemana-mana, masih oke. Kebosanan bisa diatasi dengan menonton tv, streaming dan berselancar online, membaca, menulis (blog, seperti yang saya lakukan saat ini), olahraga ringan atau hal-hal lain (bermanfaat) yang bisa dilakukan di dalam kamar.
Alhamdulillah ala kulli haal, kami beruntung karena mendapat 2 kamar yang memiliki connecting door. Jadi tetap bisa bersama-sama sekeluarga. Gak kebayang jika terpisah dengan suami dan anak-anak, pasti sedih dan bosannya jauh lebih besar. Teman saya ada yang merasa kesepian, ling lung dan mati gaya karena ia sendirian di kamar; terpisah dengan keluarganya.
Oleh karenanya, jika nanti di karantina, siapkan semua peralatan dan kebutuhan yang bisa membantu kita untuk beraktivitas di dalam ruangan. Misalnya untuk anak, sediakan mainan dan alat mewarnai, untuk orang dewasa, bisa siapkan berbagai gadget atau buku bacaan. Bisa juga bawa laptop untuk bekerja dari kamar.
Fasilitas
Selain peralatan yang tersedia di kamar hotel masing-masing (tergantung jenis hotel yaa), fasilitas yang disediakan hotel selama karantina 5 hari adalah makan + minum 3 kali sehari (berupa nasi kotak/ bento dan air mineral botolan), laundry gratis 5 pcs per kamar per hari, dan tes swab 2x.
Makanan
Makanan dan minuman diantar ke kamar setiap pagi, siang dan sorenya. Untuk jenis makanannya, alhamdulillah bervariasi tiap saat dan Alhamdulillah rasa masakannya cocok untuk selera lidah kami. Standar enak tergantung katering dan selera ya :D.
Ini salah satu menu lunch box nya. Alhamdulillah, selera Indonesia banget
Kalaupun ingin makanan yang lain, bisa pesan online lewat grab-food or go-food atau jasa pesan antar lainnya. Keluarga/ kerabat/ teman juga bisa mengirim makanan dengan menitipkannya ke resepsionis. Kalau di hotelnya tidak mengizinkan keluar kamar sama sekali, bisa minta tolong jasa room service/ room boy untuk mengantar ke kamar (*tentu bisa kasih tip ke mereka).
Oh ya, hotel tidak menyediakan baby food. Jadi bagi yang anaknya masih bayi dan perlu makanan khusus, bisa disiapkan sebelum berangkat atau beli bubur/ biskuit bayi di mini-market (pakai jasa pesan antar). Kalau kami sudah siapkan bubur bayi kemasan untuk stok 5 hari dari Jerman.
Laundry pakaian
Untuk laundry gratis, pastikan ke resepsionis (bisa telepon via kamar) ada ada layanan laundry gratis atau tidak. Soalnya, ternyata tidak semua hotel karantina memberikan layanan ini *berdasarkan info teman yang dikarantina di hotel lain. Biasanya diambil sore hari, kemudian diantar keesokan malamnya.
Akses Internet
Jika di hotel tidak ada fasilitas wifi, jika masih memiliki simcard nomor Indonesia bisa membeli dan mengaktifkan paket data internet. Jika tidak, bisa minta tolong keluarga untuk menitipkan simcard Indonesia yang sudah aktif dan bisa langsung dipakai. Oya, pastikan kalau hapenya sudah aktif IMEI nya yaa (terutama jika HP baru dibeli di Jerman).
Tes SwabPCR
Untuk tes swab PCR selama karantina di hotel, dilakukan sebanyak dua kali: di hari kedua dan hari keempat karantina. Tes swab dilakukan di hotel masing-masing, biasanya akan dipanggil/ diketok giliran tesnya kapan dan di ruangan mana akan di swab (biasanya di meeting room/ hall hotel). Anak-anak dan bayi pun juga di tes swab ulang. Saat di Jerman, anak-anak kami di swab lewat tenggorokan, kalau pas di sini di swab lewat hidung. Kami pun juga di swab lewat hidung (kata dokternya, untuk orang dewasa better lewat hidung). Nanti bisa didiskusikan dengan petugas kesehatannya, sebaiknya untuk anak-anak di swab lewat hidung atau tenggorokan, karena tidak setiap petugas kesehatan bisa men-swab anak-anak kecil/ bayi lewat hidung/ tenggorokan. Ada anak yang sensitif pembuluh darah hidungnya, sehingga bisa menyebabkan mimisan setelah tes swab.
Saat anak saya yang kedua di tes swab dari hidung XD. Kasihan dan ngilu rasanya, tapi Alhamdulillah baby gak rewel dan cuma menangis sebentar saja
Dari info petugas kesehatan di hotel, hasil tes swab biasanya keluar 1-2 hari. Jika hasil tes swab pertama dinyatakan positif, maka orang tersebut akan langsung dijemput untuk dibawa ke wisma atlet untuk karantina khusus pasien positif covid. Jika hasil tes pertamanya negatif, maka akan mengikuti tes swab kedua. Jika hasil tes kedua negatif, maka pada hari kelima akan dinyatakan sehat dan mendapatkan surat izin jalan (check out karantina).
Bagi yang sudah boleh pulang dan selesai karantina, kita bisa melanjutkan perjalanan ke rumah masing-masing atau tujuan selanjutnya. Pastikan jika ada penerbangan lanjutan ke daerah, mintalah ke pihak hotel (saat check out) surat hasil tes swab kedua yang negatif untuk dibawa sebagai syarat terbang (biar gak usah tes lagi dan bayar pula).
Bagi yang dijemput jalur darat, bisa langsung dijemput di hotelnya. Adapun yang harus ke bandara untuk penerbangan lanjutan, harus atur dan bayar sendiri transportasinya.
Kurang lebih itu pengalaman kami sekeluarga karantina 5 hari di hotel. Mohon doanya semoga kami sehat-sehat selalu, perjalanan dan urusan selama di tanah air lancar, dan bisa kembali sehat selamat ke Jerman untuk menyelesaikan amanah studi.
Semoga rangkaian cerita pengalaman kami ini bisa memberikan gambaran. Apabila ada yang ingin ditanyakan, feel free to contact yaaa.
Salah satu hikmah kami sekeluarga pulang ke tanah air adalah bisa mengurus sekalian (pelaporan) akta kelahiran anak kedua kami yang lahir di Bonn. Mulanya kami hendak urus akta kelahiran dan juga KK baru. Namun karena ada mis-informasi, akhirnya di waktu yang mepet, hanya sempat urus pelaporan akta kelahirannya.
Nah, bagi anak yang lahir di luar negeri, proses yang dilakukan bukanlah membuat akta kelahiran, tapi prosedurnya adalah pelaporan akta kelahiran anak di Luar Negeri. Inilah mis-informasi yang kami dapatkan XD. Karena kami kira, yang dilakukan adalah prosedur membuat akta kelahiran, sama seperti anak yang lahir di tanah air.
Hal ini menyebabkan kami kehilangan waktu satu minggu, karena informasi yang didapatkan di kelurahan tempat domisili KTP dan KK kami, disebutkan prosedurnya seperti membuat akta kelahiran anak yang biasa dan permohonan pembuatannya dilakukan melalui aplikasi e-Open Bekasi.
Akhirnya, seluruh persyaratan kami unggah di aplikasi, menunggu 5 hari kerja, namun kemudian kami kaget karena status yang muncul di aplikasi adalah DITOLAK. Karena bingung, saya kontak pihak Disdukcapil kota Bekasi lewat WA customer service nya (nomor resmi: +62 811-8355-599).
Saya bertanya kenapa permohonan lewat aplikasi ditolak, kemudian mereka membalas bahwa memang prosedur yang dilakukan untuk anak yang lahir di luar negeri adalah “Pelaporan Akta Kelahiran” (BUKAN pembuatan akta kelahiran) yang permohonannya harus dilakukan langsung di Disdukcapil Kota Bekasi.
Sempat panik karena waktu tinggal kami di Bekasi yang tersisa hanya sedikit, akhirnya kami ngebut mengurus segala persyaratannya.
Maka dari itu, dalam postingan blog kali ini, kami ingin share bagaimana proses pengajuan dan syaratnya supaya bagi yang hendak mengurusnya (khususnya di daerah Kota Bekasi) gak kecele seperti kami XD:
Formulir F2.01 yang telah terisi lengkap dan telah ditandatangani oleh pihak kelurahan (bisa unduh di bawah)
Akta Kelahiran dari Kantor Catatan Sipil/Departemen terkait di luar negeri (asli dan fotokopi) –> kalau di Jerman yaitu Geburtsurkunde
Terjemahan akta kelahiran anak dari luar negeri dalam bahasa Indonesia
Surat Keterangan Kelahiran dari Kedutaan Indonesia di Negara kelahiran (asli dan fotokopi) –> kami dari KJRI Frankfurt
Fotokopi Kartu Keluarga Orangtua
Fotokopi KTP-el kedua orang tua
Akta Perkawinan (asli dan fotokopi)
Paspor Orangtua dan anak (asli dan fotokopi)
Nah, semua dokumen dilengkapi, ditunjukkan yang asli (tidak diserahkan) serta diberikan ke petugas formulir dan fotokopi dokumennya ke Disdukcapil. Proses pembuatan surat keterangan tersebut sekitar 5 hari kerja.
Hasil suratnya, hanya berupa selembar kertas hvs yang menerangkan bahwa telah lahir anak bernama siapa, kapan dan nama ortunya. Bentuknya beda dengan akta kelahiran yg kertasnya tebal seperti pada umumnya XD. Akta kelahiran tetap sesuai dengan penerbitan negara lahirnya anak.
Kurang lebih itu pengalaman kami. Semoga memberikan gambaran bagi yang baru pulang (sementara or pulang habis) dan mau mengurus surat-suratnya
Baru-baru ini saya dan suami mengurus SIM Internasional, mumpung sedang di tanah air jadi sekalian aja mengurusnya. Alhamdulillah, ternyata saat ini pengurusannya jadi jauh lebih mudah dibandingkan sebelum kami berangkat ke Jerman tahun 2017 dulu.
Niat membuat SIM Internasional ini sebenernya sudah ada sejak sebelum berangkat, tapi karena dulu masih riweuh dengan persiapan keberangkatan, barulah sekarang bisa mengurusnya. Bisa dikatakan agak terlambat, karena ini sudah mau masuk tahun keempat di Jerman . Tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Hahaha…
Kenapa perlu membuat SIM Internasional? Beberapa waktu terakhir ini kami merasa bahwa dengan adanya SIM Internasional, mobilitas selama tinggal dan jalan-jalan di luar negeri bisa menjadi lebih mudah. Apalagi kondisi sekarang punya dua anak, yang tentunya saat perjalanan jauh (dengan gerendelan bawaan tas, stroller dkk) akan lebih mudah jika menggunakan mobil dan menyetir sendiri.
Btw, untuk bisa menyetir di wilayah Jerman, bagi resident Jerman (walo orang asing), harusnya menggunakan SIM keluaran Jerman (*yang prosesnya panjang, menantang dan mahal XD). Tapi dalam beberapa kasus, ada tempat penyewaan mobil di Jerman yang mengizinkan menggunakan SIM Internasional. Yang penting sudah terbiasa menyetir di Eropa (which is setir kiri dan paham/ tahu segala aturan ketatnya).
Nah, di postingan ini saya akan share bagaimana proses mengajukan permohonan SIM Internasional secara online di tanah air yang ternyata prosesnya mudah banget. Ini salah satu hikmah pandemi. Banyak layanan masyarakat yang dialihkan ke daring/ online. Berikut saya copas prosesnya dari berita online plus saya tambahin sedikit pengalaman versi saya.
***
Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri melakukan inovasi dalam pembuatan SIM Internasional di tengah pandemi virus corona (Covid-19). Proses pengajuan dan penerbitan SIM yang berlaku di beberapa negara tersebut bisa dilakukan dari rumah saja, tanpa harus hadir ke Satpas Korlantas Polri di MT Haryono, Jakarta.
Pastikan sebelum registrasi secara online di website tersebut, kita sudah menyiapkan syarat-syarat dokumen yang nantinya akan di-upload.
Dokumen persyaratan diunggah dengan format JPG/JPEG dengan maksimal ukuran 500 KB untuk masing-masing dokumen. Cara mudah resize ukuran file adalah file dokumen dikirim melalui WA ke gadget yang digunakan untuk pendaftaran, dan otomatis akan terkompres ukurannya.
Foto diri terbaru dengan syarat: Foto nampak 2 kancing kemeja, Warna latar belakang putih, Warna kemeja dan/atau hijab tidak berwarna putih, Tidak menggunakan kacamata, Wajah menghadap kamera.
KTP* atau KITAP (khusus WNA)*
Paspor yang masih berlaku *
SIM yang masih berlaku (sesuai dengan golongan sim internasional yang akan diajukan)*
Foto Tanda Tangan di kertas putih ditulis menggunakan tinta hitam *
SIM Internasional yang masih berlaku (khusus perpanjangan) *
Catatan:
*) Untuk bukti fisik dapat diunggah dengan di scan atau difoto di atas kertas HVS
Apabila data tidak lengkap atau tidak sesuai maka pendaftaran SIM Internasional dilakukan pembatalan dan biaya yang telah dikirimkan akan dikembalikan ke rekening pemohon dengan adanya biaya administrasi yang dibebankan kepada pemohon sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Biaya pembuatan SIM internasional baru adalah sebesar Rp 250 ribu, sementara SIM perpanjangan Rp 225 ribu. Adapun ongkos kirim disesuaikan dengan jenis kirim (pos atau gosend) dan jarak pengiriman
Pembayaran bisa dengan transfer via ATM atau internet banking online BRI via BRIVA
Pengambilan SIM Internasionalnya, bisa diambil langsung di Kantor Pelayanan SIM Internasional di MT Haryono Jakarta atau dikirim langsung ke rumah melalui jasa pengiriman PT Pos Indonesia atau Gosend bagi yang tinggal di sekitar Jakarta.
Setelah pemohon melakukan pembayaran, petugas di kantor pelayanan SIM internasional akan menerima konfirmasi secara elektronik, kemudian petugas melakukan verifikasi dan validasi data pemohon serta melakukan identifikasi data.
Jika persyaratan lengkap dan sesuai, maka petugas akan mencetak buku SIM internasional, kemudian mengirim buku SIM sesuai pilihan pemohon. Prosesnya cepat, satu hari selesai. Bahkan saat permohonan SIM suami saya, prosesnya tidak sampai 3 jam dari pengiriman permohonan dan pembayaran (saya ajukan online pagi jam 8, trus dianter abang gosend jam 10an – btw rumah kami di Pondok Gede).
Amplop kiriman SIMnya
SIM internasional berlaku selama tiga tahun. Apabila ada masalah atau pertanyaan, bisa kontak langsung ke call center pengaduan di nomor WA 081131172020.
*Alhamdulillah CSnya fast response, saya sempat kontak karena ada masalah foto yang kurang putih background nya XD.
Salah satu perjuangan menjadi mahasiswa yang tinggal di tanah rantau bersama keluarga adalah mencari apartemen yang proper untuk keluarga namun dengan harga miring. Sudah menjadi pengetahuan umum kalau mencari family apartement itu susah, apalagi jika ditambah dengan keinginan mendapatkan yang lebih besar, lebih nyaman/ layak, lokasi strategis/ dekat pusat kota dan lebih murah ^^”. Banyak maunya. Namun itu tidak sepenuhnya mustahil, terutama bagi mahasiswa berkeluarga di Bonn.
Salah satu opsi itu adalah mendaftar family dormitory yang dikelola oleh Studierendenwerk (STW) Bonn. Proses pendaftarannya berbeda dengan proses mendaftar dormitory untuk single yang bisa secara langsung via online. Akan tetapi, untuk bisa mendaftar ke family apartement ini, ada banyak syarat dan perjalanan yang agak panjang.
Berikut dalam postingan ini, saya akan berbagi proses saya mendaftar hingga akhirnya alhamdulillah mendapatkan family dormitory kampus.
Syarat utama mendaftar family dormitory milik kampus adalah sebagai berikut:
Salah satu atau keduanya (suami dan atau istri) merupakan mahasiswa di Bonn University atau Hochschule Bonn Rhein Sieg (HBRS).
Anggota keluarga yang akan tinggal bersama (termasuk anak), semuanya sudah berada di Jerman dan sudah memiliki resident permit yang masih berlaku. Jadi, kalau anggota keluarga masih di tanah air, sayangnya kita tidak bisa mendaftar family dormitory ini karena terkait administrasi :(.
Mahasiswa dari manapun, baik orang Jerman maupun orang asing (yang penting terdaftar di Uni Bonn atau HBRS), bisa mendaftar asrama keluarga ini.
Mengisi formulir pendaftaran dari STW Bonn (bisa minta by email atau ambil langsung di kantornya)
Memiliki Surat Wohnberechtigungsschein/ WBS (proses mendaftar WBS bisa dibaca di SINI)
Jika syarat sudah lengkap, bisa langsung kirimkan/ serahkan seluruh dokumen persyaratan ke STW Bonn.
Setelah apply, kita harus banyak bersabar ya, karena long waiting list XD. Kami harus menunggu sekitar 9 bulan sampai akhirnya dapat giliran. Itupun setelah bolak balik bertanya dan nyamperin kantor STWnya (sampai dimarahin XD).
Memang, unit family dormitory jumlahnya tidak terlalu banyak, dan lokasinya tersebar di berbagai penjuru Bonn. Jadi, mengantri adalah hal biasa. Apalagi, biasanya tiap keluarga (mahasiswa doktoral) bisa dapat kontrak sewa 4 tahun. Plus kalau mau perpanjang, bisa menjadi mentor di asrama (bonus bisa perpanjang per 1 semester). Jadilah masa antrian semakin lama jika penghuni sebelumnya tidak ada yang pindah dari family dormitory-nya XD.
Alhamdulillah, setelah usaha menanti dan terus bertanya ke STW (kurang lebih 9 bulan masa menunggu), kami akhirnya mendapat tawaran family dormitory di komplek Jagdweg Poppelsdorf, yang merupakan komplek family dormitory terbesar dan terbanyak jumlah unitnya di Bonn. Komplek ini memang khusus untuk keluarga, dengan tipe unit mulai dari 2 kamar sampai 4 kamar. Alhamdulillah, komplek ini tergolong dekat dari pusat kota Bonn (cukup jalan kaki sedikit dan naik bus 7 menit ke Bonn Hbf).
Kelebihan tinggal di STW family adalah harga sewanya yang relatif lebih murah dibandingkan wohnung pada umumnya. Apalagi, lokasi wohnungnya rata-rata cukup strategis di dekat kampus dan pusat kota. Karena family dormitory ini menggunakan WBS, maka wajar jika harganya lebih murah karena mendapat subsidi dari pemerintah. Sebagai gambaran, harga sewa apartemen 3 kamar luas 70an m2 di Poppelsdorf, pada umumnya bisa mencapai 1000-an Euro (warm, include listrik, air, pemanas ruangan). Tapi karena disubsidi, asrama keluarga dengan kriteria tadi hanya sekitar 680 Euro (belum termasuk listrik karena langganan terpisah, biayanya sesuai provider listrik dan jumlah orang).
Berhubung tinggal di komplek asrama, maka kehidupannya lebih guyub dan ada beberapa hal yang diurus bersama. Misalnya ada Spielplatz (playground anak bersama), kebun bersama, pojok zu verschenken/ hibah, dan bermacam kegiatan bersama (sebelum pandemi ada banyak: grillen, Summer festival, etc). Tetangga asrama pun bervariasi latar belakangnya. Ada yang orang Jerman asli, ada juga dari negara-negara lain (mainly Timur Tengah, Asia, dan Eropa lainnya). Kami pun juga memiliki grup WA bersama, sehingga bisa saling bertukar informasi. Oleh karenanya, kehidupan bertetangga tetap kerasa.
Jaa, kurang lebih itu pengalaman saya mendaftar dan tinggal di family apartment STW Bonn. Feel free to contact jika ada yang mau ditanyakan yaaa
Bagi yang studi atau bekerja dengan membawa keluarga selama merantau, tentunya salah satu pertimbangan penting adalah terkait kindergarten,daycare atau playgroup untuk anak, terutama yang masih kecil. Bagi yang memiliki keluangan waktu lebih (pasangannya; suami/ istri), sebenarnya bisa jadi keberadaan daycare/ playgroup tidak terlalu mendesak. Namun, dalam beberapa sikon, seringkali orang tua agak kelabakan membagi waktu dengan kesibukan yang ada (baik itu studi ataupun pekerjaan). Apalagi untuk PhD Mom, tentu adanya playgroup sangat terbantu XD. Juga untuk perkembangan anak; anak jadi bisa bersosialisasi dengan teman seumurnya, dan juga belajar berbagai keterampilan (termasuk bahasa Jerman :D).
Nah, buat yang berencana membawa anak yang masih kecil (sebelum SD) selama di Bonn, berikut ini saya share bagaimana proses mendaftar Kindertageseinrichtung (KITA) atau Day Care Center, atau Kindergarten alias Playgroup/ taman bermain di Bonn.
Mendaftar Online di KITA-NET Bonn
Untuk pendaftaran KITA di Bonn, dilakukan secara online. Ketika anak sudah fix akan datang ke Bonn, langsung saja daftar di website KITA-NET Bonn. Kita bisa mencari daftar KITA mana saja yang ada di dekat tempat tinggal kita (Fitur Search Facility).
Nanti ada pilihan lokasi (berdasarkan kode pos tempat tinggal dan daerah), dan juga bisa memilih penyedia fasilitas KITA dari mana (Pemerintah Kota, Berbagai Yayasan/ Asosiasi, Gereja, STW Kampus, dll). Kemudian, kita bisa memilih berdasarkan durasi penitipannya (mulai dari 7 – 9 jam per hari), dan juga syarat umur minimal dan maksimal dari anak. Tidak semua KITA bisa menerima anak yang masih terlalu kecil (baby).
Sesudah membuat akun, masukkan data anak, dan pilih mana saja KITA yang hendak didaftar. Saran saya, daftar ke banyak tempat, jangan hanya satu-dua saja. Pengalaman dari kami, daftar tunggu (waiting list) KITA itu sangat panjang, dan perlu waktu yang cukup lama untuk mendapatkan tempat.
Biasanya, pendaftaran dibuka sejak bulan Agustus sampai maksimal bulan Januari untuk mulai daycare di bulan Agustus/ September tahun berikutnya. Pengumuman penerimaan sekitar bulan Februari, dan mulai bermain (instead of sekolah XD), bulan Agustus atau September. Jadi, sebaiknya sesegera mungkin mendaftar ya. Tapi ada kalanya, masih ada KITA yang menerima late registration, walau kemungkinannya kecil sekali (harus didatangi KITAnya satu per satu dan ngobrol dengan kepala sekolah/ gurunya).
Info lebih lanjut terkait KITA di Bonn bisa cek di flyer INI atau buka website INI yaa (in English kq) atau kontak langsung ke Familien Buro/ Family Service Center of the local Office for Children, Youth, and Family di nomor telepon: 0228 774070 or send an email to familienbuero@bonn.de
Pendaftaran Langsung ke KITA
Nah, pengalaman kami di KITA Rheinaue yang dikelola oleh STW Bonn, selain mendaftar online di KITA NET, kami juga mendaftar secara pribadi dan datang langsung di KITA untuk menyerahkan formulir aplikasi pendaftaran hardcopy ke sekolah. Mengapa demikian? Karena pengelolaan website KITA-NET dilakukan oleh Pemerintah Kota Bonn, sementara banyak KITA yang perlu data cepat (maka dari itu perlu hardcopy aplikasi). Ternyata, setelah saya baca infonya, memang sudah seharusnya orang tua berkunjung langsung ke KITA/ kindergartennya untuk mendaftarkan secara langsung.
Seleksi KITA atau kindergarten biasanya berdasarkan beberapa kriteria: umur anak, lokasi tempat tinggal, status orang tua (keduanya bekerja/ studi atau salah satunya kerja atau tidak), ada anak lain/ saudara yang sudah sekolah di KITA tersebut atau belum, dll.
Biaya Sekolah KITA dan Uang Makan
Jangan khawatir, Jerman termasuk negara yang sangat adil terkait biaya daycare (atau apapun yang terkait social welfare gini. Hehehe…). Sistem besaran biayanya ditentukan oleh Pemerintah Kota masing-masing (Elternbeitraege) disesuaikan dengan umur anak (di bawah 3 tahun dan di atas 3 tahun), durasi jam daycare, dan gaji/ total pendapatan orang tua. Semakin kecil anak (di bawah 3 tahun), semakin tinggi biayanya. Soalnya kan kalau bayi perlu perhatian ekstra, tidak bisa disambi banyak). Begitu juga semakin banyak jam daycare dan pendapatan ortu, semakin tinggi biayanya (tapi biaya bulanannya gak mahal banget koq). Lengkapnya bisa dilihat di SINI.
Ini gambaran biayanya. Kami masuk di Stufe 3 (padahal mepet banget cuma beberapa euro di atas Stufe 2 XD)
Adapun untuk biaya makan siang, tergantung masing-masing sekolah KITA/ Kindergartennya. Ini tergantung dari berapa kali makan: full sarapan + snack pagi + makan siang + snack sore, atau cuma makan siang aja. Di KITA anak kami, karena menerapkan daycare 9 jam per hari (full day), jadi makanan yang disiapkan pun juga full course. Jadi, wajar kalau bayar uang makannya lumayan XD.
Tapi jangan khawatir, kalau memang ada keterbatasan kemampuan finansial, orang tua bisa mengajukan Bonn Ausweis yang bisa “membebaskan uang makan” atau mendaftar Kinderzuschlag (saya belum pernah mendaftar sih, jadi belum bisa share XD) untuk mendapat uang tunjangan tambahan di luar Kindergeld.
Kontrak Sekolah
Nah, ketika anak kita dinyatakan diterima di KITA, maka kita akan dikirimkan satu set dokumen kontrak yang bermacam-macam rupanya (isinya tentang data anak, consent form untuk boleh diperiksa kesehatannya, boleh difoto atau nggak, dll). Oya, termasuk juga terkait makanan, bisa disampaikan apa batasannya (alergi atau alasan agama). Karena gak semua KITA menyediakan makanan halal, jadi pilihan kami adalah makanan vegetarian dan fish only.
Bahasa Pengantar
Untuk bahasa pengantar selama di KITA, tentunya bahasa Jerman. Anak dibiasakan berbahasa Jerman setiap hari. Namun, untuk komunikasi antara orang tua dengan guru/ pihak sekolah, tergantung sekolah masing-masing. Kalau di KITA anak saya, selalu ada bahasa Jerman dan terjemahan Bahasa Inggris untuk setiap komunikasi tertulisnya. Beberapa guru juga bisa bahasa Inggris. Jadi gak perlu terlalu khawatir :), walau tentunya lebih baik orang tua bisa berbahasa Jerman untuk mempermudahnya.
Daycare khusus untuk Anaknya Mahasiswa
Bagi mahasiswa Universitas Bonn atau Hochschule Bonn Rhein Sieg (HBRS) di segala jenjang, ada prioritas untuk mendapatkan slot kuota tempat di KITA yang dikelola STW. Saya pun Alhamdulillah mendapatkan slot KITA di salah satunya (KITA Rheinaue). Walau agak lama menunggu, Alhamdulillah anak saya yang pertama bisa sekolah di sini saat umurnya 2,5 tahun. Nah, untuk tahu bagaimana mekanisme pendaftaran dan informasi lebih lanjut untuk KITA khusus anaknya mahasiswa bisa dicek di website Uni Bonn atau email langsung ke bagian Family Office: Familienbuero@uni-bonn.de
Tagesmutter/ Tagesvater
Nah, apabila urgent butuh banget daycare tapi belum dapat slot daycare, bisa juga menggunakan jasa Tagesmutter atau Tagesvater (Ibu/ Ayah Harian kalo harafiahnya XD). Mereka adalah individu/ personal yang tersertifikasi dan terdaftar untuk menjadi penjaga anak-anak. Bayarannya lumayan XD, hitungannya per jam. Harus cek di masing-masing Tagesmutter/ Vaternya. Kami sendiri belum pernah menggunakan jasa mereka.
Pun kalau misalnya ada urusan mendesak (misal pas saya dirawat/ melahirkan di RS dan suami harus urus saya), kami meminta bantuan teman dekat yang berkenan menjagakan dan mengajak main anak beberapa waktu. Ada juga beberapa mahasiswa Indonesia yang part-time jaga anak-anak warga Indonesia (tarif bervariasi, tergantung jam).
Playdate
Sebelum anak saya yang pertama dapat slot di KITA, saya pernah mengikuti group playdate untuk para expats yang ada di Bonn. Jadi sistemnya, tiap pekannya kami mengadakan pertemuan 3-4 jam tiap hari senin, di tempat yang berbeda. Biasanya berkeliling di rumah anggota yang menjadi host di hari tersebut. Senangnya jadi bisa punya tambahan kenalan dan pengalaman membesarkan anak dari warga expats yang ada di Bonn. Terutama, cemilan anak dan juga mainan anak :D. Saat anak bermain, para emaknya bisa saling ngobrol
So far, itu dulu informasi seputar daycare/ kindergarten di Bonn. Feel free to contact kalau ada yang hendak ditanyakan yaaa. Semoga bermanfaat dan memberikan gambaran seputar hal ini.
Alhamdulillah. Sudah lama tidak menyapa dan mengisi rumah maya ini. So, untuk meramaikan kembali, perkenankan saya posting tulisan yang saya ikut-sertakan dalam lomba esai peringatan hari Kartini tahun 2021 yang diselenggarakan oleh KJRI Frankfurt, Jerman pada April lalu.
Mulanya, saya tahu informasi lomba ini dari grup pengajian ibu-ibu di kota saya tinggal saat ini. Kemudian, tercetuslah keinginan untuk mengikutinya. Hitung-hitung lumayan, bisa jadi “pelarian produktif” dari rutinitas menulis disertasi (*yang belum kunjung rampung XD). Selain itu, saya kangen dengan jiwa kompetitif saya saat masih merantau di Taiwan dulu: sering kirim/ ikut lomba menulis, lomba foto dan juga kirim artikel muslim-traveler di sebuah majalah muslimah :D.
Ini poster lombanya: yang paling memungkinkan saya ikuti, ya Lomba Esai doang XD
Berhubung tema Kartini itu lumayan sering dibahas, maka menulis satu halaman esai cukup susah-susah gampang (lebih banyak susahnya). Maka, saya mencoba untuk melakukan riset kecil-kecilan dulu sebelum mulai menulis supaya ada sedikit perbedaan (walau bukan hal yang baru) dalam esai tersebut. Setelah lima hari membaca berbagai tulisan seputar Kartini, akhirnya jadilah tulisan esai saya. Berikut ini tulisannya (*sekaligus sebagai dokumentasi pengalaman :D).
Kartini Masa Kini: Semangat Perjuangkan Pilihan dan Ikut Ambil Peran Oleh: Retno Widyastuti
Semangat yang diusung Kartini pada zamannya adalah melawan ketidakadilan dan memperjuangkan kesetaraan pendidikan bagi perempuan. Atas jasanya tersebut, Kartini dikenal sebagai tokoh emansipasi Indonesia dan menjadi pelopor kebangkitan perempuan di tanah air. Kemudian, bagaimana cara kita bisa meneruskan semangat perjuangannya di masa kini? Bagaimana masing-masing dari kita bisa membawa “cahaya di tengah kegelapan”? Bagaimana masing-masing dari kita bisa “menjadi Kartini”, paling tidak bagi dirinya sendiri?
Tentunya, tiap perempuan memiliki penafsiran dan jawaban masing-masing tentang hal ini. Beda zaman, pastinya berbeda tantangan. Namun, ada benang merah yang bisa dihubungkan dari permasalahan yang dihadapi oleh para perempuan di masa lalu dengan masa kini. Jika di era Kartini emansipasi wanita yang diperjuangkan berupa kebebasan dan kemandirian dalam mengenyam pendidikan di bangku sekolah dan pernikahan, saat ini perjuangan perempuan tetap ada namun tentunya lebih kompleks lagi.
Melihat fenomena dan permasalahan yang dihadapi di masanya, Kartini memperjuangkan dan mengimplementasikan hasil pemikirannya melalui tulisan-tulisannya dan mengajar. Ia menyuarakan dengan menulis. Lalu, bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah mengetahui apa yang hendak kita perjuangkan? Melalui apa?
Bagi saya, semangat Kartini yang bisa kita bawa di masa kini adalah semangat memperjuangkan pilihan dan ikut mengambil peran. Perempuan bisa memiliki banyak peran dan kontribusi, tidak tunggal. Perempuan bukan hanya berperan di ruang privat (domestik), tetapi juga bisa di ruang publik (di masyarakat). Maka, sudah sewajarnya jika perempuan diberikan kebebasan namun tetap bertanggung-jawab dalam memilih apa yang hendak diperjuangkannya. Ia bisa bebas memilih, tetap berkarya di rumah, menjadi ibu terbaik bagi anaknya, dan atau berkontribusi di tengah masyarakat. Apapun peran, posisi atau profesi yang dipilih seorang perempuan, sebaiknya tidak dikerdilkan. Besar kecilnya suatu kontribusi sangatlah bersifat relatif. Sesuatu yang kita anggap kecil, bisa jadi berarti besar bagi orang lain.
Pilihan yang saya ambil adalah untuk mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya. Saya menyadari bahwa melalui pendidikan, saya bisa mendapatkan banyak manfaat tidak hanya untuk diri sendiri, namun juga untuk keluarga dan juga masyarakat. Pilihan ini tentu membawa konsekuensi, namun adanya kebebasan dalam memilih dan memperjuangkannya, menjadikan saya lebih bersemangat. Terlebih, saya mendapatkan dukungan penuh dari orang-orang terdekat.
Oleh karenanya, untuk dapat memberikan peran dan kontribusi yang optimal, maka diperlukan penggalian potensi diri. Hal terbaik apa yang bisa kita lakukan dan berdampak luas, baik untuk diri sendiri, keluarga, lingkungan maupun masyarakat. Dengan begitu, kita bisa tetap meneruskan semangat perjuangan yang diusung oleh Kartini di masa kini. Menjadi lebih baik dan bermanfaat, paling tidak untuk diri sendiri dan keluarga.
***
Begitulah tulisan esai lomba yang saya kirimkan. Kemudian, beberapa waktu kemudian, saya mendapat informasi bahwa esai saya terpilih menjadi salah satu dari lima orang finalis lomba ini. Dan pengumuman dilaksanakan pada saat hari H peringatan Hari Kartini, 21 April 2021.
Alhamdulillah, maasyaAllah, esai saya terpilih menjadi juara 1 (TT___TT). Terharu sekaligus kaget, dan tentunya sangat senang karena mendapat hadiah voucher belanja yang nilainya lumayan buat emak-emak beli perlengkapan rumah tangga XD, dan juga dapat piagam serta tas etnik dari Bali.
Terlepas dari hadiah yang diberikan, semoga ke depannya saya bisa terus produktif menulis. Entah itu sekedar berbagi pengalaman dan tips, atau tulisan-tulisan ilmiah (semoga disertasi selesai, bisa publikasi jurnal/ artikel, aktif berbagi ilmu dan pengalaman sesuai bidang keilmuan. Aamiin :D)
Kenang-kenangan, pernah ikut lomba di tanah rantau dan Alhamdulilah terpilih menjadi juara 1