Quantcast
Channel: Sunu Family
Viewing all 257 articles
Browse latest View live

[Story] Nostalgia Masa Putih Abu-abu

$
0
0

Mau tahu kenapa saya dipanggil dengan nama “Chiku”? Di masa SMA lah semua itu bermula.


MaasyaAllah, gak kerasa masa-masa putih abu-abu sudah lewat dua dekade XD (saya SMA tahun 2001 – 2004). Keinget awal mula, pas mau daftar SMA di Jogja dulu, keluarga kami ditempa ujian: ibu divonis harus segera operasi karena ada tumor. Sementara di saat yang sama, saya harus daftar SMA dan kakak saya pun sedang dalam proses mendaftar kuliah di beberapa tempat di Yogya dan Solo.

Keriweuhan pun muncul. Saat itu bapak saya harus bolak balik Rumah Sakit – penginapan untuk mengurus kami dan ibu di saat yang bersamaan (kami dari luar Jogja soalnya). Hingga akhirnya, kami menginap di kamar rawat rumah sakit pasca ibu sudah operasi XD.

Karena keriweuhan tadi, saya hanya bisa mendaftar di satu sekolah saja (that is SMA 1 Yogyakarta), dan tidak sempat mendaftar ke SMA negeri lainnya. Ini agak beresiko, karena sistem pendaftaran sekolah zaman saya masih berbasis urutan NEM, bukan rayon atau tes masuk SMA. Terlebih, saya berasal dari luar provinsi Yogyakarta. Kuota penerimaan siswa luar provinsi jauh lebih sedikit dari total keseluruhan jumlah siswa (hanya 10% atau 24 orang dari total 240 orang yang diterima). Tapi maasyaAllah, alhamdulillah, saat pengumuman hasil, Allah memberikan kesempatan untuk saya bisa menimba ilmu hidup di SMA ini. Saya berada di urutan ke-21 dari kuota 24 orang (nyaris, tapi alhamdulillah tetap masuk).

Masa SMA hanya tiga tahun. Sepertinya singkat, tapi buat saya sangat sarat makna dan membekas dalam ingatan. Soalnya di masa ini adalah masa titik balik kehidupan saya dalam mencari identitas (alias anak remaja yang masih geje, sedang cari jati diri XD).

Alhamdulillah ala kulli haal. Ketika saya mengevaluasi pengalaman hidup di periode ini, saya lagi-lagi sangat bersyukur bisa masuk ke SMA N 1 Yogya. Di sekolah inilah, saya menemukan makna hidup. Alhamdulillah saya dipertemukan dengan orang-orang sholih sholihah yang membantu saya untuk menjadi lebih baik.

Kalau diingat-ingat lagi, sekolah di SMA 1 itu susah. Karena merupakan sekolah favorit, soal yang dibikin para guru juga susah en kompetisi antar siswa lumayan ketat XD. Jadi, jangan kaget kalau selama sekolah dapat nilai minus, dan rapot merah itu sudah biasa banget XD. Pengecualian untuk mereka yang memang jenius di bidang eksak en langganan menang olimpiade. Prestasi siswanya pun memang sangat banyak di bidang akademik en karya tulis ilmiah.

Sedangkan untuk saya, pas SMA lebih menikmati masa-masa dimana kegiatan ekskul beijbun adalah yang utama (saya ikut pramuka, Majelis Perwakilan Kelas, Tae Kwon Do, ANT English and Japanese), dan KBM di sekolah hanyalah tambahan saja (tutup muka XD). Juga pernah ikut kompetisi “anti-mainstream” di kalangan siswa SMA 1 kala itu: cerdas cermat bahasa Jepang di Salatiga dan kejuaraan Tae kwon do di Sleman.

Terkait romansa masa remaja (cieeee… Suami sudah tahu kq 🙈), saya juga banyak belajar di periode ini. Alhamdulillah, saya sangat ditantang untuk bisa mengelola hati dan menjaga perasaan. Walau sulit, tapi banyak yang menguatkan agar “indah pada waktunya”.

Overall, terima kasih untuk para bapak ibu guru, sahabat dan teman-teman yang juga menemani proses perubahan saya, yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Mulai dari kelas 1-5, 2-6, dan 3 IPA 5. Semoga Allah senantiasa membalas kebaikan kalian semua berkali lipat, dan Allah berikan kesempatan kita untuk menjalin silaturrahim yaaa. Dan mohon maafkan semua salah dan khilaf khususnya semasa SMA ya kawans….

*Dimanapun kalian berada, kukirimkan terima kasih, untuk warna dalam hidupku, dan banyak kenangan indah, kau melukis aku….. (kutipan lirik Monokrom, Tulus).

Dirgahayu Teladan! Selamat HUT ke-64 ^^

Teladan, Jayamahe!


[Tips] Mengurus Führungszeugnis alias SKCK di Jerman

$
0
0

Ketika hendak bekerja di Jerman, salah satu persyaratan administrasinya adalah menyertakan Führungszeugnis (Certificate of Good Conduct/ Criminal Records) atau kalau di Indonesia seperti Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK). Beberapa waktu lalu, Alhamdulillah suami saya diterima bekerja paruh waktu sebagai “pak pos” di Deutsche Post yang bertugas mengantar surat dan paket ke rumah-rumah. Jadi, di sini saya akan share pengalamannya, dimulai dengan mengurus Führungszeugnis di kota Bonn.

Führungszeugnis merupakan catatan kelakuan baik, ditunjukkan dengan ada catatan kriminal atau nggak. Surat ini diperlukan nggak hanya ketika mau bekerja saja, tetapi jika perlu mengurus berbagai surat perizinan resmi di Jerman, misalnya izin membuka usaha.

Untuk mengurus surat ini tergolong mudah. Di Kota Bonn, pengurusannya bisa dilakukan secara online atau langsung ke Stadhaus. Kalau mengurus online, sebenarnya mudah tapi agak ribet karena kami belum punya card reader untuk mengaktivasi fungsi identifikasi kartu ID. Jadinya, suami saya mengurus langsung ke Stadhaus.

Proses pengurusannya sebagai berikut:

  1. Membuat online appointment di website Stadhaus (pilih Termin untuk membuat Führungszeugnis, kemudian pilih sesuai tanggal dan jam yang tersedia).
  2. Yang mengurus Führungszeugnis harus datang langsung (tidak bisa diwakili) ke Stadhaus dan datang tepat waktu sesuai Termin.
  3. Membawa paspor asli dan Residence permit (Aufenthaltserlaubniskarte) asli yang masih berlaku.
  4. Membayar biaya pengurusan surat sebesar 13 Euro (bisa cash, kartu debit/ kredit, Apple Pay/ Google Pay). Pembayaran bisa gratis untuk penerima bantuan sosial (SGB) , Bonn Ausweis, atau untuk kegiatan relawan sosial/ non-profit (disertai bukti).
  5. Pengurusan surat berlangsung selama 2-6 minggu, tergantung masing-masing kota.
  6. Ketika sudah jadi, surat akan dikirim melalui pos ke alamat kita atau bisa juga dikirim ke pemberi kerja langsung namun perlu surat pengantar dari pemberi kerja saat proses pengajuan ke Stadhaus.

Cukup mudah kan :). Kurang lebih itu pengalamannya. Semoga bisa memberi gambaran bagi yang hendak mengurusnya yaaa

Untuk informasi lebih detail, bisa membaca website pemerintah kota masing-masing. Untuk kota Bonn, bisa dibaca di SINI.

[Share] Mengurus Führerschein – SIM Mobil di Jerman

$
0
0

Tidak terasa, kami sudah tinggal di Bonn selama empat tahun. Selama empat tahun ini pula, kami merasakan bahwa memiliki SIM (Führerschein) mobil di Jerman (Tipe B) memiliki banyak kemanfataan, bukan hanya untuk diri sendiri melainkan juga untuk orang lain. Beberapa kali, ada kawan yang memerlukan bantuan untuk menyetir mobil, namun karena tidak punya SIM Jerman, maka dengan terpaksa tidak bisa membantu.

Führerschein im deutschen Verkehr - Bußgeldkatalog 2022
Kira-kira begini tampilan SIM Jerman. Gambar dari SINI
Was bedeuten die Zahlen bzw. Codes im Führerschein?
Ini tampilan belakang SIMnya. Gambar dari SINI

Beda halnya dengan negara-negara lain (terutama di EU), Surat Izin Mengemudi (SIM) Internasional dari tanah air, tidak bisa dipakai di Jerman walau masa berlakunya masih lama. SIM internasional Indonesia hanya diakui 6 bulan pertama sejak kedatangan di Jerman. Sehingga, mau tidak mau, jika hendak berkendara di Jerman wajib punya SIM Jerman agar tidak kena denda atau bermasalah. Terlebih, ada beberapa peraturan berkendara yang berbeda dengan yang ada di tanah air dan juga sistem menyetir yang beda (di Jerman menggunakan setir kiri, kalau di Indonesia setir kanan).

Dari pengalaman teman dan suami saya yang ikut kursus SIM mobil Jerman, prosesnya tergolong sangat susah, lama (mulai dari pengurusan administrasi sampai ujian) dan juga mahal. Jadi harus siapkan mental, waktu, tenaga dan biaya kalau mau mengajukan SIM di sini. Tapi kalau dipikir-pikir, ini wajar dilakukan karena masa berlaku SIM B mobil Jerman sangat panjang (15 tahun) dan pengemudi sangat ditekankan untuk memahami aturan mengemudi, standar keamanan dan keselamatan seluruh pengguna jalan.

Nah, untuk gambaran prosesnya, berikut ini tahapan yang dilakukan:

1) Datang ke Fahrschule (Sekolah Mengemudi)
Untuk mendapatkan SIM di Jerman, seseorang harus kembali menjadi “siswa sekolah”, karena salah satu langkah yang harus dilakukan untuk mendapat SIM adalah mendaftar di sekolah mengemudi (Fahrschule). Ini adalah syarat mutlak karena bukti pendaftaran di satu Fahrschule menjadi salah satu dokumen wajib yang harus ditunjukkan pada pihak pemerintah kota. Seringkali, waiting list di Fahrschule cukup panjang, terlebih jika mencari pengajar yang bisa berbahasa Inggris. Jadi, coba tanya ke teman-teman yang punya pengalaman, Fahrschule mana saja yang memungkinkan. Setelah itu, datang ke Fahrschule, kemudian tanya syarat apa saja yang harus disiapkan untuk mendaftar sebagai siswa sekolah mengemudi.

2) Terjemahan SIM dan Penyetaraan Klasifikasi SIM

Dokumen ini perlu disiapkan, terutama jika kita sudah ada SIM mobil dari tanah air. Prosesnya, kita tinggal datang ke ADAC untuk menerjemahkan dan penyetaraan klasifikasi SIM. Biayanya untuk urus di ADAC sekitar 70 euro dan proses suratnya sekitar 2-3 minggu. Alternatif lainnya, penerjemahan SIM bisa dilakukan di terjemahan privat dengan biaya sekitar 45 euro (waktu lebih cepat sekitar 2-3 hari tergantung penerjemah), dan penyetaraan klasifisikasi SIM di ADAC dengan biaya 25 euro (1 minggu).

3) First Aid Kit Course/ Erstehilfe Kurs
Tahap selanjutnya adalah mengikuti kursus P3K dan tes mata. Info mengenai kapan, dimana, dan syarat kursus P3K + tes matanya, akan diberitahu oleh pihak Fahrschule. Biayanya sekitar 40 euro (tahun 2020) dan lama kursusnya seharian penuh (pagi-sore). Kebanyakan kursus P3K ini pakai bahasa Jerman. Jadi harus tanya kira-kira dimana atau ada nggaknya yang bahasa inggris.

Jika sudah ada surat dari Erstehilfe, hasil tes mata dan terjemahan + klasifikasi SIM, selanjutnya adalah ke Fahrschule untuk mendapatkan surat keterangan kalau kita sudah anmelden (registrasi) kursus, dan membayar sekitar 300 euro untuk biaya pendaftaran dan kursus dasar (di Fahrschule suami saya, biaya ini sudah include 6 kali kelas teori + konsultasi di kelas dan info aplikasi untuk mempelajari semua teori menyetir).

4) Mendaftar ke Straßenverkehrsamt di City Hall/ Stadhaus
Proses selanjutnya adalah mendaftar ke Straßenverkehrsamt (semacam DLLAJ) di Stadhaus untuk pengurusan administrasi SIM. Berbeda dengan di Indonesia yang pengurusan SIM dilakukan di Kantor Polisi, di Jerman administrasi SIM dilakukan langsung di City Hall. Nah, ketika ke City Hall, kita perlu mendaftarkan diri dan membawa dokumen yang diminta. Juga perlu menyampaikan, apakah kita sudah punya SIM dari tanah air atau belum. Jika sudah, kita bisa Umzetsen SIM dari Indonesia. Kalau belum, bisa disampaikan kalau kita mau urus SIM dari awal (belum bisa menyetir sama sekali).

Umzetsen SIM digunakan untuk mengurangi jumlah jam belajar teori dan praktek karena dianggap sudah bisa menyetir. Misalnya, jika seharusnya perlu 20 jam praktek, dengan Umzetsen ini cukup 10 jam saja (tapi lihat hasil evaluasi dari guru menyetir). Kalau sudah sering menyetir di Jerman pakai SIM internasional, kita bisa ambil kursus praktik 4 jam saja (tapi juga tergantung hasil evaluasi dari guru menyetir). Biaya pengurusan di Stadhaus ini sekitar: 43,4 euro (tahun 2020).

Syarat yang dibutuhkan saat registrasi ke Stadhaus, antara lain:
1) Bukti Registrasi dari Fahrschule
2) Hasil tes penglihatan dan erstehilfe (asli)
3) Terjemahan SIM Bahasa Jerman
4) Pas foto Biometrik 1
5) SIM Asli dari Tanah Air (akan diambil aslinya, tidak dikembalikan)
6) Surat Klasifikasi SIM dari ADAC (asli)
7) Menunjukkan Paspor Asli dan Izin Tinggal (Residence Permit) yang masih berlaku

5) Persiapan Ujian Teori SIM

Selama proses menunggu surat dari Stadhaus, ada aplikasi (apps) khusus untuk belajar teori untuk materi ujian tulis. Ada berbagai macam bahasa, termasuk bahasa Inggris. Begitu sudah dapat surat dari Stadhaus, dan kita dirasa sudah siap dengan ujian teori (dari latihan mengerjakan ribuan soal), kita bisa mendaftar ujian tulis di TUV dan membayar biayanya sebesar 111,36 Euro (tahun 2021) paling lambat 2 minggu sebelum tanggal ujian. Kita bisa telpon ke TUV di kota kita untuk jadwal ujian, kapan, dan dimana lokasi ujiannya.

6) Ujian Teori Tertulis

Ujian tulis SIM ini cukup mudah sebenarnya, tapi yang sulit adalah kita harus benar-benar paham teori menyetir, dan dari beberapa hasil simulasi ujian (ada di aplikasi) hanya sedikit melakukan kesalahan. Dari sekian ribu contoh soal yang dipelajari, di ujian yang sebenarnya hanya ada 30 soal saja.

Nah, tiap pertanyaan punya bobot poin tertentu (tiap soal 3-4 poin) dan kita hanya boleh melakukan kesalahan maksimal 10 poin (sekitar 3 soal). Ini yang bikin deg-degan. Jadi, sebelum benar-benar siap dengan ujian teori, harus pastikan sudah sedikit salah dalam simulasi ujian tertulisnya. Karena kalau kesalahan lebih dari 10 poin, berarti tidak lulus ujian dan harus mengulang (bayar lagi). Ujian teori ini wajib lulus, jadi bisa mengulang berkali-kali sampai lulus (perlu diingat, jarak waktu antara ujian dengan pembayaran, minimal 14 hari sebelumnya).

Ujian dilakukan di kantor TUV kota, dan waktunya cukup singkat. Hasil ujian akan segera dikabari, dan jika lulus, bisa langsung persiapan kelas praktik menyetir.

7) Praktik Kelas Menyetir

Kalau kita sudah lulus ujian teori, kita kembali ke Fahrschule untuk ikut kelas praktik menyetir. Kalau dari nol (belum bisa menyetir), paling tidak perlu minimal 20x pertemuan (tergantung kemampuan dan evaluasi pengajar). Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, kalau sudah ada SIM mobil dari Indonesia tapi belum pernah menyetir di Jerman, perlu paling tidak 10x pertemuan. Kalau sudah pernah menyetir di sini dan paham aturan (nyetir pakai SIM Internasional), bisa hanya perlu 4x pertemuan. Setiap kali kelas praktik menyetir 1 jam pelajaran (sekitar 45 menit), biayanya 50 euro (ada yang 45-65 euro, tergantung nego dan Fahrschule). Pembayaran dilakukan per pertemuan praktik menyetir ke pengajar.

8) Ujian Praktik Menyetir

Jika pengajar sudah menganggap kita siap ujian praktik dan minim kesalahan, maka kita bisa langsung mendaftar untuk ujian praktik. Jadwal ujian disesuaikan dengan pihak Fahrschule dan penguji dari pihak TUV. Biaya ujian praktek terbagi menjadi 2: membayar ke Fahrschule dan TUV. Besarannya, 150 Euro ke Fahrschule dan TUV sebesar 116,93 Euro (tahun 2021). Untuk bisa lulus ujian praktik ini, harus tidak boleh ada kesalahan sama sekali, terutama yang fatal. Kalau kecil, mungkin masih dimaklumi (selama tidak banyak).

Nah, kalau dinyatakan lulus dari seluruh proses ujian, SIM akan langsung diberikan oleh penguji dan bisa langsung aktif. Saya baru paham kalau SIM itu sudah dicetak dan disiapkan oleh Stadhaus sejak kita mendaftar, namun baru diserahkan dan aktif ketika lulus ujian praktik. Jadi, semakin cepat proses kursus dan ujian dari awal sampai akhir, semakin cepat kita mendapat SIMnya.

Proses pengurusan SIM yang dilakukan suami saya kurang lebih hampir setahun (proses pengurusan syarat dan mendaftar Fahrschule pada September 2020, tapi baru lulus ujian praktek pada awal Oktober 2021). Alhamdulillah suami bisa lulus ujian teori dalam sekali percobaan, tapi untuk ujian praktik harus mengulang (jadi 2 kali ujian).

Untuk kelas praktik menyetirnya harus ikut 26 kali (lumayan banyak, terutama untuk persiapan H-1 ujian praktik selama 2x). Dan terkendala beberapa kali harus off kursus karena harus pulang ke tanah air, kondisi korona (aturan yang ketat), dan libur lainnya, sehingga sehabis off kursus, harus ulang dari awal lagi sebentar. Selain itu, walaupun sudah punya SIM mobil di Indonesia, tapi belum pernah menyetir dengan setir kiri di Jerman, dan tidak terbiasa dengan peraturan menyetir yang ada di sini. Jadi, memang perlu waktu dan beberapa kali kursus sampai tidak ada kesalahan fatal lagi (minimum kesalahan kecil).

Jadi bisa dikira-kira, biaya yang harus disiapkan untuk membuat SIM mobil Jerman sejak awal hingga akhir berkisar antara 1.500 – 2.500 Euro atau sekitar 25 – 40 juta rupiah (tergantung jumlah kelas praktik menyetir), dan waktunya paling tidak sekitar 6 bulan (paling cepat) – 1 tahun.

Jangan dibandingkan dengan Indonesia dalam hal biaya dan prosesnya. Menurut saya memang standar keselamatan pengemudi dan pengguna jalan di Jerman sangat ditekankan, sehingga proses pembelajaran teori dan praktik cukup ketat. Dan lagi, masa berlaku SIM ini 15 tahun, dan bisa digunakan secara internasional.

Kurang lebih itu pengalaman suami saya dalam mengurus SIM di Jerman. Semoga bisa memberikan gambaran dan selamat berjuang bagi yang hendak mengurusnya :). Feel free to contact or leave a comment for further questions.

[Tips] Mendaftar STW/ Family Dormitory di Bonn

$
0
0

Salah satu perjuangan menjadi mahasiswa yang tinggal di tanah rantau bersama keluarga adalah mencari apartemen yang proper untuk keluarga namun dengan harga miring. Sudah menjadi pengetahuan umum kalau mencari family apartement itu susah, apalagi jika ditambah dengan keinginan mendapatkan yang lebih besar, lebih nyaman/ layak, lokasi strategis/ dekat pusat kota dan lebih murah ^^”. Banyak maunya. Namun itu tidak sepenuhnya mustahil, terutama bagi mahasiswa berkeluarga di Bonn.

Salah satu opsi itu adalah mendaftar family dormitory yang dikelola oleh Studierendenwerk (STW) Bonn. Proses pendaftarannya berbeda dengan proses mendaftar dormitory untuk single yang bisa secara langsung via online. Akan tetapi, untuk bisa mendaftar ke family apartement ini, ada banyak syarat dan perjalanan yang agak panjang.

Berikut dalam postingan ini, saya akan berbagi proses saya mendaftar hingga akhirnya alhamdulillah mendapatkan family dormitory kampus.

Syarat utama mendaftar family dormitory milik kampus adalah sebagai berikut:

  1. Salah satu atau keduanya (suami dan atau istri) merupakan mahasiswa di Bonn University atau Hochschule Bonn Rhein Sieg (HBRS).
  2. Anggota keluarga yang akan tinggal bersama (termasuk anak), semuanya sudah berada di Jerman dan sudah memiliki resident permit yang masih berlaku. Jadi, kalau anggota keluarga masih di tanah air, sayangnya kita tidak bisa mendaftar family dormitory ini karena terkait administrasi :(.
  3. Mahasiswa dari manapun, baik orang Jerman maupun orang asing (yang penting terdaftar di Uni Bonn atau HBRS), bisa mendaftar asrama keluarga ini.
  4. Mengisi formulir pendaftaran dari STW Bonn (bisa minta by email atau ambil langsung di kantornya)
  5. Memiliki Surat Wohnberechtigungsschein/ WBS (proses mendaftar WBS bisa dibaca di SINI)
  6. Jika syarat sudah lengkap, bisa langsung kirimkan/ serahkan seluruh dokumen persyaratan ke STW Bonn.
  7. Setelah apply, kita harus banyak bersabar ya, karena long waiting list XD. Kami harus menunggu sekitar 9 bulan sampai akhirnya dapat giliran. Itupun setelah bolak balik bertanya dan nyamperin kantor STWnya (sampai dimarahin XD).

Memang, unit family dormitory jumlahnya tidak terlalu banyak, dan lokasinya tersebar di berbagai penjuru Bonn. Jadi, mengantri adalah hal biasa. Apalagi, biasanya tiap keluarga (mahasiswa doktoral) bisa dapat kontrak sewa 4 tahun. Plus kalau mau perpanjang, bisa menjadi mentor di asrama (bonus bisa perpanjang per 1 semester). Jadilah masa antrian semakin lama jika penghuni sebelumnya tidak ada yang pindah dari family dormitory-nya XD.

Alhamdulillah, setelah usaha menanti dan terus bertanya ke STW (kurang lebih 9 bulan masa menunggu), kami akhirnya mendapat tawaran family dormitory di komplek Jagdweg Poppelsdorf, yang merupakan komplek family dormitory terbesar dan terbanyak jumlah unitnya di Bonn. Komplek ini memang khusus untuk keluarga, dengan tipe unit mulai dari 2 kamar sampai 4 kamar. Alhamdulillah, komplek ini tergolong dekat dari pusat kota Bonn (cukup jalan kaki sedikit dan naik bus 7 menit ke Bonn Hbf).

Kelebihan tinggal di STW family adalah harga sewanya yang relatif lebih murah dibandingkan wohnung pada umumnya. Apalagi, lokasi wohnungnya rata-rata cukup strategis di dekat kampus dan pusat kota. Karena family dormitory ini menggunakan WBS, maka wajar jika harganya lebih murah karena mendapat subsidi dari pemerintah. Sebagai gambaran, harga sewa apartemen 3 kamar luas 70an m2 di Poppelsdorf, pada umumnya bisa mencapai 1000-an Euro (warm, include listrik, air, pemanas ruangan). Tapi karena disubsidi, asrama keluarga dengan kriteria tadi hanya sekitar 680 Euro (belum termasuk listrik karena langganan terpisah, biayanya sesuai provider listrik dan jumlah orang).

Berhubung tinggal di komplek asrama, maka kehidupannya lebih guyub dan ada beberapa hal yang diurus bersama. Misalnya ada Spielplatz (playground anak bersama), kebun bersama, pojok zu verschenken/ hibah, dan bermacam kegiatan bersama (sebelum pandemi ada banyak: grillen, Summer festival, etc). Tetangga asrama pun bervariasi latar belakangnya. Ada yang orang Jerman asli, ada juga dari negara-negara lain (mainly Timur Tengah, Asia, dan Eropa lainnya). Kami pun juga memiliki grup WA bersama, sehingga bisa saling bertukar informasi. Oleh karenanya, kehidupan bertetangga tetap kerasa.

Jaa, kurang lebih itu pengalaman saya mendaftar dan tinggal di family apartment STW Bonn. Feel free to contact jika ada yang mau ditanyakan yaaa 🙂

[Tips] Mendaftar Daycare/ Kindergarten di Bonn

$
0
0

Bagi yang studi atau bekerja dengan membawa keluarga selama merantau, tentunya salah satu pertimbangan penting adalah terkait kindergarten, daycare atau playgroup untuk anak, terutama yang masih kecil. Bagi yang memiliki keluangan waktu lebih (pasangannya; suami/ istri), sebenarnya bisa jadi keberadaan daycare/ playgroup tidak terlalu mendesak. Namun, dalam beberapa sikon, seringkali orang tua agak kelabakan membagi waktu dengan kesibukan yang ada (baik itu studi ataupun pekerjaan). Apalagi untuk PhD Mom, tentu adanya playgroup sangat terbantu XD. Juga untuk perkembangan anak; anak jadi bisa bersosialisasi dengan teman seumurnya, dan juga belajar berbagai keterampilan (termasuk bahasa Jerman :D).

Nah, buat yang berencana membawa anak yang masih kecil (sebelum SD) selama di Bonn, berikut ini saya share bagaimana proses mendaftar Kindertageseinrichtung (KITA) atau Day Care Center, atau Kindergarten alias Playgroup/ taman bermain di Bonn.

Mendaftar Online di KITA-NET Bonn

Untuk pendaftaran KITA di Bonn, dilakukan secara online. Ketika anak sudah fix akan datang ke Bonn, langsung saja daftar di website KITA-NET Bonn. Kita bisa mencari daftar KITA mana saja yang ada di dekat tempat tinggal kita (Fitur Search Facility).

Nanti ada pilihan lokasi (berdasarkan kode pos tempat tinggal dan daerah), dan juga bisa memilih penyedia fasilitas KITA dari mana (Pemerintah Kota, Berbagai Yayasan/ Asosiasi, Gereja, STW Kampus, dll). Kemudian, kita bisa memilih berdasarkan durasi penitipannya (mulai dari 7 – 9 jam per hari), dan juga syarat umur minimal dan maksimal dari anak. Tidak semua KITA bisa menerima anak yang masih terlalu kecil (baby).

Sesudah membuat akun, masukkan data anak, dan pilih mana saja KITA yang hendak didaftar. Saran saya, daftar ke banyak tempat, jangan hanya satu-dua saja. Pengalaman dari kami, daftar tunggu (waiting list) KITA itu sangat panjang, dan perlu waktu yang cukup lama untuk mendapatkan tempat.

Biasanya, pendaftaran dibuka sejak bulan Agustus sampai maksimal bulan Januari untuk mulai daycare di bulan Agustus/ September tahun berikutnya. Pengumuman penerimaan sekitar bulan Februari, dan mulai bermain (instead of sekolah XD), bulan Agustus atau September. Jadi, sebaiknya sesegera mungkin mendaftar ya. Tapi ada kalanya, masih ada KITA yang menerima late registration, walau kemungkinannya kecil sekali (harus didatangi KITAnya satu per satu dan ngobrol dengan kepala sekolah/ gurunya).

Info lebih lanjut terkait KITA di Bonn bisa cek di flyer INI atau buka website INI yaa (in English kq) atau kontak langsung ke Familien Buro/ Family Service Center of the local Office for Children, Youth, and Family di nomor telepon: 0228 774070 or send an email to familienbuero@bonn.de

Pendaftaran Langsung ke KITA

Nah, pengalaman kami di KITA Rheinaue yang dikelola oleh STW Bonn, selain mendaftar online di KITA NET, kami juga mendaftar secara pribadi dan datang langsung di KITA untuk menyerahkan formulir aplikasi pendaftaran hardcopy ke sekolah. Mengapa demikian? Karena pengelolaan website KITA-NET dilakukan oleh Pemerintah Kota Bonn, sementara banyak KITA yang perlu data cepat (maka dari itu perlu hardcopy aplikasi). Ternyata, setelah saya baca infonya, memang sudah seharusnya orang tua berkunjung langsung ke KITA/ kindergartennya untuk mendaftarkan secara langsung.

Seleksi KITA atau kindergarten biasanya berdasarkan beberapa kriteria: umur anak, lokasi tempat tinggal, status orang tua (keduanya bekerja/ studi atau salah satunya kerja atau tidak), ada anak lain/ saudara yang sudah sekolah di KITA tersebut atau belum, dll.

Biaya Sekolah KITA dan Uang Makan

Jangan khawatir, Jerman termasuk negara yang sangat adil terkait biaya daycare (atau apapun yang terkait social welfare gini. Hehehe…). Sistem besaran biayanya ditentukan oleh Pemerintah Kota masing-masing (Elternbeitraege) disesuaikan dengan umur anak (di bawah 3 tahun dan di atas 3 tahun), durasi jam daycare, dan gaji/ total pendapatan orang tua. Semakin kecil anak (di bawah 3 tahun), semakin tinggi biayanya. Soalnya kan kalau bayi perlu perhatian ekstra, tidak bisa disambi banyak). Begitu juga semakin banyak jam daycare dan pendapatan ortu, semakin tinggi biayanya (tapi biaya bulanannya gak mahal banget koq). Lengkapnya bisa dilihat di SINI.

Ini gambaran biayanya. Kami masuk di Stufe 3 (padahal mepet banget cuma beberapa euro di atas Stufe 2 XD)

Adapun untuk biaya makan siang, tergantung masing-masing sekolah KITA/ Kindergartennya. Ini tergantung dari berapa kali makan: full sarapan + snack pagi + makan siang + snack sore, atau cuma makan siang aja. Di KITA anak kami, karena menerapkan daycare 9 jam per hari (full day), jadi makanan yang disiapkan pun juga full course. Jadi, wajar kalau bayar uang makannya lumayan XD.

Tapi jangan khawatir, kalau memang ada keterbatasan kemampuan finansial, orang tua bisa mengajukan Bonn Ausweis yang bisa “membebaskan uang makan” atau mendaftar Kinderzuschlag (saya belum pernah mendaftar sih, jadi belum bisa share XD) untuk mendapat uang tunjangan tambahan di luar Kindergeld.

Kontrak Sekolah

Nah, ketika anak kita dinyatakan diterima di KITA, maka kita akan dikirimkan satu set dokumen kontrak yang bermacam-macam rupanya (isinya tentang data anak, consent form untuk boleh diperiksa kesehatannya, boleh difoto atau nggak, dll). Oya, termasuk juga terkait makanan, bisa disampaikan apa batasannya (alergi atau alasan agama). Karena gak semua KITA menyediakan makanan halal, jadi pilihan kami adalah makanan vegetarian dan fish only.

Bahasa Pengantar

Untuk bahasa pengantar selama di KITA, tentunya bahasa Jerman. Anak dibiasakan berbahasa Jerman setiap hari. Namun, untuk komunikasi antara orang tua dengan guru/ pihak sekolah, tergantung sekolah masing-masing. Kalau di KITA anak saya, selalu ada bahasa Jerman dan terjemahan Bahasa Inggris untuk setiap komunikasi tertulisnya. Beberapa guru juga bisa bahasa Inggris. Jadi gak perlu terlalu khawatir :), walau tentunya lebih baik orang tua bisa berbahasa Jerman untuk mempermudahnya.

Daycare khusus untuk Anaknya Mahasiswa

Bagi mahasiswa Universitas Bonn atau Hochschule Bonn Rhein Sieg (HBRS) di segala jenjang, ada prioritas untuk mendapatkan slot kuota tempat di KITA yang dikelola STW. Saya pun Alhamdulillah mendapatkan slot KITA di salah satunya (KITA Rheinaue). Walau agak lama menunggu, Alhamdulillah anak saya yang pertama bisa sekolah di sini saat umurnya 2,5 tahun. Nah, untuk tahu bagaimana mekanisme pendaftaran dan informasi lebih lanjut untuk KITA khusus anaknya mahasiswa bisa dicek di website Uni Bonn atau email langsung ke bagian Family Office: Familienbuero@uni-bonn.de

Tagesmutter/ Tagesvater

Nah, apabila urgent butuh banget daycare tapi belum dapat slot daycare, bisa juga menggunakan jasa Tagesmutter atau Tagesvater (Ibu/ Ayah Harian kalo harafiahnya XD). Mereka adalah individu/ personal yang tersertifikasi dan terdaftar untuk menjadi penjaga anak-anak. Bayarannya lumayan XD, hitungannya per jam. Harus cek di masing-masing Tagesmutter/ Vaternya. Kami sendiri belum pernah menggunakan jasa mereka.

Pun kalau misalnya ada urusan mendesak (misal pas saya dirawat/ melahirkan di RS dan suami harus urus saya), kami meminta bantuan teman dekat yang berkenan menjagakan dan mengajak main anak beberapa waktu. Ada juga beberapa mahasiswa Indonesia yang part-time jaga anak-anak warga Indonesia (tarif bervariasi, tergantung jam).

Playdate

Sebelum anak saya yang pertama dapat slot di KITA, saya pernah mengikuti group playdate untuk para expats yang ada di Bonn. Jadi sistemnya, tiap pekannya kami mengadakan pertemuan 3-4 jam tiap hari senin, di tempat yang berbeda. Biasanya berkeliling di rumah anggota yang menjadi host di hari tersebut. Senangnya jadi bisa punya tambahan kenalan dan pengalaman membesarkan anak dari warga expats yang ada di Bonn. Terutama, cemilan anak dan juga mainan anak :D. Saat anak bermain, para emaknya bisa saling ngobrol 😀

So far, itu dulu informasi seputar daycare/ kindergarten di Bonn. Feel free to contact kalau ada yang hendak ditanyakan yaaa. Semoga bermanfaat dan memberikan gambaran seputar hal ini.

[Share] Kartini Masa Kini: Semangat Perjuangkan Pilihan dan Ikut Ambil Peran

$
0
0

Alhamdulillah. Sudah lama tidak menyapa dan mengisi rumah maya ini. So, untuk meramaikan kembali, perkenankan saya posting tulisan yang saya ikut-sertakan dalam lomba esai peringatan hari Kartini tahun 2021 yang diselenggarakan oleh KJRI Frankfurt, Jerman pada April lalu.

Mulanya, saya tahu informasi lomba ini dari grup pengajian ibu-ibu di kota saya tinggal saat ini. Kemudian, tercetuslah keinginan untuk mengikutinya. Hitung-hitung lumayan, bisa jadi “pelarian produktif” dari rutinitas menulis disertasi (*yang belum kunjung rampung XD). Selain itu, saya kangen dengan jiwa kompetitif saya saat masih merantau di Taiwan dulu: sering kirim/ ikut lomba menulis, lomba foto dan juga kirim artikel muslim-traveler di sebuah majalah muslimah :D.

Ini poster lombanya: yang paling memungkinkan saya ikuti, ya Lomba Esai doang XD

Berhubung tema Kartini itu lumayan sering dibahas, maka menulis satu halaman esai cukup susah-susah gampang (lebih banyak susahnya). Maka, saya mencoba untuk melakukan riset kecil-kecilan dulu sebelum mulai menulis supaya ada sedikit perbedaan (walau bukan hal yang baru) dalam esai tersebut. Setelah lima hari membaca berbagai tulisan seputar Kartini, akhirnya jadilah tulisan esai saya. Berikut ini tulisannya (*sekaligus sebagai dokumentasi pengalaman :D).

Kartini Masa Kini:
Semangat Perjuangkan Pilihan dan Ikut Ambil Peran

Oleh: Retno Widyastuti

Semangat yang diusung Kartini pada zamannya adalah melawan ketidakadilan dan memperjuangkan kesetaraan pendidikan bagi perempuan. Atas jasanya tersebut, Kartini dikenal sebagai tokoh emansipasi Indonesia dan menjadi pelopor kebangkitan perempuan di tanah air. Kemudian, bagaimana cara kita bisa meneruskan semangat perjuangannya di masa kini? Bagaimana masing-masing dari kita bisa membawa “cahaya di tengah kegelapan”? Bagaimana masing-masing dari kita bisa “menjadi Kartini”, paling tidak bagi dirinya sendiri?

Tentunya, tiap perempuan memiliki penafsiran dan jawaban masing-masing tentang hal ini. Beda zaman, pastinya berbeda tantangan. Namun, ada benang merah yang bisa dihubungkan dari permasalahan yang dihadapi oleh para perempuan di masa lalu dengan masa kini. Jika di era Kartini emansipasi wanita yang diperjuangkan berupa kebebasan dan kemandirian dalam mengenyam pendidikan di bangku sekolah dan pernikahan, saat ini perjuangan perempuan tetap ada namun tentunya lebih kompleks lagi.

Melihat fenomena dan permasalahan yang dihadapi di masanya, Kartini memperjuangkan dan mengimplementasikan hasil pemikirannya melalui tulisan-tulisannya dan mengajar. Ia menyuarakan dengan menulis. Lalu, bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah mengetahui apa yang hendak kita perjuangkan? Melalui apa?

Bagi saya, semangat Kartini yang bisa kita bawa di masa kini adalah semangat memperjuangkan pilihan dan ikut mengambil peran. Perempuan bisa memiliki banyak peran dan kontribusi, tidak tunggal. Perempuan bukan hanya berperan di ruang privat (domestik), tetapi juga bisa di ruang publik (di masyarakat). Maka, sudah sewajarnya jika perempuan diberikan kebebasan namun tetap bertanggung-jawab dalam memilih apa yang hendak diperjuangkannya. Ia bisa bebas memilih, tetap berkarya di rumah, menjadi ibu terbaik bagi anaknya, dan atau berkontribusi di tengah masyarakat. Apapun peran, posisi atau profesi yang dipilih seorang perempuan, sebaiknya tidak dikerdilkan. Besar kecilnya suatu kontribusi sangatlah bersifat relatif. Sesuatu yang kita anggap kecil, bisa jadi berarti besar bagi orang lain.

Pilihan yang saya ambil adalah untuk mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya. Saya menyadari bahwa melalui pendidikan, saya bisa mendapatkan banyak manfaat tidak hanya untuk diri sendiri, namun juga untuk keluarga dan juga masyarakat. Pilihan ini tentu membawa konsekuensi, namun adanya kebebasan dalam memilih dan memperjuangkannya, menjadikan saya lebih bersemangat. Terlebih, saya mendapatkan dukungan penuh dari orang-orang terdekat.

Oleh karenanya, untuk dapat memberikan peran dan kontribusi yang optimal, maka diperlukan penggalian potensi diri. Hal terbaik apa yang bisa kita lakukan dan berdampak luas, baik untuk diri sendiri, keluarga, lingkungan maupun masyarakat. Dengan begitu, kita bisa tetap meneruskan semangat perjuangan yang diusung oleh Kartini di masa kini. Menjadi lebih baik dan bermanfaat, paling tidak untuk diri sendiri dan keluarga.

***

Begitulah tulisan esai lomba yang saya kirimkan. Kemudian, beberapa waktu kemudian, saya mendapat informasi bahwa esai saya terpilih menjadi salah satu dari lima orang finalis lomba ini. Dan pengumuman dilaksanakan pada saat hari H peringatan Hari Kartini, 21 April 2021.

Alhamdulillah, maasyaAllah, esai saya terpilih menjadi juara 1 (TT___TT). Terharu sekaligus kaget, dan tentunya sangat senang karena mendapat hadiah voucher belanja yang nilainya lumayan buat emak-emak beli perlengkapan rumah tangga XD, dan juga dapat piagam serta tas etnik dari Bali.

Terlepas dari hadiah yang diberikan, semoga ke depannya saya bisa terus produktif menulis. Entah itu sekedar berbagi pengalaman dan tips, atau tulisan-tulisan ilmiah (semoga disertasi selesai, bisa publikasi jurnal/ artikel, aktif berbagi ilmu dan pengalaman sesuai bidang keilmuan. Aamiin :D)

Kenang-kenangan, pernah ikut lomba di tanah rantau dan Alhamdulilah terpilih menjadi juara 1

[Story] Nostalgia Masa Putih Abu-abu

$
0
0

Mau tahu kenapa saya dipanggil dengan nama “Chiku”? Di masa SMA lah semua itu bermula.


MaasyaAllah, gak kerasa masa-masa putih abu-abu sudah lewat dua dekade XD (saya SMA tahun 2001 – 2004). Keinget awal mula, pas mau daftar SMA di Jogja dulu, keluarga kami ditempa ujian: ibu divonis harus segera operasi karena ada tumor. Sementara di saat yang sama, saya harus daftar SMA dan kakak saya pun sedang dalam proses mendaftar kuliah di beberapa tempat di Yogya dan Solo.

Keriweuhan pun muncul. Saat itu bapak saya harus bolak balik Rumah Sakit – penginapan untuk mengurus kami dan ibu di saat yang bersamaan (kami dari luar Jogja soalnya). Hingga akhirnya, kami menginap di kamar rawat rumah sakit pasca ibu sudah operasi XD.

Karena keriweuhan tadi, saya hanya bisa mendaftar di satu sekolah saja (that is SMA 1 Yogyakarta), dan tidak sempat mendaftar ke SMA negeri lainnya. Ini agak beresiko, karena sistem pendaftaran sekolah zaman saya masih berbasis urutan NEM, bukan rayon atau tes masuk SMA. Terlebih, saya berasal dari luar provinsi Yogyakarta. Kuota penerimaan siswa luar provinsi jauh lebih sedikit dari total keseluruhan jumlah siswa (hanya 10% atau 24 orang dari total 240 orang yang diterima). Tapi maasyaAllah, alhamdulillah, saat pengumuman hasil, Allah memberikan kesempatan untuk saya bisa menimba ilmu hidup di SMA ini. Saya berada di urutan ke-21 dari kuota 24 orang (nyaris, tapi alhamdulillah tetap masuk).

Masa SMA hanya tiga tahun. Sepertinya singkat, tapi buat saya sangat sarat makna dan membekas dalam ingatan. Soalnya di masa ini adalah masa titik balik kehidupan saya dalam mencari identitas (alias anak remaja yang masih geje, sedang cari jati diri XD).

Alhamdulillah ala kulli haal. Ketika saya mengevaluasi pengalaman hidup di periode ini, saya lagi-lagi sangat bersyukur bisa masuk ke SMA N 1 Yogya. Di sekolah inilah, saya menemukan makna hidup. Alhamdulillah saya dipertemukan dengan orang-orang sholih sholihah yang membantu saya untuk menjadi lebih baik.

Kalau diingat-ingat lagi, sekolah di SMA 1 itu susah. Karena merupakan sekolah favorit, soal yang dibikin para guru juga susah en kompetisi antar siswa lumayan ketat XD. Jadi, jangan kaget kalau selama sekolah dapat nilai minus, dan rapot merah itu sudah biasa banget XD. Pengecualian untuk mereka yang memang jenius di bidang eksak en langganan menang olimpiade. Prestasi siswanya pun memang sangat banyak di bidang akademik en karya tulis ilmiah.

Sedangkan untuk saya, pas SMA lebih menikmati masa-masa dimana kegiatan ekskul beijbun adalah yang utama (saya ikut pramuka, Majelis Perwakilan Kelas, Tae Kwon Do, ANT English and Japanese), dan KBM di sekolah hanyalah tambahan saja (tutup muka XD). Juga pernah ikut kompetisi “anti-mainstream” di kalangan siswa SMA 1 kala itu: cerdas cermat bahasa Jepang di Salatiga dan kejuaraan Tae kwon do di Sleman.

Terkait romansa masa remaja (cieeee… Suami sudah tahu kq 🙈), saya juga banyak belajar di periode ini. Alhamdulillah, saya sangat ditantang untuk bisa mengelola hati dan menjaga perasaan. Walau sulit, tapi banyak yang menguatkan agar “indah pada waktunya”.

Overall, terima kasih untuk para bapak ibu guru, sahabat dan teman-teman yang juga menemani proses perubahan saya, yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Mulai dari kelas 1-5, 2-6, dan 3 IPA 5. Semoga Allah senantiasa membalas kebaikan kalian semua berkali lipat, dan Allah berikan kesempatan kita untuk menjalin silaturrahim yaaa. Dan mohon maafkan semua salah dan khilaf khususnya semasa SMA ya kawans….

*Dimanapun kalian berada, kukirimkan terima kasih, untuk warna dalam hidupku, dan banyak kenangan indah, kau melukis aku….. (kutipan lirik Monokrom, Tulus).

Dirgahayu Teladan! Selamat HUT ke-64 ^^

Teladan, Jayamahe!

[Tips] Mengurus Führungszeugnis alias SKCK di Jerman

$
0
0

Ketika hendak bekerja di Jerman, salah satu persyaratan administrasinya adalah menyertakan Führungszeugnis (Certificate of Good Conduct/ Criminal Records) atau kalau di Indonesia seperti Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK). Beberapa waktu lalu, Alhamdulillah suami saya diterima bekerja paruh waktu sebagai “pak pos” di Deutsche Post yang bertugas mengantar surat dan paket ke rumah-rumah. Jadi, di sini saya akan share pengalamannya, dimulai dengan mengurus Führungszeugnis di kota Bonn.

Führungszeugnis merupakan catatan kelakuan baik, ditunjukkan dengan ada catatan kriminal atau nggak. Surat ini diperlukan nggak hanya ketika mau bekerja saja, tetapi jika perlu mengurus berbagai surat perizinan resmi di Jerman, misalnya izin membuka usaha.

Untuk mengurus surat ini tergolong mudah. Di Kota Bonn, pengurusannya bisa dilakukan secara online atau langsung ke Stadhaus. Kalau mengurus online, sebenarnya mudah tapi agak ribet karena kami belum punya card reader untuk mengaktivasi fungsi identifikasi kartu ID. Jadinya, suami saya mengurus langsung ke Stadhaus.

Proses pengurusannya sebagai berikut:

  1. Membuat online appointment di website Stadhaus (pilih Termin untuk membuat Führungszeugnis, kemudian pilih sesuai tanggal dan jam yang tersedia).
  2. Yang mengurus Führungszeugnis harus datang langsung (tidak bisa diwakili) ke Stadhaus dan datang tepat waktu sesuai Termin.
  3. Membawa paspor asli dan Residence permit (Aufenthaltserlaubniskarte) asli yang masih berlaku.
  4. Membayar biaya pengurusan surat sebesar 13 Euro (bisa cash, kartu debit/ kredit, Apple Pay/ Google Pay). Pembayaran bisa gratis untuk penerima bantuan sosial (SGB) , Bonn Ausweis, atau untuk kegiatan relawan sosial/ non-profit (disertai bukti).
  5. Pengurusan surat berlangsung selama 2-6 minggu, tergantung masing-masing kota.
  6. Ketika sudah jadi, surat akan dikirim melalui pos ke alamat kita atau bisa juga dikirim ke pemberi kerja langsung namun perlu surat pengantar dari pemberi kerja saat proses pengajuan ke Stadhaus.

Cukup mudah kan :). Kurang lebih itu pengalamannya. Semoga bisa memberi gambaran bagi yang hendak mengurusnya yaaa

Untuk informasi lebih detail, bisa membaca website pemerintah kota masing-masing. Untuk kota Bonn, bisa dibaca di SINI.


[Share] Mengurus Führerschein – SIM Mobil di Jerman

$
0
0

Tidak terasa, kami sudah tinggal di Bonn selama empat tahun. Selama empat tahun ini pula, kami merasakan bahwa memiliki SIM (Führerschein) mobil di Jerman (Tipe B) memiliki banyak kemanfataan, bukan hanya untuk diri sendiri melainkan juga untuk orang lain. Beberapa kali, ada kawan yang memerlukan bantuan untuk menyetir mobil, namun karena tidak punya SIM Jerman, maka dengan terpaksa tidak bisa membantu.

Führerschein im deutschen Verkehr - Bußgeldkatalog 2022
Kira-kira begini tampilan SIM Jerman. Gambar dari SINI
Was bedeuten die Zahlen bzw. Codes im Führerschein?
Ini tampilan belakang SIMnya. Gambar dari SINI

Beda halnya dengan negara-negara lain (terutama di EU), Surat Izin Mengemudi (SIM) Internasional dari tanah air, tidak bisa dipakai di Jerman walau masa berlakunya masih lama. SIM internasional Indonesia hanya diakui 6 bulan pertama sejak kedatangan di Jerman. Sehingga, mau tidak mau, jika hendak berkendara di Jerman wajib punya SIM Jerman agar tidak kena denda atau bermasalah. Terlebih, ada beberapa peraturan berkendara yang berbeda dengan yang ada di tanah air dan juga sistem menyetir yang beda (di Jerman menggunakan setir kiri, kalau di Indonesia setir kanan).

Dari pengalaman teman dan suami saya yang ikut kursus SIM mobil Jerman, prosesnya tergolong sangat susah, lama (mulai dari pengurusan administrasi sampai ujian) dan juga mahal. Jadi harus siapkan mental, waktu, tenaga dan biaya kalau mau mengajukan SIM di sini. Tapi kalau dipikir-pikir, ini wajar dilakukan karena masa berlaku SIM B mobil Jerman sangat panjang (15 tahun) dan pengemudi sangat ditekankan untuk memahami aturan mengemudi, standar keamanan dan keselamatan seluruh pengguna jalan.

Nah, untuk gambaran prosesnya, berikut ini tahapan yang dilakukan:

1) Datang ke Fahrschule (Sekolah Mengemudi)
Untuk mendapatkan SIM di Jerman, seseorang harus kembali menjadi “siswa sekolah”, karena salah satu langkah yang harus dilakukan untuk mendapat SIM adalah mendaftar di sekolah mengemudi (Fahrschule). Ini adalah syarat mutlak karena bukti pendaftaran di satu Fahrschule menjadi salah satu dokumen wajib yang harus ditunjukkan pada pihak pemerintah kota. Seringkali, waiting list di Fahrschule cukup panjang, terlebih jika mencari pengajar yang bisa berbahasa Inggris. Jadi, coba tanya ke teman-teman yang punya pengalaman, Fahrschule mana saja yang memungkinkan. Setelah itu, datang ke Fahrschule, kemudian tanya syarat apa saja yang harus disiapkan untuk mendaftar sebagai siswa sekolah mengemudi.

2) Terjemahan SIM dan Penyetaraan Klasifikasi SIM

Dokumen ini perlu disiapkan, terutama jika kita sudah ada SIM mobil dari tanah air. Prosesnya, kita tinggal datang ke ADAC untuk menerjemahkan dan penyetaraan klasifikasi SIM. Biayanya untuk urus di ADAC sekitar 70 euro dan proses suratnya sekitar 2-3 minggu. Alternatif lainnya, penerjemahan SIM bisa dilakukan di terjemahan privat dengan biaya sekitar 45 euro (waktu lebih cepat sekitar 2-3 hari tergantung penerjemah), dan penyetaraan klasifisikasi SIM di ADAC dengan biaya 25 euro (1 minggu).

3) First Aid Kit Course/ Erstehilfe Kurs
Tahap selanjutnya adalah mengikuti kursus P3K dan tes mata. Info mengenai kapan, dimana, dan syarat kursus P3K + tes matanya, akan diberitahu oleh pihak Fahrschule. Biayanya sekitar 40 euro (tahun 2020) dan lama kursusnya seharian penuh (pagi-sore). Kebanyakan kursus P3K ini pakai bahasa Jerman. Jadi harus tanya kira-kira dimana atau ada nggaknya yang bahasa inggris.

Jika sudah ada surat dari Erstehilfe, hasil tes mata dan terjemahan + klasifikasi SIM, selanjutnya adalah ke Fahrschule untuk mendapatkan surat keterangan kalau kita sudah anmelden (registrasi) kursus, dan membayar sekitar 300 euro untuk biaya pendaftaran dan kursus dasar (di Fahrschule suami saya, biaya ini sudah include 6 kali kelas teori + konsultasi di kelas dan info aplikasi untuk mempelajari semua teori menyetir).

4) Mendaftar ke Straßenverkehrsamt di City Hall/ Stadhaus
Proses selanjutnya adalah mendaftar ke Straßenverkehrsamt (semacam DLLAJ) di Stadhaus untuk pengurusan administrasi SIM. Berbeda dengan di Indonesia yang pengurusan SIM dilakukan di Kantor Polisi, di Jerman administrasi SIM dilakukan langsung di City Hall. Nah, ketika ke City Hall, kita perlu mendaftarkan diri dan membawa dokumen yang diminta. Juga perlu menyampaikan, apakah kita sudah punya SIM dari tanah air atau belum. Jika sudah, kita bisa Umzetsen SIM dari Indonesia. Kalau belum, bisa disampaikan kalau kita mau urus SIM dari awal (belum bisa menyetir sama sekali).

Umzetsen SIM digunakan untuk mengurangi jumlah jam belajar teori dan praktek karena dianggap sudah bisa menyetir. Misalnya, jika seharusnya perlu 20 jam praktek, dengan Umzetsen ini cukup 10 jam saja (tapi lihat hasil evaluasi dari guru menyetir). Kalau sudah sering menyetir di Jerman pakai SIM internasional, kita bisa ambil kursus praktik 4 jam saja (tapi juga tergantung hasil evaluasi dari guru menyetir). Biaya pengurusan di Stadhaus ini sekitar: 43,4 euro (tahun 2020).

Syarat yang dibutuhkan saat registrasi ke Stadhaus, antara lain:
1) Bukti Registrasi dari Fahrschule
2) Hasil tes penglihatan dan erstehilfe (asli)
3) Terjemahan SIM Bahasa Jerman
4) Pas foto Biometrik 1
5) SIM Asli dari Tanah Air (akan diambil aslinya, tidak dikembalikan)
6) Surat Klasifikasi SIM dari ADAC (asli)
7) Menunjukkan Paspor Asli dan Izin Tinggal (Residence Permit) yang masih berlaku

5) Persiapan Ujian Teori SIM

Selama proses menunggu surat dari Stadhaus, ada aplikasi (apps) khusus untuk belajar teori untuk materi ujian tulis. Ada berbagai macam bahasa, termasuk bahasa Inggris. Begitu sudah dapat surat dari Stadhaus, dan kita dirasa sudah siap dengan ujian teori (dari latihan mengerjakan ribuan soal), kita bisa mendaftar ujian tulis di TUV dan membayar biayanya sebesar 111,36 Euro (tahun 2021) paling lambat 2 minggu sebelum tanggal ujian. Kita bisa telpon ke TUV di kota kita untuk jadwal ujian, kapan, dan dimana lokasi ujiannya.

6) Ujian Teori Tertulis

Ujian tulis SIM ini cukup mudah sebenarnya, tapi yang sulit adalah kita harus benar-benar paham teori menyetir, dan dari beberapa hasil simulasi ujian (ada di aplikasi) hanya sedikit melakukan kesalahan. Dari sekian ribu contoh soal yang dipelajari, di ujian yang sebenarnya hanya ada 30 soal saja.

Nah, tiap pertanyaan punya bobot poin tertentu (tiap soal 3-4 poin) dan kita hanya boleh melakukan kesalahan maksimal 10 poin (sekitar 3 soal). Ini yang bikin deg-degan. Jadi, sebelum benar-benar siap dengan ujian teori, harus pastikan sudah sedikit salah dalam simulasi ujian tertulisnya. Karena kalau kesalahan lebih dari 10 poin, berarti tidak lulus ujian dan harus mengulang (bayar lagi). Ujian teori ini wajib lulus, jadi bisa mengulang berkali-kali sampai lulus (perlu diingat, jarak waktu antara ujian dengan pembayaran, minimal 14 hari sebelumnya).

Ujian dilakukan di kantor TUV kota, dan waktunya cukup singkat. Hasil ujian akan segera dikabari, dan jika lulus, bisa langsung persiapan kelas praktik menyetir.

7) Praktik Kelas Menyetir

Kalau kita sudah lulus ujian teori, kita kembali ke Fahrschule untuk ikut kelas praktik menyetir. Kalau dari nol (belum bisa menyetir), paling tidak perlu minimal 20x pertemuan (tergantung kemampuan dan evaluasi pengajar). Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, kalau sudah ada SIM mobil dari Indonesia tapi belum pernah menyetir di Jerman, perlu paling tidak 10x pertemuan. Kalau sudah pernah menyetir di sini dan paham aturan (nyetir pakai SIM Internasional), bisa hanya perlu 4x pertemuan. Setiap kali kelas praktik menyetir 1 jam pelajaran (sekitar 45 menit), biayanya 50 euro (ada yang 45-65 euro, tergantung nego dan Fahrschule). Pembayaran dilakukan per pertemuan praktik menyetir ke pengajar.

8) Ujian Praktik Menyetir

Jika pengajar sudah menganggap kita siap ujian praktik dan minim kesalahan, maka kita bisa langsung mendaftar untuk ujian praktik. Jadwal ujian disesuaikan dengan pihak Fahrschule dan penguji dari pihak TUV. Biaya ujian praktek terbagi menjadi 2: membayar ke Fahrschule dan TUV. Besarannya, 150 Euro ke Fahrschule dan TUV sebesar 116,93 Euro (tahun 2021). Untuk bisa lulus ujian praktik ini, harus tidak boleh ada kesalahan sama sekali, terutama yang fatal. Kalau kecil, mungkin masih dimaklumi (selama tidak banyak).

Nah, kalau dinyatakan lulus dari seluruh proses ujian, SIM akan langsung diberikan oleh penguji dan bisa langsung aktif. Saya baru paham kalau SIM itu sudah dicetak dan disiapkan oleh Stadhaus sejak kita mendaftar, namun baru diserahkan dan aktif ketika lulus ujian praktik. Jadi, semakin cepat proses kursus dan ujian dari awal sampai akhir, semakin cepat kita mendapat SIMnya.

Proses pengurusan SIM yang dilakukan suami saya kurang lebih hampir setahun (proses pengurusan syarat dan mendaftar Fahrschule pada September 2020, tapi baru lulus ujian praktek pada awal Oktober 2021). Alhamdulillah suami bisa lulus ujian teori dalam sekali percobaan, tapi untuk ujian praktik harus mengulang (jadi 2 kali ujian).

Untuk kelas praktik menyetirnya harus ikut 26 kali (lumayan banyak, terutama untuk persiapan H-1 ujian praktik selama 2x). Dan terkendala beberapa kali harus off kursus karena harus pulang ke tanah air, kondisi korona (aturan yang ketat), dan libur lainnya, sehingga sehabis off kursus, harus ulang dari awal lagi sebentar. Selain itu, walaupun sudah punya SIM mobil di Indonesia, tapi belum pernah menyetir dengan setir kiri di Jerman, dan tidak terbiasa dengan peraturan menyetir yang ada di sini. Jadi, memang perlu waktu dan beberapa kali kursus sampai tidak ada kesalahan fatal lagi (minimum kesalahan kecil).

Jadi bisa dikira-kira, biaya yang harus disiapkan untuk membuat SIM mobil Jerman sejak awal hingga akhir berkisar antara 1.500 – 2.500 Euro atau sekitar 25 – 40 juta rupiah (tergantung jumlah kelas praktik menyetir), dan waktunya paling tidak sekitar 6 bulan (paling cepat) – 1 tahun.

Jangan dibandingkan dengan Indonesia dalam hal biaya dan prosesnya. Menurut saya memang standar keselamatan pengemudi dan pengguna jalan di Jerman sangat ditekankan, sehingga proses pembelajaran teori dan praktik cukup ketat. Dan lagi, masa berlaku SIM ini 15 tahun, dan bisa digunakan secara internasional.

Kurang lebih itu pengalaman suami saya dalam mengurus SIM di Jerman. Semoga bisa memberikan gambaran dan selamat berjuang bagi yang hendak mengurusnya :). Feel free to contact or leave a comment for further questions.

[Tips] Mendaftar STW/ Family Dormitory di Bonn

$
0
0

Salah satu perjuangan menjadi mahasiswa yang tinggal di tanah rantau bersama keluarga adalah mencari apartemen yang proper untuk keluarga namun dengan harga miring. Sudah menjadi pengetahuan umum kalau mencari family apartement itu susah, apalagi jika ditambah dengan keinginan mendapatkan yang lebih besar, lebih nyaman/ layak, lokasi strategis/ dekat pusat kota dan lebih murah ^^”. Banyak maunya. Namun itu tidak sepenuhnya mustahil, terutama bagi mahasiswa berkeluarga di Bonn.

Salah satu opsi itu adalah mendaftar family dormitory yang dikelola oleh Studierendenwerk (STW) Bonn. Proses pendaftarannya berbeda dengan proses mendaftar dormitory untuk single yang bisa secara langsung via online. Akan tetapi, untuk bisa mendaftar ke family apartement ini, ada banyak syarat dan perjalanan yang agak panjang.

Berikut dalam postingan ini, saya akan berbagi proses saya mendaftar hingga akhirnya alhamdulillah mendapatkan family dormitory kampus.

Syarat utama mendaftar family dormitory milik kampus adalah sebagai berikut:

  1. Salah satu atau keduanya (suami dan atau istri) merupakan mahasiswa di Bonn University atau Hochschule Bonn Rhein Sieg (HBRS).
  2. Anggota keluarga yang akan tinggal bersama (termasuk anak), semuanya sudah berada di Jerman dan sudah memiliki resident permit yang masih berlaku. Jadi, kalau anggota keluarga masih di tanah air, sayangnya kita tidak bisa mendaftar family dormitory ini karena terkait administrasi :(.
  3. Mahasiswa dari manapun, baik orang Jerman maupun orang asing (yang penting terdaftar di Uni Bonn atau HBRS), bisa mendaftar asrama keluarga ini.
  4. Mengisi formulir pendaftaran dari STW Bonn (bisa minta by email atau ambil langsung di kantornya)
  5. Memiliki Surat Wohnberechtigungsschein/ WBS (proses mendaftar WBS bisa dibaca di SINI)
  6. Jika syarat sudah lengkap, bisa langsung kirimkan/ serahkan seluruh dokumen persyaratan ke STW Bonn.
  7. Setelah apply, kita harus banyak bersabar ya, karena long waiting list XD. Kami harus menunggu sekitar 9 bulan sampai akhirnya dapat giliran. Itupun setelah bolak balik bertanya dan nyamperin kantor STWnya (sampai dimarahin XD).

Memang, unit family dormitory jumlahnya tidak terlalu banyak, dan lokasinya tersebar di berbagai penjuru Bonn. Jadi, mengantri adalah hal biasa. Apalagi, biasanya tiap keluarga (mahasiswa doktoral) bisa dapat kontrak sewa 4 tahun. Plus kalau mau perpanjang, bisa menjadi mentor di asrama (bonus bisa perpanjang per 1 semester). Jadilah masa antrian semakin lama jika penghuni sebelumnya tidak ada yang pindah dari family dormitory-nya XD.

Alhamdulillah, setelah usaha menanti dan terus bertanya ke STW (kurang lebih 9 bulan masa menunggu), kami akhirnya mendapat tawaran family dormitory di komplek Jagdweg Poppelsdorf, yang merupakan komplek family dormitory terbesar dan terbanyak jumlah unitnya di Bonn. Komplek ini memang khusus untuk keluarga, dengan tipe unit mulai dari 2 kamar sampai 4 kamar. Alhamdulillah, komplek ini tergolong dekat dari pusat kota Bonn (cukup jalan kaki sedikit dan naik bus 7 menit ke Bonn Hbf).

Kelebihan tinggal di STW family adalah harga sewanya yang relatif lebih murah dibandingkan wohnung pada umumnya. Apalagi, lokasi wohnungnya rata-rata cukup strategis di dekat kampus dan pusat kota. Karena family dormitory ini menggunakan WBS, maka wajar jika harganya lebih murah karena mendapat subsidi dari pemerintah. Sebagai gambaran, harga sewa apartemen 3 kamar luas 70an m2 di Poppelsdorf, pada umumnya bisa mencapai 1000-an Euro (warm, include listrik, air, pemanas ruangan). Tapi karena disubsidi, asrama keluarga dengan kriteria tadi hanya sekitar 680 Euro (belum termasuk listrik karena langganan terpisah, biayanya sesuai provider listrik dan jumlah orang).

Berhubung tinggal di komplek asrama, maka kehidupannya lebih guyub dan ada beberapa hal yang diurus bersama. Misalnya ada Spielplatz (playground anak bersama), kebun bersama, pojok zu verschenken/ hibah, dan bermacam kegiatan bersama (sebelum pandemi ada banyak: grillen, Summer festival, etc). Tetangga asrama pun bervariasi latar belakangnya. Ada yang orang Jerman asli, ada juga dari negara-negara lain (mainly Timur Tengah, Asia, dan Eropa lainnya). Kami pun juga memiliki grup WA bersama, sehingga bisa saling bertukar informasi. Oleh karenanya, kehidupan bertetangga tetap kerasa.

Jaa, kurang lebih itu pengalaman saya mendaftar dan tinggal di family apartment STW Bonn. Feel free to contact jika ada yang mau ditanyakan yaaa 🙂

[Tips] Mendaftar Daycare/ Kindergarten di Bonn

$
0
0

Bagi yang studi atau bekerja dengan membawa keluarga selama merantau, tentunya salah satu pertimbangan penting adalah terkait kindergarten, daycare atau playgroup untuk anak, terutama yang masih kecil. Bagi yang memiliki keluangan waktu lebih (pasangannya; suami/ istri), sebenarnya bisa jadi keberadaan daycare/ playgroup tidak terlalu mendesak. Namun, dalam beberapa sikon, seringkali orang tua agak kelabakan membagi waktu dengan kesibukan yang ada (baik itu studi ataupun pekerjaan). Apalagi untuk PhD Mom, tentu adanya playgroup sangat terbantu XD. Juga untuk perkembangan anak; anak jadi bisa bersosialisasi dengan teman seumurnya, dan juga belajar berbagai keterampilan (termasuk bahasa Jerman :D).

Nah, buat yang berencana membawa anak yang masih kecil (sebelum SD) selama di Bonn, berikut ini saya share bagaimana proses mendaftar Kindertageseinrichtung (KITA) atau Day Care Center, atau Kindergarten alias Playgroup/ taman bermain di Bonn.

Mendaftar Online di KITA-NET Bonn

Untuk pendaftaran KITA di Bonn, dilakukan secara online. Ketika anak sudah fix akan datang ke Bonn, langsung saja daftar di website KITA-NET Bonn. Kita bisa mencari daftar KITA mana saja yang ada di dekat tempat tinggal kita (Fitur Search Facility).

Nanti ada pilihan lokasi (berdasarkan kode pos tempat tinggal dan daerah), dan juga bisa memilih penyedia fasilitas KITA dari mana (Pemerintah Kota, Berbagai Yayasan/ Asosiasi, Gereja, STW Kampus, dll). Kemudian, kita bisa memilih berdasarkan durasi penitipannya (mulai dari 7 – 9 jam per hari), dan juga syarat umur minimal dan maksimal dari anak. Tidak semua KITA bisa menerima anak yang masih terlalu kecil (baby).

Sesudah membuat akun, masukkan data anak, dan pilih mana saja KITA yang hendak didaftar. Saran saya, daftar ke banyak tempat, jangan hanya satu-dua saja. Pengalaman dari kami, daftar tunggu (waiting list) KITA itu sangat panjang, dan perlu waktu yang cukup lama untuk mendapatkan tempat.

Biasanya, pendaftaran dibuka sejak bulan Agustus sampai maksimal bulan Januari untuk mulai daycare di bulan Agustus/ September tahun berikutnya. Pengumuman penerimaan sekitar bulan Februari, dan mulai bermain (instead of sekolah XD), bulan Agustus atau September. Jadi, sebaiknya sesegera mungkin mendaftar ya. Tapi ada kalanya, masih ada KITA yang menerima late registration, walau kemungkinannya kecil sekali (harus didatangi KITAnya satu per satu dan ngobrol dengan kepala sekolah/ gurunya).

Info lebih lanjut terkait KITA di Bonn bisa cek di flyer INI atau buka website INI yaa (in English kq) atau kontak langsung ke Familien Buro/ Family Service Center of the local Office for Children, Youth, and Family di nomor telepon: 0228 774070 or send an email to familienbuero@bonn.de

Pendaftaran Langsung ke KITA

Nah, pengalaman kami di KITA Rheinaue yang dikelola oleh STW Bonn, selain mendaftar online di KITA NET, kami juga mendaftar secara pribadi dan datang langsung di KITA untuk menyerahkan formulir aplikasi pendaftaran hardcopy ke sekolah. Mengapa demikian? Karena pengelolaan website KITA-NET dilakukan oleh Pemerintah Kota Bonn, sementara banyak KITA yang perlu data cepat (maka dari itu perlu hardcopy aplikasi). Ternyata, setelah saya baca infonya, memang sudah seharusnya orang tua berkunjung langsung ke KITA/ kindergartennya untuk mendaftarkan secara langsung.

Seleksi KITA atau kindergarten biasanya berdasarkan beberapa kriteria: umur anak, lokasi tempat tinggal, status orang tua (keduanya bekerja/ studi atau salah satunya kerja atau tidak), ada anak lain/ saudara yang sudah sekolah di KITA tersebut atau belum, dll.

Biaya Sekolah KITA dan Uang Makan

Jangan khawatir, Jerman termasuk negara yang sangat adil terkait biaya daycare (atau apapun yang terkait social welfare gini. Hehehe…). Sistem besaran biayanya ditentukan oleh Pemerintah Kota masing-masing (Elternbeitraege) disesuaikan dengan umur anak (di bawah 3 tahun dan di atas 3 tahun), durasi jam daycare, dan gaji/ total pendapatan orang tua. Semakin kecil anak (di bawah 3 tahun), semakin tinggi biayanya. Soalnya kan kalau bayi perlu perhatian ekstra, tidak bisa disambi banyak). Begitu juga semakin banyak jam daycare dan pendapatan ortu, semakin tinggi biayanya (tapi biaya bulanannya gak mahal banget koq). Lengkapnya bisa dilihat di SINI.

Ini gambaran biayanya. Kami masuk di Stufe 3 (padahal mepet banget cuma beberapa euro di atas Stufe 2 XD)

Adapun untuk biaya makan siang, tergantung masing-masing sekolah KITA/ Kindergartennya. Ini tergantung dari berapa kali makan: full sarapan + snack pagi + makan siang + snack sore, atau cuma makan siang aja. Di KITA anak kami, karena menerapkan daycare 9 jam per hari (full day), jadi makanan yang disiapkan pun juga full course. Jadi, wajar kalau bayar uang makannya lumayan XD.

Tapi jangan khawatir, kalau memang ada keterbatasan kemampuan finansial, orang tua bisa mengajukan Bonn Ausweis yang bisa “membebaskan uang makan” atau mendaftar Kinderzuschlag (saya belum pernah mendaftar sih, jadi belum bisa share XD) untuk mendapat uang tunjangan tambahan di luar Kindergeld.

Kontrak Sekolah

Nah, ketika anak kita dinyatakan diterima di KITA, maka kita akan dikirimkan satu set dokumen kontrak yang bermacam-macam rupanya (isinya tentang data anak, consent form untuk boleh diperiksa kesehatannya, boleh difoto atau nggak, dll). Oya, termasuk juga terkait makanan, bisa disampaikan apa batasannya (alergi atau alasan agama). Karena gak semua KITA menyediakan makanan halal, jadi pilihan kami adalah makanan vegetarian dan fish only.

Bahasa Pengantar

Untuk bahasa pengantar selama di KITA, tentunya bahasa Jerman. Anak dibiasakan berbahasa Jerman setiap hari. Namun, untuk komunikasi antara orang tua dengan guru/ pihak sekolah, tergantung sekolah masing-masing. Kalau di KITA anak saya, selalu ada bahasa Jerman dan terjemahan Bahasa Inggris untuk setiap komunikasi tertulisnya. Beberapa guru juga bisa bahasa Inggris. Jadi gak perlu terlalu khawatir :), walau tentunya lebih baik orang tua bisa berbahasa Jerman untuk mempermudahnya.

Daycare khusus untuk Anaknya Mahasiswa

Bagi mahasiswa Universitas Bonn atau Hochschule Bonn Rhein Sieg (HBRS) di segala jenjang, ada prioritas untuk mendapatkan slot kuota tempat di KITA yang dikelola STW. Saya pun Alhamdulillah mendapatkan slot KITA di salah satunya (KITA Rheinaue). Walau agak lama menunggu, Alhamdulillah anak saya yang pertama bisa sekolah di sini saat umurnya 2,5 tahun. Nah, untuk tahu bagaimana mekanisme pendaftaran dan informasi lebih lanjut untuk KITA khusus anaknya mahasiswa bisa dicek di website Uni Bonn atau email langsung ke bagian Family Office: Familienbuero@uni-bonn.de

Tagesmutter/ Tagesvater

Nah, apabila urgent butuh banget daycare tapi belum dapat slot daycare, bisa juga menggunakan jasa Tagesmutter atau Tagesvater (Ibu/ Ayah Harian kalo harafiahnya XD). Mereka adalah individu/ personal yang tersertifikasi dan terdaftar untuk menjadi penjaga anak-anak. Bayarannya lumayan XD, hitungannya per jam. Harus cek di masing-masing Tagesmutter/ Vaternya. Kami sendiri belum pernah menggunakan jasa mereka.

Pun kalau misalnya ada urusan mendesak (misal pas saya dirawat/ melahirkan di RS dan suami harus urus saya), kami meminta bantuan teman dekat yang berkenan menjagakan dan mengajak main anak beberapa waktu. Ada juga beberapa mahasiswa Indonesia yang part-time jaga anak-anak warga Indonesia (tarif bervariasi, tergantung jam).

Playdate

Sebelum anak saya yang pertama dapat slot di KITA, saya pernah mengikuti group playdate untuk para expats yang ada di Bonn. Jadi sistemnya, tiap pekannya kami mengadakan pertemuan 3-4 jam tiap hari senin, di tempat yang berbeda. Biasanya berkeliling di rumah anggota yang menjadi host di hari tersebut. Senangnya jadi bisa punya tambahan kenalan dan pengalaman membesarkan anak dari warga expats yang ada di Bonn. Terutama, cemilan anak dan juga mainan anak :D. Saat anak bermain, para emaknya bisa saling ngobrol 😀

So far, itu dulu informasi seputar daycare/ kindergarten di Bonn. Feel free to contact kalau ada yang hendak ditanyakan yaaa. Semoga bermanfaat dan memberikan gambaran seputar hal ini.

[Share] Kartini Masa Kini: Semangat Perjuangkan Pilihan dan Ikut Ambil Peran

$
0
0

Alhamdulillah. Sudah lama tidak menyapa dan mengisi rumah maya ini. So, untuk meramaikan kembali, perkenankan saya posting tulisan yang saya ikut-sertakan dalam lomba esai peringatan hari Kartini tahun 2021 yang diselenggarakan oleh KJRI Frankfurt, Jerman pada April lalu.

Mulanya, saya tahu informasi lomba ini dari grup pengajian ibu-ibu di kota saya tinggal saat ini. Kemudian, tercetuslah keinginan untuk mengikutinya. Hitung-hitung lumayan, bisa jadi “pelarian produktif” dari rutinitas menulis disertasi (*yang belum kunjung rampung XD). Selain itu, saya kangen dengan jiwa kompetitif saya saat masih merantau di Taiwan dulu: sering kirim/ ikut lomba menulis, lomba foto dan juga kirim artikel muslim-traveler di sebuah majalah muslimah :D.

Ini poster lombanya: yang paling memungkinkan saya ikuti, ya Lomba Esai doang XD

Berhubung tema Kartini itu lumayan sering dibahas, maka menulis satu halaman esai cukup susah-susah gampang (lebih banyak susahnya). Maka, saya mencoba untuk melakukan riset kecil-kecilan dulu sebelum mulai menulis supaya ada sedikit perbedaan (walau bukan hal yang baru) dalam esai tersebut. Setelah lima hari membaca berbagai tulisan seputar Kartini, akhirnya jadilah tulisan esai saya. Berikut ini tulisannya (*sekaligus sebagai dokumentasi pengalaman :D).

Kartini Masa Kini:
Semangat Perjuangkan Pilihan dan Ikut Ambil Peran

Oleh: Retno Widyastuti

Semangat yang diusung Kartini pada zamannya adalah melawan ketidakadilan dan memperjuangkan kesetaraan pendidikan bagi perempuan. Atas jasanya tersebut, Kartini dikenal sebagai tokoh emansipasi Indonesia dan menjadi pelopor kebangkitan perempuan di tanah air. Kemudian, bagaimana cara kita bisa meneruskan semangat perjuangannya di masa kini? Bagaimana masing-masing dari kita bisa membawa “cahaya di tengah kegelapan”? Bagaimana masing-masing dari kita bisa “menjadi Kartini”, paling tidak bagi dirinya sendiri?

Tentunya, tiap perempuan memiliki penafsiran dan jawaban masing-masing tentang hal ini. Beda zaman, pastinya berbeda tantangan. Namun, ada benang merah yang bisa dihubungkan dari permasalahan yang dihadapi oleh para perempuan di masa lalu dengan masa kini. Jika di era Kartini emansipasi wanita yang diperjuangkan berupa kebebasan dan kemandirian dalam mengenyam pendidikan di bangku sekolah dan pernikahan, saat ini perjuangan perempuan tetap ada namun tentunya lebih kompleks lagi.

Melihat fenomena dan permasalahan yang dihadapi di masanya, Kartini memperjuangkan dan mengimplementasikan hasil pemikirannya melalui tulisan-tulisannya dan mengajar. Ia menyuarakan dengan menulis. Lalu, bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah mengetahui apa yang hendak kita perjuangkan? Melalui apa?

Bagi saya, semangat Kartini yang bisa kita bawa di masa kini adalah semangat memperjuangkan pilihan dan ikut mengambil peran. Perempuan bisa memiliki banyak peran dan kontribusi, tidak tunggal. Perempuan bukan hanya berperan di ruang privat (domestik), tetapi juga bisa di ruang publik (di masyarakat). Maka, sudah sewajarnya jika perempuan diberikan kebebasan namun tetap bertanggung-jawab dalam memilih apa yang hendak diperjuangkannya. Ia bisa bebas memilih, tetap berkarya di rumah, menjadi ibu terbaik bagi anaknya, dan atau berkontribusi di tengah masyarakat. Apapun peran, posisi atau profesi yang dipilih seorang perempuan, sebaiknya tidak dikerdilkan. Besar kecilnya suatu kontribusi sangatlah bersifat relatif. Sesuatu yang kita anggap kecil, bisa jadi berarti besar bagi orang lain.

Pilihan yang saya ambil adalah untuk mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya. Saya menyadari bahwa melalui pendidikan, saya bisa mendapatkan banyak manfaat tidak hanya untuk diri sendiri, namun juga untuk keluarga dan juga masyarakat. Pilihan ini tentu membawa konsekuensi, namun adanya kebebasan dalam memilih dan memperjuangkannya, menjadikan saya lebih bersemangat. Terlebih, saya mendapatkan dukungan penuh dari orang-orang terdekat.

Oleh karenanya, untuk dapat memberikan peran dan kontribusi yang optimal, maka diperlukan penggalian potensi diri. Hal terbaik apa yang bisa kita lakukan dan berdampak luas, baik untuk diri sendiri, keluarga, lingkungan maupun masyarakat. Dengan begitu, kita bisa tetap meneruskan semangat perjuangan yang diusung oleh Kartini di masa kini. Menjadi lebih baik dan bermanfaat, paling tidak untuk diri sendiri dan keluarga.

***

Begitulah tulisan esai lomba yang saya kirimkan. Kemudian, beberapa waktu kemudian, saya mendapat informasi bahwa esai saya terpilih menjadi salah satu dari lima orang finalis lomba ini. Dan pengumuman dilaksanakan pada saat hari H peringatan Hari Kartini, 21 April 2021.

Alhamdulillah, maasyaAllah, esai saya terpilih menjadi juara 1 (TT___TT). Terharu sekaligus kaget, dan tentunya sangat senang karena mendapat hadiah voucher belanja yang nilainya lumayan buat emak-emak beli perlengkapan rumah tangga XD, dan juga dapat piagam serta tas etnik dari Bali.

Terlepas dari hadiah yang diberikan, semoga ke depannya saya bisa terus produktif menulis. Entah itu sekedar berbagi pengalaman dan tips, atau tulisan-tulisan ilmiah (semoga disertasi selesai, bisa publikasi jurnal/ artikel, aktif berbagi ilmu dan pengalaman sesuai bidang keilmuan. Aamiin :D)

Kenang-kenangan, pernah ikut lomba di tanah rantau dan Alhamdulilah terpilih menjadi juara 1

[Story] Nostalgia Masa Putih Abu-abu

$
0
0

Mau tahu kenapa saya dipanggil dengan nama “Chiku”? Di masa SMA lah semua itu bermula.


MaasyaAllah, gak kerasa masa-masa putih abu-abu sudah lewat dua dekade XD (saya SMA tahun 2001 – 2004). Keinget awal mula, pas mau daftar SMA di Jogja dulu, keluarga kami ditempa ujian: ibu divonis harus segera operasi karena ada tumor. Sementara di saat yang sama, saya harus daftar SMA dan kakak saya pun sedang dalam proses mendaftar kuliah di beberapa tempat di Yogya dan Solo.

Keriweuhan pun muncul. Saat itu bapak saya harus bolak balik Rumah Sakit – penginapan untuk mengurus kami dan ibu di saat yang bersamaan (kami dari luar Jogja soalnya). Hingga akhirnya, kami menginap di kamar rawat rumah sakit pasca ibu sudah operasi XD.

Karena keriweuhan tadi, saya hanya bisa mendaftar di satu sekolah saja (that is SMA 1 Yogyakarta), dan tidak sempat mendaftar ke SMA negeri lainnya. Ini agak beresiko, karena sistem pendaftaran sekolah zaman saya masih berbasis urutan NEM, bukan rayon atau tes masuk SMA. Terlebih, saya berasal dari luar provinsi Yogyakarta. Kuota penerimaan siswa luar provinsi jauh lebih sedikit dari total keseluruhan jumlah siswa (hanya 10% atau 24 orang dari total 240 orang yang diterima). Tapi maasyaAllah, alhamdulillah, saat pengumuman hasil, Allah memberikan kesempatan untuk saya bisa menimba ilmu hidup di SMA ini. Saya berada di urutan ke-21 dari kuota 24 orang (nyaris, tapi alhamdulillah tetap masuk).

Masa SMA hanya tiga tahun. Sepertinya singkat, tapi buat saya sangat sarat makna dan membekas dalam ingatan. Soalnya di masa ini adalah masa titik balik kehidupan saya dalam mencari identitas (alias anak remaja yang masih geje, sedang cari jati diri XD).

Alhamdulillah ala kulli haal. Ketika saya mengevaluasi pengalaman hidup di periode ini, saya lagi-lagi sangat bersyukur bisa masuk ke SMA N 1 Yogya. Di sekolah inilah, saya menemukan makna hidup. Alhamdulillah saya dipertemukan dengan orang-orang sholih sholihah yang membantu saya untuk menjadi lebih baik.

Kalau diingat-ingat lagi, sekolah di SMA 1 itu susah. Karena merupakan sekolah favorit, soal yang dibikin para guru juga susah en kompetisi antar siswa lumayan ketat XD. Jadi, jangan kaget kalau selama sekolah dapat nilai minus, dan rapot merah itu sudah biasa banget XD. Pengecualian untuk mereka yang memang jenius di bidang eksak en langganan menang olimpiade. Prestasi siswanya pun memang sangat banyak di bidang akademik en karya tulis ilmiah.

Sedangkan untuk saya, pas SMA lebih menikmati masa-masa dimana kegiatan ekskul beijbun adalah yang utama (saya ikut pramuka, Majelis Perwakilan Kelas, Tae Kwon Do, ANT English and Japanese), dan KBM di sekolah hanyalah tambahan saja (tutup muka XD). Juga pernah ikut kompetisi “anti-mainstream” di kalangan siswa SMA 1 kala itu: cerdas cermat bahasa Jepang di Salatiga dan kejuaraan Tae kwon do di Sleman.

Terkait romansa masa remaja (cieeee… Suami sudah tahu kq 🙈), saya juga banyak belajar di periode ini. Alhamdulillah, saya sangat ditantang untuk bisa mengelola hati dan menjaga perasaan. Walau sulit, tapi banyak yang menguatkan agar “indah pada waktunya”.

Overall, terima kasih untuk para bapak ibu guru, sahabat dan teman-teman yang juga menemani proses perubahan saya, yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Mulai dari kelas 1-5, 2-6, dan 3 IPA 5. Semoga Allah senantiasa membalas kebaikan kalian semua berkali lipat, dan Allah berikan kesempatan kita untuk menjalin silaturrahim yaaa. Dan mohon maafkan semua salah dan khilaf khususnya semasa SMA ya kawans….

*Dimanapun kalian berada, kukirimkan terima kasih, untuk warna dalam hidupku, dan banyak kenangan indah, kau melukis aku….. (kutipan lirik Monokrom, Tulus).

Dirgahayu Teladan! Selamat HUT ke-64 ^^

Teladan, Jayamahe!

[Tips] Mengurus Führungszeugnis alias SKCK di Jerman

$
0
0

Ketika hendak bekerja di Jerman, salah satu persyaratan administrasinya adalah menyertakan Führungszeugnis (Certificate of Good Conduct/ Criminal Records) atau kalau di Indonesia seperti Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK). Beberapa waktu lalu, Alhamdulillah suami saya diterima bekerja paruh waktu sebagai “pak pos” di Deutsche Post yang bertugas mengantar surat dan paket ke rumah-rumah. Jadi, di sini saya akan share pengalamannya, dimulai dengan mengurus Führungszeugnis di kota Bonn.

Führungszeugnis merupakan catatan kelakuan baik, ditunjukkan dengan ada catatan kriminal atau nggak. Surat ini diperlukan nggak hanya ketika mau bekerja saja, tetapi jika perlu mengurus berbagai surat perizinan resmi di Jerman, misalnya izin membuka usaha.

Untuk mengurus surat ini tergolong mudah. Di Kota Bonn, pengurusannya bisa dilakukan secara online atau langsung ke Stadhaus. Kalau mengurus online, sebenarnya mudah tapi agak ribet karena kami belum punya card reader untuk mengaktivasi fungsi identifikasi kartu ID. Jadinya, suami saya mengurus langsung ke Stadhaus.

Proses pengurusannya sebagai berikut:

  1. Membuat online appointment di website Stadhaus (pilih Termin untuk membuat Führungszeugnis, kemudian pilih sesuai tanggal dan jam yang tersedia).
  2. Yang mengurus Führungszeugnis harus datang langsung (tidak bisa diwakili) ke Stadhaus dan datang tepat waktu sesuai Termin.
  3. Membawa paspor asli dan Residence permit (Aufenthaltserlaubniskarte) asli yang masih berlaku.
  4. Membayar biaya pengurusan surat sebesar 13 Euro (bisa cash, kartu debit/ kredit, Apple Pay/ Google Pay). Pembayaran bisa gratis untuk penerima bantuan sosial (SGB) , Bonn Ausweis, atau untuk kegiatan relawan sosial/ non-profit (disertai bukti).
  5. Pengurusan surat berlangsung selama 2-6 minggu, tergantung masing-masing kota.
  6. Ketika sudah jadi, surat akan dikirim melalui pos ke alamat kita atau bisa juga dikirim ke pemberi kerja langsung namun perlu surat pengantar dari pemberi kerja saat proses pengajuan ke Stadhaus.

Cukup mudah kan :). Kurang lebih itu pengalamannya. Semoga bisa memberi gambaran bagi yang hendak mengurusnya yaaa

Untuk informasi lebih detail, bisa membaca website pemerintah kota masing-masing. Untuk kota Bonn, bisa dibaca di SINI.

[Share] Mengurus Führerschein – SIM Mobil di Jerman

$
0
0

Tidak terasa, kami sudah tinggal di Bonn selama empat tahun. Selama empat tahun ini pula, kami merasakan bahwa memiliki SIM (Führerschein) mobil di Jerman (Tipe B) memiliki banyak kemanfataan, bukan hanya untuk diri sendiri melainkan juga untuk orang lain. Beberapa kali, ada kawan yang memerlukan bantuan untuk menyetir mobil, namun karena tidak punya SIM Jerman, maka dengan terpaksa tidak bisa membantu.

Führerschein im deutschen Verkehr - Bußgeldkatalog 2022
Kira-kira begini tampilan SIM Jerman. Gambar dari SINI
Was bedeuten die Zahlen bzw. Codes im Führerschein?
Ini tampilan belakang SIMnya. Gambar dari SINI

Beda halnya dengan negara-negara lain (terutama di EU), Surat Izin Mengemudi (SIM) Internasional dari tanah air, tidak bisa dipakai di Jerman walau masa berlakunya masih lama. SIM internasional Indonesia hanya diakui 6 bulan pertama sejak kedatangan di Jerman. Sehingga, mau tidak mau, jika hendak berkendara di Jerman wajib punya SIM Jerman agar tidak kena denda atau bermasalah. Terlebih, ada beberapa peraturan berkendara yang berbeda dengan yang ada di tanah air dan juga sistem menyetir yang beda (di Jerman menggunakan setir kiri, kalau di Indonesia setir kanan).

Dari pengalaman teman dan suami saya yang ikut kursus SIM mobil Jerman, prosesnya tergolong sangat susah, lama (mulai dari pengurusan administrasi sampai ujian) dan juga mahal. Jadi harus siapkan mental, waktu, tenaga dan biaya kalau mau mengajukan SIM di sini. Tapi kalau dipikir-pikir, ini wajar dilakukan karena masa berlaku SIM B mobil Jerman sangat panjang (15 tahun) dan pengemudi sangat ditekankan untuk memahami aturan mengemudi, standar keamanan dan keselamatan seluruh pengguna jalan.

Nah, untuk gambaran prosesnya, berikut ini tahapan yang dilakukan:

1) Datang ke Fahrschule (Sekolah Mengemudi)
Untuk mendapatkan SIM di Jerman, seseorang harus kembali menjadi “siswa sekolah”, karena salah satu langkah yang harus dilakukan untuk mendapat SIM adalah mendaftar di sekolah mengemudi (Fahrschule). Ini adalah syarat mutlak karena bukti pendaftaran di satu Fahrschule menjadi salah satu dokumen wajib yang harus ditunjukkan pada pihak pemerintah kota. Seringkali, waiting list di Fahrschule cukup panjang, terlebih jika mencari pengajar yang bisa berbahasa Inggris. Jadi, coba tanya ke teman-teman yang punya pengalaman, Fahrschule mana saja yang memungkinkan. Setelah itu, datang ke Fahrschule, kemudian tanya syarat apa saja yang harus disiapkan untuk mendaftar sebagai siswa sekolah mengemudi.

2) Terjemahan SIM dan Penyetaraan Klasifikasi SIM

Dokumen ini perlu disiapkan, terutama jika kita sudah ada SIM mobil dari tanah air. Prosesnya, kita tinggal datang ke ADAC untuk menerjemahkan dan penyetaraan klasifikasi SIM. Biayanya untuk urus di ADAC sekitar 70 euro dan proses suratnya sekitar 2-3 minggu. Alternatif lainnya, penerjemahan SIM bisa dilakukan di terjemahan privat dengan biaya sekitar 45 euro (waktu lebih cepat sekitar 2-3 hari tergantung penerjemah), dan penyetaraan klasifisikasi SIM di ADAC dengan biaya 25 euro (1 minggu).

3) First Aid Kit Course/ Erstehilfe Kurs
Tahap selanjutnya adalah mengikuti kursus P3K dan tes mata. Info mengenai kapan, dimana, dan syarat kursus P3K + tes matanya, akan diberitahu oleh pihak Fahrschule. Biayanya sekitar 40 euro (tahun 2020) dan lama kursusnya seharian penuh (pagi-sore). Kebanyakan kursus P3K ini pakai bahasa Jerman. Jadi harus tanya kira-kira dimana atau ada nggaknya yang bahasa inggris.

Jika sudah ada surat dari Erstehilfe, hasil tes mata dan terjemahan + klasifikasi SIM, selanjutnya adalah ke Fahrschule untuk mendapatkan surat keterangan kalau kita sudah anmelden (registrasi) kursus, dan membayar sekitar 300 euro untuk biaya pendaftaran dan kursus dasar (di Fahrschule suami saya, biaya ini sudah include 6 kali kelas teori + konsultasi di kelas dan info aplikasi untuk mempelajari semua teori menyetir).

4) Mendaftar ke Straßenverkehrsamt di City Hall/ Stadhaus
Proses selanjutnya adalah mendaftar ke Straßenverkehrsamt (semacam DLLAJ) di Stadhaus untuk pengurusan administrasi SIM. Berbeda dengan di Indonesia yang pengurusan SIM dilakukan di Kantor Polisi, di Jerman administrasi SIM dilakukan langsung di City Hall. Nah, ketika ke City Hall, kita perlu mendaftarkan diri dan membawa dokumen yang diminta. Juga perlu menyampaikan, apakah kita sudah punya SIM dari tanah air atau belum. Jika sudah, kita bisa Umzetsen SIM dari Indonesia. Kalau belum, bisa disampaikan kalau kita mau urus SIM dari awal (belum bisa menyetir sama sekali).

Umzetsen SIM digunakan untuk mengurangi jumlah jam belajar teori dan praktek karena dianggap sudah bisa menyetir. Misalnya, jika seharusnya perlu 20 jam praktek, dengan Umzetsen ini cukup 10 jam saja (tapi lihat hasil evaluasi dari guru menyetir). Kalau sudah sering menyetir di Jerman pakai SIM internasional, kita bisa ambil kursus praktik 4 jam saja (tapi juga tergantung hasil evaluasi dari guru menyetir). Biaya pengurusan di Stadhaus ini sekitar: 43,4 euro (tahun 2020).

Syarat yang dibutuhkan saat registrasi ke Stadhaus, antara lain:
1) Bukti Registrasi dari Fahrschule
2) Hasil tes penglihatan dan erstehilfe (asli)
3) Terjemahan SIM Bahasa Jerman
4) Pas foto Biometrik 1
5) SIM Asli dari Tanah Air (akan diambil aslinya, tidak dikembalikan)
6) Surat Klasifikasi SIM dari ADAC (asli)
7) Menunjukkan Paspor Asli dan Izin Tinggal (Residence Permit) yang masih berlaku

5) Persiapan Ujian Teori SIM

Selama proses menunggu surat dari Stadhaus, ada aplikasi (apps) khusus untuk belajar teori untuk materi ujian tulis. Ada berbagai macam bahasa, termasuk bahasa Inggris. Begitu sudah dapat surat dari Stadhaus, dan kita dirasa sudah siap dengan ujian teori (dari latihan mengerjakan ribuan soal), kita bisa mendaftar ujian tulis di TUV dan membayar biayanya sebesar 111,36 Euro (tahun 2021) paling lambat 2 minggu sebelum tanggal ujian. Kita bisa telpon ke TUV di kota kita untuk jadwal ujian, kapan, dan dimana lokasi ujiannya.

6) Ujian Teori Tertulis

Ujian tulis SIM ini cukup mudah sebenarnya, tapi yang sulit adalah kita harus benar-benar paham teori menyetir, dan dari beberapa hasil simulasi ujian (ada di aplikasi) hanya sedikit melakukan kesalahan. Dari sekian ribu contoh soal yang dipelajari, di ujian yang sebenarnya hanya ada 30 soal saja.

Nah, tiap pertanyaan punya bobot poin tertentu (tiap soal 3-4 poin) dan kita hanya boleh melakukan kesalahan maksimal 10 poin (sekitar 3 soal). Ini yang bikin deg-degan. Jadi, sebelum benar-benar siap dengan ujian teori, harus pastikan sudah sedikit salah dalam simulasi ujian tertulisnya. Karena kalau kesalahan lebih dari 10 poin, berarti tidak lulus ujian dan harus mengulang (bayar lagi). Ujian teori ini wajib lulus, jadi bisa mengulang berkali-kali sampai lulus (perlu diingat, jarak waktu antara ujian dengan pembayaran, minimal 14 hari sebelumnya).

Ujian dilakukan di kantor TUV kota, dan waktunya cukup singkat. Hasil ujian akan segera dikabari, dan jika lulus, bisa langsung persiapan kelas praktik menyetir.

7) Praktik Kelas Menyetir

Kalau kita sudah lulus ujian teori, kita kembali ke Fahrschule untuk ikut kelas praktik menyetir. Kalau dari nol (belum bisa menyetir), paling tidak perlu minimal 20x pertemuan (tergantung kemampuan dan evaluasi pengajar). Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, kalau sudah ada SIM mobil dari Indonesia tapi belum pernah menyetir di Jerman, perlu paling tidak 10x pertemuan. Kalau sudah pernah menyetir di sini dan paham aturan (nyetir pakai SIM Internasional), bisa hanya perlu 4x pertemuan. Setiap kali kelas praktik menyetir 1 jam pelajaran (sekitar 45 menit), biayanya 50 euro (ada yang 45-65 euro, tergantung nego dan Fahrschule). Pembayaran dilakukan per pertemuan praktik menyetir ke pengajar.

8) Ujian Praktik Menyetir

Jika pengajar sudah menganggap kita siap ujian praktik dan minim kesalahan, maka kita bisa langsung mendaftar untuk ujian praktik. Jadwal ujian disesuaikan dengan pihak Fahrschule dan penguji dari pihak TUV. Biaya ujian praktek terbagi menjadi 2: membayar ke Fahrschule dan TUV. Besarannya, 150 Euro ke Fahrschule dan TUV sebesar 116,93 Euro (tahun 2021). Untuk bisa lulus ujian praktik ini, harus tidak boleh ada kesalahan sama sekali, terutama yang fatal. Kalau kecil, mungkin masih dimaklumi (selama tidak banyak).

Nah, kalau dinyatakan lulus dari seluruh proses ujian, SIM akan langsung diberikan oleh penguji dan bisa langsung aktif. Saya baru paham kalau SIM itu sudah dicetak dan disiapkan oleh Stadhaus sejak kita mendaftar, namun baru diserahkan dan aktif ketika lulus ujian praktik. Jadi, semakin cepat proses kursus dan ujian dari awal sampai akhir, semakin cepat kita mendapat SIMnya.

Proses pengurusan SIM yang dilakukan suami saya kurang lebih hampir setahun (proses pengurusan syarat dan mendaftar Fahrschule pada September 2020, tapi baru lulus ujian praktek pada awal Oktober 2021). Alhamdulillah suami bisa lulus ujian teori dalam sekali percobaan, tapi untuk ujian praktik harus mengulang (jadi 2 kali ujian).

Untuk kelas praktik menyetirnya harus ikut 26 kali (lumayan banyak, terutama untuk persiapan H-1 ujian praktik selama 2x). Dan terkendala beberapa kali harus off kursus karena harus pulang ke tanah air, kondisi korona (aturan yang ketat), dan libur lainnya, sehingga sehabis off kursus, harus ulang dari awal lagi sebentar. Selain itu, walaupun sudah punya SIM mobil di Indonesia, tapi belum pernah menyetir dengan setir kiri di Jerman, dan tidak terbiasa dengan peraturan menyetir yang ada di sini. Jadi, memang perlu waktu dan beberapa kali kursus sampai tidak ada kesalahan fatal lagi (minimum kesalahan kecil).

Jadi bisa dikira-kira, biaya yang harus disiapkan untuk membuat SIM mobil Jerman sejak awal hingga akhir berkisar antara 1.500 – 2.500 Euro atau sekitar 25 – 40 juta rupiah (tergantung jumlah kelas praktik menyetir), dan waktunya paling tidak sekitar 6 bulan (paling cepat) – 1 tahun.

Jangan dibandingkan dengan Indonesia dalam hal biaya dan prosesnya. Menurut saya memang standar keselamatan pengemudi dan pengguna jalan di Jerman sangat ditekankan, sehingga proses pembelajaran teori dan praktik cukup ketat. Dan lagi, masa berlaku SIM ini 15 tahun, dan bisa digunakan secara internasional.

Kurang lebih itu pengalaman suami saya dalam mengurus SIM di Jerman. Semoga bisa memberikan gambaran dan selamat berjuang bagi yang hendak mengurusnya :). Feel free to contact or leave a comment for further questions.


[Share] Anak Masuk SD di Jerman

$
0
0

Tidak terasa, time flies, anak saya yang pertama pada 8 Agustus 2023 yang lalu, mulai hari pertamanya sekolah di SD (Grundschule). Dalam postingan ini, saya hendak sharing pengalaman proses masuk SD (dari kelas 1) anak saya, khususnya di kota Bonn, Jerman, mulai dari proses pendaftaran hingga tradisi masuk sekolah di Jerman.

Sebagaimana di tanah air, di Jerman terdapat pula wajib belajar selama 9 tahun. Perbedaannya, SD di Jerman berlangsung selama 4 tahun (kelas 1-4). Umur minimal untuk masuk SD adalah 6 tahun saat tahun ajaran dimulai atau lebih. Berhubung anak saya kelahiran Desember 2016, maka ia baru bisa masuk SD saat umurnya 6,5 tahun di tahun 2023 ini.

Proses untuk masuk SD biasanya sudah dimulai setahun sebelum tahun ajaran dimulai. Dalam konteks kami, pemerintah kota Bonn mengirimkan sebuah surat merah sekitar bulan September 2022. Isi suratnya adalah pemberitahuan bahwa anak kami tahun depan akan mulai masuk SD, kapan pendaftarannya, dan juga tiga alternatif SD untuk dipilih. SD tersebut didata berdasarkan rayonisasi; sekolah mana yang paling dekat lokasinya dengan tempat tinggal. Tiga SD ini biasanya merupakan SD negeri, dan SD privat atau milik yayasan gereja.

Berdasarkan diskusi dengan tetangga di komplek asrama kami, ada dua pilihan SD yang paling dekat, dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Namun, setelah kami pikirkan dan mempertimbangkan banyak hal, akhirnya kami memilih untuk menyekolahkan si nona di SD negeri dengan metode pembelajaran montessori yang jaraknya sekitar 10 menit jalan kaki (700 meter).

Tentunya, dalam pemilihan sekolah ini, kami coba mendiskusikannya dengan si nona. Kami ajak nona untuk melihat-lihat kondisi sekolah, khususnya pada hari Open house sekolah (Tag der offenen Tür). Masing-masing sekolah memiliki jadwal open house yang berbeda, jadi jangan sampai kelewatan informasinya ya. Bisa dengan bertanya ke tetangga, atau tanya ke pihak sekolah terdekat.

Saat open house ini, baik orang tua dan anak “calon siswa”, bisa melihat-lihat fasilitas apa saja yang ada di sekolah, metode pembelajaran, ekstra-kurikuler (AG) yang ditawarkan, dan pastinya bisa bertanya langsung ke pihak sekolah. Tantangannya, memang, tidak semua guru bisa berbahasa Inggris. Jadinya, kemampuan bahasa Jerman memang diperlukan, khususnya salah satu orang tua.

Jika sudah mantap, maka pihak sekolah akan memberitahukan kapan jadwal pendaftaran sekolah, dan persyaratan apa saja yang harus dibawa saat pendaftaran tersebut. Ada beberapa formulir yang harus diisi, selain itu dokumen seperti akta kelahiran, kartu vaksin, buku tumbuh kembang anak, dll, juga perlu dipersiapkan. Saat jadwal pendaftaran tersebut, akan ada semacam “wawancara” antara ortu dengan guru, dan guru dengan anak kita. Sebenarnya wawancara ini semacam seleksi awal, walaupun kemungkinan ditolak cukup kecil. Selama sesi ini, anak akan diobservasi; khususnya apakah anak kita memang sudah siap untuk masuk SD (terutama dari sisi kemampuan bahasa dan pemahaman dasar).

Pertimbangan diterima atau tidaknya anak kita, biasanya berdasarkan kuota yang ada dengan jumlah pendaftar, dan juga jarak sekolah dengan rumah. Pun, kalau dari segi bahasa ada kekurangan, maka pihak sekolah akan meminta anak kita ikut semacam terapi bicara persiapan sekolah.

Hal penting lain yang perlu diperhatikan, apakah anak akan didaftarkan OGS atau tidak. Jadi, Offene Ganztagsschule (OGS) itu semacam daycare setelah pelajaran di sekolah selesai. Rata-rata, SD di Jerman selesai pukul 11.30, kemudian dilanjutkan dengan sesi makan siang. OGS berlangsung dari makan siang sampai sekitar jam 16.30. Berhubung OGS juga kuotanya lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah anak, maka akan ada semacam seleksi juga. Saya kurang tahu apa dasar pertimbangan diterima atau tidaknya anak di OGS. Tapi, yang pasti ada biaya ekstra untuk mengikutkan anak di OGS ini.

Setelah pendaftaran selesai, pengumuman biasanya dilakukan sekitar bulan Februari/Maret tahun berikutnya. Jika diterima, maka ada jadwal daftar ulang, dan beberapa persyaratan yang harus dikumpulkan. Selain itu, pemerintah kota akan melakukan tes kesehatan yang dilakukan langsung di fasilitas pemerintah. Tes kesehatan ini meliputi tes fisik secara umum, tes kemampuan bahasa Jerman, dan tes psikomotorik. Jadwal tes kesehatan ini akan dikabarkan melalui surat dan telepon. Si nona mendapatkan jadwal tes kesehatan sekitar bulan Juli 2023. Cukup mepet dengan jadwal sekolah dimulai XD. Dari tes ini, maka dokter akan memberikan rekomendasi, apa saja yang harus dicek lebih lanjut di dokter anak atau dokter spesialis.

Nah, setelah semuanya dilakukan, akhirnya persiapan masuk SD pun tiba. Ada beberapa peralatan yang harus disiapkan, list-nya akan diberikan oleh pihak sekolah saat pendaftaran ulang. Tiap sekolah, biasanya memiliki daftar barang yang sedikit berbeda. Jadi, jangan nyontek list barang dari tetangga yang beda sekolah ya. hehehe….

Ternyata, lumayan banyak yang harus dicari, terlebih tidak semua barang kami familiar dengan istilahnya. Jadi, saran dari teman kami, sebaiknya daftar barang ini diserahkan kepada pegawai toko alat tulis untuk diambilkan. Selain itu, harga barang-barang ini lumayan bervariasi. Agar lebih berhemat, sebaiknya coba cari promo di berbagai toko yang ada. Walaupun lebih ribet karena harus berburu barang di banyak toko berbeda, tapi sepadan dengan jumlah uang yang bisa dihemat 😀

Ini list panjang barang yang harus disiapkan sebelum masuk SD

Tips menghemat lainnya adalah dengan berburu barang-barang bekas untuk beberapa peralatan yang harganya lumayan. Misalnya tas ransel, Schulranzen. Tas ransel anak SD di Jerman ini, beda dengan yang ada di tanah air. Ada semacam standar khusus, dari sisi bentuk dan ukuran. Untuk merk tas ransel terkenal, satu set barunya seharga 250 Euro TT____TT. Walhasil, akhirnya kami coba melihat-lihat opsi bekas yang ada. Tapi Alhamdulillah, ada teman warga Indo di Bonn yang punya tas putrinya yang sudah beranjak remaja, sehingga otomatis tasnya sudah tidak dipakai lagi.

Begitulah sekilas cerita tentang pengalaman kami mendaftarkan anak SD di Jerman. Cerita tentang bagaimana kehidupan sekolah, akan saya posting di kesempatan berikutnya.

Publications

$
0
0

Dalam postingan ini, saya hendak mengupdate beberapa publikasi tulisan saya, baik akademik maupun non-akademik.

Academic

Dissertation (writer) titled “Return, Reintegration and Local Development: Indonesian Migrant Workers in Three Regions”, July 2024

Article (co-writer) titled Demokrasi, Sensor dan Konflik Israel-Palestina; Analisa terhadap 110 Artikel Media Massa Jerman“, PPI Jerman Briefs No. 1, January 2024

Master thesis (writer) titled “Social Adaptation of Muslim Ethnic Minorities in Taiwan: Case Study of Indonesian Muslim and Chinese Muslim.” Published by IMAS, National Chengchi University, Taipei, January 2015

Master thesis (writer) titled Persepsi Siswa dan Mahasiswa Jepang terhadap Islam dan Muslim (The Perception of Japanese University and Senior High School Students toward Islam and Muslim Community), by Postgraduate Program, University of Indonesia, Depok – West Java

Bachelor thesis (writer) titled “Dampak dan Respon dari Kebijakan Global War on Terrorism bagi Komunitas Muslim di Amerika Serikat” (The Influence and Impact of The U.S.’s Policy of Global War on Terrorism towards Islam and Muslim Community in the U.S.), by Faculty of Social and Political Sciences, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Article (writer) titled “Perkembangan Kebijakan Keamanan Jepang di Asia Timur: Pembelajaran bagi Politik Luar Negeri Indonesia”, in Journal titled Internationale Unsoed, Volume 4, 2011, published by Department of International Relations, University of Jendral Soedirman, Purwokerto, Central Java, Indonesia

Non-Academic Articles

Essay (writer) titled “Kartini Masa Kini: Semangat Perjuangkan Pilihan dan Ikut Ambil Peran”, essay competition held by the Indonesian Consulate General in Frankfurt (KJRI Frankfurt), Germany, April 2021

Article (contributor) for Ummi Magazine, Cahaya Islam dari Kota Judi, Macau, 2014

Article (contributor) for Ummi Magazine, Ufuk Luar – Kabar Islam dari Pulau Formosa“, March 2014

Article (writer) for “My NCCU, My Story”, published by Office of International Cooperation, NCCU, Taipei

Essay (writer) titled “Facing the Challenge; a Long Journey for ASEAN Unity in Diversity, SWOT Analysis.” Compilation Articles for The 9th ASEAN University Network Educational Forum and Speech Contest, in National University of Laos, Vientiane, Lao PDR. Published by ASEAN University Network (AUN) and NUoL, Lao PDR.

Conference Papers

Conference Paper (writer) titled “The Role of NGO In Empowering Woman Returned Indonesian Migrant Workers in Central Lombok, West Nusa Tenggara”, proceedings of the 1st International Conference on Gender, Culture, and Society, ICGCS 2021, 30-31 August 2021, Padang, Indonesia. https://eudl.eu/doi/10.4108/eai.30-8-2021.2316256

Conference Paper (writer) titled“Muslim in Contemporary Taiwan; Its Problems and Challenges“,presented in The 9th ASAHK, University of Hong Kong, 14 – 15 March 2014

Conference Paper (writer) titled “The Development of Islam and Muslim in Taiwan; Struggling for Being Known”, presented at the 9th Asian Center Graduate Students Conference on Asian Studies at the University of the Philippines Diliman, Quezon City, The Philippines.

Conference Paper (writer) titled “The Role of the NGO and Government in the Education Development in Indonesia’s Border Islands; Case Study of Indonesia Mengajar and SM3T”, presented at The International Conference on Island Development 2013, in Penghu Archipelago, Taiwan

Conference Paper (writer) titled “Paradox on China’s Great Western Development; Social-ethno Problem in Xinjiang Uyghur Autonomous Region”,  presented and published at the 6th Conference of the Indonesian Students Association in Korea, in Daejeon

Work-Related Publications

Campaign Guidelines (Co-writer) titled “Panduan Kampanye Mengurangi Kekerasan terhadap Perempuan” (Campaign Guidelines to Reduce Violence against Women), published by Forum Pengada Layanan (FPL), supported by Program MAMPU, June 2017

Book (Editor) titled Naskah Akademik dan Draft RUU Kitab Hukum Pemilu: Usulan Masyarakat Sipil (Academic Paper and Bill Draft of Election Codification: Proposal from Civil Society), published by Partnership for Governance Reform, August 2015

Book (Editor) titled Desain Partisipasi Masyarakat dalam Pemantauan Pemilu (The Design of Society Participation on Election Monitoring), published by Partnership for Governance Reform and Perludem, June 2015

Book (Co-Editor) titled “Potret Partisipasi Organisasi Masyarakat Sipil dalam Pemantauan Pemilu 1999-2014” (The Portrait of Civil Society Organisations Participation in Election Monitoring 1999-2014), published by Partnership for Governance Reform, June 2015

Book (Editor) titled “Studi tentang Desain Kelembagaan Pemilu yang Efektif (The Study of Effective Election Institution Design), published by Partnership for Governance Reform, June 2015

Book (Editor) titled Transformasi Bawaslu dan Partisipasi Masyarakat dalam Pengawasan Pemilu (Oversight Body Transformation and Society Participation on Election Monitoring), published by Partnership for Governance Reform, June 2015

Book (Co-Editor) titled Peta Permasalahan dalam Keuangan Politik Indonesia(The Roadmap of Political Finance Problems in Indonesia), published by Partnership for Governance Reform, March 2015

Book (Editor) titled Indonesia Mengajar 2, published by Bentang Pustaka, June 2012

Book (Editor) titled Indonesia Mengajar, published by Bentang Pustaka, November 2011

Viewing all 257 articles
Browse latest View live