Quantcast
Channel: Sunu Family
Viewing all 257 articles
Browse latest View live

[Share] How to Find a Supervisor

$
0
0

Beberapa bulan terakhir ini, saya sedang berjibaku mencari supervisor untuk studi doktoral di Jerman nanti. Setelah dua kali ditolak prodi yang diinginkan dan satu calon supervisor (yang akan segera pensiun), semangat saya untuk mencari-cari sempat turun. Tapi, seperti yang suami dan ortu saya sarankan, JANGAN MENYERAH.

Setelah saya nge-blog walking, ternyata banyak dari teman seperjuangan yang mengalami hal serupa (*berkali-kali ditolak maksudnya). Dalam proses ini yang diuji adalah resilience, semangat juang dan keyakinan kita pada Sang Maha Pemberi Rezeki. Maka, jangan pernah ragu akan ke-MAHA-an Nya.

Sebagai salah satu bentuk ikhtiar, saya browsing beberapa tips dalam mencari supervisor. Tips di bawah saya share ke teman-teman sebagai gambaran bagaimana teknis proses pencariannya (diterjemahkan dan disesuaikan dari website Freie Universitat Berlin).

Bagaimana Cara Mencari Supervisor?

  1. Bukalah laman website dari Universitas yang departemen atau program studinya sesuai dan dekat kaitannya dengan minat topik proposal/ disertasi yang hendak kita tulis.
  2. Pilih institut atau tema/ disiplin ilmu yang sesuai dengan topik penelitian. Universitas atau departemen yang besar biasanya membagi unit/ wilayah penelitian ke beberapa bidang. Sedangkan yang lebih kecil, biasanya langsung memberikan informasi tentang professor yang berada di departemennya.
  3. Pelajari profil para professor dan pilihlah yang keahliannya sesuai dengan tema riset/ disertasi kita. Dalam tahap ini, jangan terburu-buru menghubungi professor yang bersangkutan. Gunakan waktu sejenak untuk membaca secara detail informasi terkait penelitian dan publikasi professornya. Apakah ia benar-benar sesuai dengan keinginan kita dan ahli dalam topik yang ingin kita tulis. Kemudian, coba googling profil dan informasi lain seputar professor tersebut dengan lebih lengkap.
  4. Ketika sudah mantap, cobalah mengontak professor tersebut. Biasanya kontak/ email beliau terpampang di laman website.
  5. Di email awal, usahakan unutk menulis tidak terlalu panjang. Isinya adalah perkenalkan diri mencakup nama, asal universitas, dan bidang studi yang kita pelajari. Kemudian, sampaikan  rencana penelitian/ disertasi dalam satu atau dua kalimat, serta alasan mengapa kita mengontak Professor tersebut. Sertakan pula CV terbaru kita yang menonjolkan pengalaman akademik dan riset. Tidak usah menyertakan informasi yang terlalu lengkap. Jika professornya tertarik, ia akan meminta kita untuk mengirimkan informasi secara lebih lengkap.
  6.  Kadang kala, perlu waktu yang lama untuk mendapat balasan dan keputusan dari professor tersebut (mau atau tidaknya). Tapi ada juga yang fast response. Pengalaman saya dua kali menghubungi professor, mereka membalas dalam waktu kurang dari 1 x 24 jam. Teman saya ada yang perlu menunggu balasan selama 2 minggu hingga bulanan. Jadi, jangan khawatir.
  7. Jika belum berhasil, ulangi proses ini dan jangan putus asa ya. Walau penolakan itu menyakitkan, tapi yakinlah bahwa selalu ada hikmah di baliknya. Entah itu supaya kita memperbaiki usaha kita, atau memang rezeki kita ada di tempat lain (yang pastinya menurut Allah lebih baik untuk kita).
  8. Terus Semangaaat!

Sekian share singkat saya seputar share pengalaman mengontak professor. Proses ini masih berlangsung dan sedang saya jalani, tapi tak mengapa.  Itulah seninya berjuang Nya😀



[Share] List of Failures

$
0
0

Beberapa waktu terakhir ini, saya merasa ingin menyerah. Betapa beratnya bangkit kembali setelah mengalami kegagalan berkali-kali di waktu yang berdekatan.

Namun kemudian, saya terinspirasi oleh sebuah artikel yang sedang ramai dibicarakan, berjudul “A Princeton professor has published a CV of his failures online, and people are freaking out about it” (baca di sini), saya jadi termangu dan mencoba untuk melakukan hal serupa. Ya, membuat daftar kegagalan-kegagalan yang pernah saya alami selama ini.

Bukan bermaksud unjuk diri, namun ada beberapa orang yang merasa “seram” dengan konten dari CV saya. Tapi, itu hanyalah apa yang saya tunjukkan di atas kertas untuk keperluan studi lanjut atau mendapatkan pekerjaan. Apa yang kita lihat di CV atau berbagai kesuksesan yang diraih seseorang, hanyalah bunga-bunga indah yang tampak di mata kita. Namun, tahukah bagaimana proses dibalik itu semua? No one’s perfect.

Seperti yang disampaikan Melanie Stefan (2010), “I did well at school and later at university, earned the PhD position of my dreams, and have published several papers. This is the story that my CV reveals. But that is exactly the problem. My CV does not reflect the bulk of my academic efforts — it does not mention the exams I failed, my unsuccessful PhD or fellowship applications, or the papers never accepted for publication.

success-is-going-from-failure-to-failure-without-losing-enthusiasm-4

Dari tulisan ini saya jadi sadar bahwa orang yang sering mengalami kegagalan, tapi tetap terus semangat untuk bangkit dan mencoba, itu adalah sebenar-benarnya orang yang kuat dan sukses. Selain itu, saya semakin sadar kalau sekali, dua kali, tiga kali gagal itu hal yang wajar. Sayang sekali jika saat baru mencoba, kemudian gagal, dan langsung menyerah.

Justru orang yang selalu mulus dan perfect perjalanan hidupnya, menurut saya, akan jauh lebih rentan untuk menyerah dan sulit untuk bangkit kembali setelah menghadapi kegagalan (that’s what I felt before), terutama jika tidak diiringi kekuatan hati dan dukungan dari orang-orang sekitar.

Failure-Is-Success-If-We-Learn-From-It-Malcom-Forbes

Jika kita bisa mengambil hikmah dari berbagai pengalaman buruk, menyakitkan dan kegagalan tersebut, hal ini akan membuat kita semakin kuat hati dan kaya pengalaman. InsyaAllah. Terus semangat meraih keberkahan hidup dan ridho-Nya. Mari kita belajar untuk menjadi lebih baik.

Bukan bermaksud membuka aib,  di sini saya ingin mendata beberapa kegagalan yang pernah saya alami dalam kehidupan akademik dan pekerjaan sebagai bahan refleksi bersama. Here, I reveal the missing truths, list of my failures (not them all, though :D). Read My List of Failures

Web

“Keeping a visible record of your rejected applications can help others to deal with setbacks. CVs of failure may help you realise that failing is just part of life and isn’t shameful.” [Melanie Stefan, The University of Edinburgh – 2010]

“We might all benefit from being a little more open about our failures with others, and realising that we aren’t perfect. It can be a big help when it comes to getting through our own careers.” [Science alert, 2016]

 


[Info] Buku “Dari Kami untuk Negeri”

$
0
0

13244632_10154208192762953_1295768004753887928_n

COMING SOON! Buku: Dari Kami untuk Negeri, 9 Pemikiran 1 Tujuan “Mencintai Indonesia dari Negeri Seberang”

Alhamdulillah, setelah berproses sekian lama, ide untuk membukukan pengalaman kami, alumni Pengurus Dewan Presidium PPI Dunia periode 2014 – 2015 akan segera terwujud. Kalau dipikir-pikir, selama ini saya lebih sering mengambil peran sebagai editor dan proof-reader buku-buku yang ditulis rekan-rekan saya. Dan publikasi saya (pribadi), hanya berupa esai dan tulisan akademik ^^”. So, Alhamdulillah ini akan menjadi buku antologi pertama yang pernah saya tulis dan akan diterbitkan secara meluas.

Ide awal penulisan ini dimulai saat Mbak Dewi (Koord. Asia Oseania & Biro Pers) dan Bro Dudy (Koord. PPI Dunia) mencari bentuk aktivitas yang bisa tetep menyatukan kami, sembilan orang (mantan) Dewan Presidium, yang purna tugas pada Agustus 2015 yang lalu di SI PPI Dunia Singapura.

Sambil proses penulisan draft dan perbaikan di sana sini, akhirnya kami memberanikan diri untuk mengajukan ide tulisannya ke berbagai penerbit. Namun, Penerbit Inspira lah yang pertama kali menyambut dan mem-follow up dengan cepat.

Buku ini berisi proses bagaimana masing-masing dari kami yang studi di 9 negara berbeda, bisa berkuliah di luar negeri dan tergabung di organisasi PPI Negara serta Dewan Presidium PPI Dunia. Juga pengalaman yang kami rasakan selama mengemban amanah tersebut. Selain itu, kami juga bermaksud untuk memperkenalkan secara lebih rinci, apa itu PPI Negara dan PPI Dunia kepada rekan-rekan mahasiswa.

Buku tentang tips-tips studi lanjut di Luar Negeri dengan beasiswa dan kehidupan mahasiswa Indonesia di negara lain sudah cukup banyak bertebaran. Namun, harapannya dengan adanya buku ini, rekan-rekan yang ingin melanjutkan studi di luar negeri punya gambaran yang lebih lengkap tentang kehidupan mahasiswa di bidang akademis dan non-akademis (terutama berorganisasi).

Saya pribadi, sangat menganjurkan bagi para mahasiswa untuk tidak hanya berkutat di dunia akademik saja saat kuliah. Tapi juga sangat perlu memperluas jaringan dan pengalamannya melalui berorganisasi.

Bismillah, semoga lancar proses editing dan layoutingnya supaya bisa segera terbit. Mohon ditunggu terbitnya buku ini dan (diharapkan membeli) membaca isinya yaaaa. Hehehe….. 

Informasi lebih lanjut tentang bukunya, bisa baca informasinya di website Berkuliah.com SINI dan silakan kontak penerbitnya langsung ke:

Inspira Publishing

Jalan Pasir No.35, Patok, Gamping, Sleman, Yogyakarta, 55294
Telp: (0274) 5305734 | WA/SMS: 0821-3700-8000
PIN BB: 5D18C3B4 | E-MAIL: official.inspirabook@gmail.com
Facebook.com/InspiraID
http://www.inspirabook.com
ID LINE: @inspirabook


[Story] Ramadhan di Taiwan dan 6 Negara Lain

$
0
0

Bagaimana rasanya menjalani Ramadhan jauh dari tanah air? Tentu bervariasi pengalamannya, tergantung individu yang bersangkutan dan juga negara di mana ia menetap untuk sementara. Nah, dalam serial Ramadhan di Negeri Seberang yang dibuat oleh Penerbit Inspira dan Berkuliah.com, saya bersama rekan-rekan eks Dewan Presidium PPI Dunia periode 2014 – 2015 turut berbagi pengalaman.

Berikut ini adalah copas dari postingan cerita pengalaman Ramadhan di Taiwan. Sumbernya dari tautan berikut: “RETNO WIDYASTUTI: Pengalaman Menarik Selama Menjalani Bulan Puasa Ketika Kuliah di Taiwan”.

2
Masjid di Taiwan

Suasana Ramadhan

Suasana saat saya menjalani Ramadhan di Taipei, Taiwan, cukup menantang. Karena pada saat itu sedang musim panas. Tapi tidak hanya panas, cuaca di Taipei sangat lembab, sehingga tubuh menjadi lebih mudah berkeringat dan jadi dehidrasi. Beruntung, saat Ramadan, aktivitas kuliah sudah selesai (masuk liburan musim panas), jadi bisa fokus melaksanakan ibadah selama Ramadan. Durasi puasa di Taiwan sekitar 15 jam (subuh sekitar jam 3.45, dan magrib sekitar jam 7 malam).

Buka Bersama dan Shalat Tarawih

Buka bersama dan shalat tarawih biasanya diadakan di masjid. Ada 2 masjid utama di Kota Taipei. Saya biasanya memilih untuk ikut berbuka bersama dan shalat tarawih di Taipei Grand Mosque, yang lokasinya sekitar 45 menit dari lokasi kos saya. Di Taipei Grand Mosque disediakan ta’jil dan makanan buka bersama gratis dengan menu bervariasi setiap harinya (masakanTimur Tengah atau Asia Tenggara). Selain itu, ceramah Ramadan di Taipei Grand Mosque menggunakan Bahasa Inggris, karena banyak Muslim dari negara asing yang datang kesana.

Saya pernah mengikuti buka bersama di masjid kota lain di Taiwan, seperti Taipei Cultural Mosque, Longgang Mosque, Taichung Mosque dan Kaohsiung Mosque. Karena sebagian besar Muslim di sana adalah Muslim China, maka ceramah disampaikan dalam Bahasa Mandarin.

Selain di Masjid, buka bersama dan shalat tarawih juga beberapa kali dilaksanakan di Kantor Dagang Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei. KDEI Taipei adalah kantor perwakilan Indonesia di Taiwan. Banyak mahasiswa dan warga Indonesia yang datang kesana untuk mengikuti buka bersama dan sholat tarawih. Jarak dari kos ke KDEI sekitar 1 jam perjalanan.

Makanan untuk Berbuka

Untuk berbuka puasa, saya lebih sering masak sendiri dengan menu khas Indonesia. Tapi sesekali saya membeli makanan siap santap di “Warung Sakura”, yaitu warung Masakan Indonesia Halal yang lokasinya ada di sebelah Taipei Grand Mosque dan Taipei Cultural Mosque.

Tanggapan Teman tentang Puasa

Sebagian besar teman-teman Taiwan dan teman Internasional lain yang tidak terlalu banyak tahu tentang Islam, banyak bertanya mengapa berpuasa? Apa tidak haus dan lapar? Apakah tidak takut sakit dan mati karena berpuasa? Namun kemudian saya jelaskan latar belakang puasa dan hal-hal yang mereka belum ketahui sebelumnya. Beberapa teman ada yang sudah tahu tentang Ramadan (khususnya teman-teman dari Eropa), mengapresiasi saya dalam menjalankan puasa. Mereka menyampaikan selamat menjalankan ibadah puasa, dan bercerita tentang kenalan Muslim di negara asal mereka yang menjalankan puasa.

Acara PPI Taiwan pada Bulan Ramadhan

PPI Negara biasanya mengadakan acara buka bersama, silaturrahim, kajian/ ceramah dan sholat tarawih bekerjasama dengan kampus-kampus yang memiliki jumlah mahasiswa Indonesia yang banyak, juga dengan KDEI Taipei, serta dengan para organisasi Tenaga Kerja Indonesia yang ada di Taiwan. Khusus di kampus dengan jumlah mahasiswa Muslim Indonesia terbanyak, mereka memiliki aktivitas khusus sahur, buka bersama dan sholat tarawih berjamaah di kampus.

1

Kejadian Menarik Selama Bulan Ramadhan di Taiwan

Kejadian yang menarik bagi saya adalah ketika saya ikut serta menjadi volunteer panitia buka bersama di Taipei Grand Mosque. Bersama-sama dengan Muslim dari negara lainnya, kami bekerjasama untuk menyiapkan ratusan porsi makanan ta’jil dan makan besar untuk para Muslim yang berbuka di masjid. Dari pengalaman ini, saya benar-benar merasakan betapa indahnya melaksanakan ibadah di bulan Ramadan bersama-sama dengan Muslim dari berbagai belahan dunia. Selain itu saya jadi bisa mengetahui dan belajar bagaimana kebiasaan dan budaya Muslim dari negara lain.

Tips Tetap Fit Selama Bulan Ramadhan di Taiwan

Agar tetap fit menjalani ibadah di bulan Ramadan saat di luar negeri, kita perlu mengatur strategi dan manajemen waktu. Rancanglah aktivitas dengan seefisien dan seefektif mungkin, dan kurangi aktivitas yang kurang bermanfaat di luar ruangan (terlebih karena cuaca yang sangat panas). Makan-makanan yang segar dan sehat, juga multi vitamin agar stamina terjaga.

***

Nah, untuk mengetahui cerita bagaimana Ramadhan di 6 negara lainnya (ditulis oleh rekan-rekan eks Depres), sila baca di tautan berikut yaa:)


[Video] Learn Indian Headshakes

$
0
0

Buat para penggemar film Bollywood ato punya temen orang India, ato pernah lihat segala sesuatu terkait orang India, mungkin (pernah) merasa penasaran dengan gesture khas orang India, yaitu goyangan kepalanya.

Dulu, saya pernah satu kali jadi penerjemah orang India. Saat itu, saya menanyakan apakah terjemahan bahasa Inggris saya bisa dimengerti atau tidak. Nah, beliaunya menjawab dengan goyangan kepala yang saya bingung, itu maksudnya “iya” atau “tidak”.

Nah, setelah bertahun-tahun kemudian barulah saya mengerti apa maksudnya dari video ini.

Selamat menonton dan belajar kekhasan gerak tubuh dan budaya negara lain😀

 


[Travel] Keliling Taiwan dengan TR Pass

$
0
0

TRPASS-B

Ingin tahu bagaimana caranya ber-backpacking keliling Taiwan dengan (cukup) nyaman dan murah meriah? Nah, salah satu caranya adalah dengan TR Pass. Apa itu TR Pass? TR (Taiwan Railway) Pass adalah salah satu fasilitas yang disediakan oleh Taiwan Railway Company untuk memberikan kesempatan kepada para (khususnya) mahasiswa lokal dan asing/ internasional untuk berkeliling Taiwan dengan menggunakan kereta api.

TR Pass ini sangat membantu bagi para low-cost backpacker/ traveler untuk menyambangi berbagai tempat di seantero Taiwan. Cukup dengan (sekitar) Rp 250.000 rupiah, kita bisa menaiki kereta sepuasnya selama 5 hari (*hanya kereta jenis tertentu tapinya).

Tapi, ada harga, ada barang. Maksudnya, karena harganya tergolong murah banget, fasilitas yang didapatkan tidak seleluasa penumpang reguler. Tidak semua jenis kereta bisa dinaiki (hanya terbatas kereta lokal, Fu Hsing Semi express dan Chu Kuang saja). Untuk kereta jenis yang cepat (Tze Chiang) dan super cepat (THSR – macam shinkansen), tidak termasuk dalam TR Pass.

Selain itu, kalau lagi peak season alias kereta penuh, ya mau gak mau harus siap dengan konsekuensi no-seat alias gak duduk. Kalau pas rejeki, Alhamdulillah bisa duduk nyaman. Tapi kalau nggak, ya terpaksa berdiri. hehehe…. Pas saya pergi dari Taipei ke Taitung, saya terpaksa ngelesot dan tidur over-night di lantai (Alhamdulillah pas sedia sajadah untuk duduk). But, overall, TR Pass ini sangat ngebantu banget untuk menekan budget.

Pas libur musim panas 2014 (bulan Agustus), saya menyempatkan diri untuk solo traveling ke beberapa kota di Taiwan. Saya belinya yang 5-day pass aja (kalo kelamaan, gempor juga ^^”). Berikut itinerary saya saat keliling Taiwan dengan TR Pass Student:

Sabtu, 16 Agustus 2014: Taipei – Taitung

  • Berangkat dari Taipei ke Taitung jam 23.30
  • Overnight sleep di kereta

Ahad, 17 Agustus 2014: Taitung – Kaohsiung

  • Sampai Taitung jam 05.30.
  • Lanjut kereta dari Taitung ke Kaohsiung jam 06.14 – 10.20
  • Istirahat di rumah kawan
  • Keliling Kota Kaohsiung (Lotus Pond)
  • Menginap di rumah kawan orang Taiwan
TWS010003_2
Ini Lotus Pond: Landmark kota Kaohsiung. Foto dari google

Senin, 18 Agustus 2014: Kaohsiung – Chiayi

  • Jalan-jalan bersama keluarga kawan ke Fo Guang Shan – Buddhist Monastery
  • Perjalanan kereta dari Kaohsiung ke Chiayi jam 17.16 – 19.34.
  • Menginap di Chiayi Assemble! Backpacker Hostel (Deket stasiun)
20150306055238_1552092510_10964_9
Ini Fo Guang Shan: Buddhist monastery terbesar di Taiwan. Berasa nonton film Shaolin Kungfu. Foto dari google😀

Selasa, 19 Agustus 2014: Chiayi – Alishan – Taipei

  • Ke Alishan naik bus pagi dari stasiun jam 06.10 – 08.10
  • Keliling Alishan dan hiking di hutan sampai jam 13.30
  • Kembali ke Chiayi dengan bus jam 14.00
  • Kereta kembali ke Taipei jam 16.48 – 21.54
53131_og_1
Ini hiking track di Alishan. Mantep deh, naik turunnya ^^”. Foto dari google
alishan-railroad-alishan-taiwan
Ini Alishan Forest Railway yang terkenal itu. Klasik en kereeen, bisa merasakan suasana rel di tengah hutan yang berkabut. Foto dari google

Untuk memudahkan penyusunan itinerary, berikut link untuk tahu jadwal kereta di Taiwan dan juga jenis keretanya: Taiwan Railway – Train Schedule

En berikut di bawah ini saya copaskan informasi tentang TR PASS dari: TR Pass Information

The validity period of pass usage:

  1. Foreign student: every day.
  2. Domestic student (termasuk mahasiswa asing yang kuliah di Taiwan):
  • Winter period:15th January ~ 15th March.
  • Summer period:15th June ~ 15th September.

Type and price:

  • 5-day pass: $599 (sekitar Rp 250.000,-)
  • 7-day pass: $799 (sekitar Rp 330.000,-)
  • 10-day pass: $1,098 (Only foreign student permit – ISIC Card ato Student ID) (sekitar Rp 450.000,-)

Type/Group:

  • Domestic student: 5-day pass and 7-day pass only (permit to purchase on winter/ summer vacation)
  • Foreign student: 5, 7 and 10-day pass (permit to purchase every day)

Train accommodations:

During its period of validity it can be used for an unlimited number of journeys on Chu Kuang Express, Fu Hsing Semi-express or local trains.

Points of Sale for the TR-Pass (Student):

Taitung、Yuli、Shoufeng、Zhixue、Ji’an、Hualien、Xincheng、Su’ao、Luodong、Yilan、Jiaoxi、Toucheng、Fulong、Ruifang、Keelung、Badu、Qidu、Xizhi、Nangang Songshan、Taipei、Wanhua、Banqiao、Shulin、Shanjia、Yingge、Taoyuan、Neili、Zhongli、Puxin、Yangmei、Hukou、Xinfeng、Zhubei、Hsinchu、Zhunan、Houlong、Tongxiao、Yuanli、Dajia、Shalu、Miaoli、Sanyi、Houli、Fengyuan、Tanzi、Taichung、Xinwuri、Changhua、Yuanlin、Tianzhong、Ershui、Douliu、Dounan、Dalin、Minxiong、Chiayi、Xinying、Longtian、Shanhua、Xinshi、Yongkang、Tainan、Bao’an、Zhongzhou、Dahu、Luzhu、Gangshan、Nanzi、Xinzuoying、Kaohsiung、Fengshan、Pingtung、Chaozhou、Fangliao.

Credentials:

1. Foreign student:

(1) Passport (Must)
(2) International Student Identity Card (ISIC) or The Youth Travel Card (international version, red version) published by YDA, Ministry of Education, Taiwan. (choose one)

Note:
The Youth Travel Card (National version) is forbidden.
Foreign student visiting Taiwan from abroad for sight-seeing.

2. Domestic student: (the same as Chinese version)

The period of sale:

  • Foreign student: 7 days before a starting date. (Example: A starting date is 7th July, you can purchase the pass during 1st July to 7th July).
  • Domestic student: 3 days before a starting date. (Example: A starting date is 7th July, you can purchase the pass during 5th July to 7th July).

Note:

If the passage takes the train with forbid pass, it will be regarded as travelling without a valid ticket and pay the excess fare with penalty.

TRPASS
Tampilan Cover depan TR Pass Student
1
Tampilan dalam TR Pass (yang ini contoh yang TR Pass Group).

Remark:

The TR-PASS (student version) is not valid for any seats on Tze-Chiang Limited Express (Including “TAROKO” and “PUYUMA” Limited Express), if you must be take Tze-Chiang Limited Express, should purchase other ticket.

The conditions of use:

1. During its period of validity it can be used for an unlimited number of journeys on Chu Kuang Express, Fu Hsing Semi-express or local trains. It cannot be used to travel on tourist trains, group e trains, special trains, cruise type trains or other trains designated by TRA. (These train numbers are showed on TRA’s website.) If the pass holder takes any of these trains it will be regarded as travelling without a valid ticket.

2. Seats will not be allocated on Chu Kuang Express, Fu Hsing Semi-express trains.

3. It is void without the name on the cover. The name must be writing on the train pass cover and the same as that of person using it. Please carry your student ID during the journey for inspection by station staff or train masters.

4. The expiry date of the pass cannot be changed. If trains do not run because of force majeure, for example a typhoon, the pass can be choose one of methods as following after verification by station staff or train masters.

(1) The ticket can be extended for one day.
(2) The value of unused period can be refunded.

5. If the record on the train pass cover is altered the pass will be rendered invalid and the ticked taken back.

6. Because there is no restriction on the numbers of journeys or sections, this pass cannot be returned after it is purchased. It also does not qualify for the TRA train delay compensation scheme.

7. This pass will not be replace if it is lost or stolen, so please take good care of it.

8. Don’t lean against the door and stand or sit at entrance.

9. Other matters not mentioned will be dealt with according to TRA regulations. The integral regulations show on the website.(http://www.railway.gov.tw/en/)

10. The Traditional Chinese edition of these conditions shall have precedence over translations into other languages, which are made for convenience.

The forbidden list of trains with TR-PASS (student version):

  • Train type Train Number Note
    Tourist trains 1、2、51、52 All class is forbidden.
    Group trains 71、74、73、72 All class is forbidden.
    others 606、655、607、751 Business class is forbidden.
    All special trains, cruise type trains are forbidden.

 


[Share] Journey to Study in Germany (Part 1)

$
0
0

“In life, many things don’t go according to plan. If you fall, get back up. If you stumble, regain your balance. Never give up!” – Unknown

Perkenalkan, saya Retno Widyastuti yang akrab disapa Chiku. Saya adalah alumni Ilmu Hubungan Internasional UGM, Kajian Wilayah Jepang UI dan Asia Pacific Studies NCCU Taiwan. Alhamdulillah, pada Desember 2015 saya dinyatakan lolos seleksi tahap akhir beasiswa Doktoral Luar Negeri LPDP Batch IV 2015. Saat ikut seleksi beasiswa LPDP, saya belum mendapat LoA sehingga saya perlu berkejaran dengan batas waktu 1 tahun untuk diterima tanpa syarat (unconditional acceptance) di salah satu Universitas di Jerman, yang menjadi negara tujuan saya.

Mengapa Jerman? Negara ini mungkin terlihat anti-mainstream untuk para mahasiswa Indonesia yang berlatarbelakangkan ilmu Sosial Politik, apalagi dengan fokus kajian Kawasan Asia seperti saya. Jujur, sebelumnya saya tidak terpikir untuk melanjutkan di negara ini. Namun, jalan hidup saya; berjumpa dengan laki-laki yang menjadi suami saya dan rencana bersama menuntut ilmu di Jerman, membawa saya pada pilihan ini. Alhamdulillah, setelah saya pelajari dan telusuri lebih lanjut terkait kampus-kampus di Jerman dan perkembangan kajian Asianya, saya pun berangsur mulai ‘berdamai’ dengan diri sendiri dan perlahan-lahan menyukainya.

Proses dan perjalanan saya dalam berburu LoA (yang akhirnya berlabuh di Bonn International Graduate School – Oriental and Asian Studies BIGS – OAS, Bonn University) tidaklah mulus. Selama tujuh bulan, berbagai penolakan saya hadapi: 3 program doktoral di 3 universitas (Freie Univ, Humboldt Univ dan Hamburg Univ) dan 2 profesor (karena alasan birokrasi dan masa pensiun).

Tentu, berat rasanya untuk bangkit kembali setelah terpuruk dari penolakan. Tapi, di situlah pentingnya semangat pantang menyerah dan juga dukungan serta doa dari orang-orang terdekat kita. Juga, bagaimana kita BELAJAR mengambil HIKMAH dari proses dan penolakan ini.

Saya pun berdiskusi dengan suami, dan menganalisa kira-kira apa yang menjadi alasan penolakan tersebut (terutama dari structured doctoral program). Kemudian, saya pun mengatur ulang strategi aplikasi saya. Berikut ini beberapa catatan pembelajaran aplikasi saya yang (semoga) bisa menjadi gambaran bagi rekan-rekan sekalian:

  1. Buatlah Daftar Universitas dan Program Studi yang Sesuai dengan Minat Studi dan Bidang Riset

Idealnya, kita punya daftar lebih dari satu kampus dan prodi tujuan studi. Ini penting supaya kita selalu punya pilihan dan back-up plan jika terjadi penolakan. Salah satu cara mencari daftar kampus dan prodinya adalah dengan search engine yang disediakan oleh beberapa lembaga pendidikan Jerman:

 

  1. Buatlah Daftar Nama Professor yang Ahli di Bidang Riset Kita

Untuk daftar nama professor ini, diperlukan in case kalau prodi yang kita ingin apply, mewajibkan adanya approval dari professor terlebih dahulu. Untuk yang ini, saya coba googling dengan kata kunci yang sesuai dengan minat studi dan riset. Misalnya: List of Southeast Asian Studies Professor in Germany. Alhamdulillah, saya mendapat data yang diinginkan dari link ini; http://goo.gl/gjMWmm . Selain mendapat daftar nama professornya, saya juga bisa mengetahui kekhususan minat riset, asal universitas, fakultas dan bahkan link profil mereka di website.

  1. Buatlah Proposal Riset/ Disertasi dengan Realistis

Maksud perlu ‘realistis’ di sini adalah jangan terlalu idealis, namun tetap sesuai dengan minat kita. Proposal riset saya untuk 3 program sebelumnya, dirasa suami dan ayah saya kurang realistis karena terlalu jauh dari kepentingan dan fokus penelitian di program studi/ fakultas atau minat riset profesornya serta kepentingan Indonesia (*nasionalisme muncul).

Saya dinilai terlalu idealis, karena memaksakan apa yang saya mau teliti tanpa melihat ‘kenyataan’ tersebut. Setelah dijedotkan dengan penolakan sebanyak tiga kali, akhirnya saya ‘sadar’ dan merombak total proposal riset saya dan mencoba lebih realistis dengan lebih mempertimbangkan fokus penelitian di jurusan dan minat Profesor ^___^”

Maka, untuk memastikan proposal kita “realistis” atau tidak, mintalah pendapat dan masukan dari orang-orang dekat yang kamu akui kapasitas atau paham tentang risetmu.

  1. Cek Website, Baca dan Catat Hal-hal Detail di Web Program Studi dan atau Universitas

Kadangkala, saking semangatnya kita dalam apply kampus, kita terlupakan dengan hal-hal detail yang penting. Dari pengalaman saya, saya harus berkali-kali membaca SEMUA isi website program studi yang saya inginkan supaya tidak terjadi kesalahpahaman. Sangat rugi jika kita tertolak karena simply urusan administratif.

  1. Siapkan Kelengkapan Aplikasi dan Proposal Riset Jauh-jauh Hari

Mungkin banyak dari kita yang memegang prinsip SKS (sistem kebut semalam) atau semakin mepet, semakin kreatif (*termasuk saya :p). Namun, dari pengalaman saya, prinsip mepet harus dibuang jauh-jauh, karena banyak printilan (hal-hal kecil) yang jika luput kita siapkan, itu berdampak pada timeline yang kita buat (terutama untuk hal-hal birokratis yang jika tahap 1 belum terselesaikan, maka tahap 2 tidak akan bisa dilakukan). Misalnya: rekomendasi dari dosen/ supervisor/ pembimbing kita.

Adapun untuk proposal riset, kumpulkan bahan materi dan bacaan yang relevan dengan minat studi dan risetmu sejak lama. Jangan hanya dikumpulkan, tapi harus dicicil untuk dibaca dan diolah menjadi sebuah proposal yang realistis.

  1. Jangan Pernah Patah Semangat oleh Penolakan

Untuk kita yang terbiasa ‘berhasil’ atau jarang menerima penolakan, maka berhati-hatilah ketika menghadapinya. Karena itu akan membuatmu semakin rentan patah semangat dan patah hati, bahkan nangis berhari-hari (*lebay). Bangkitkan dan tegakkan kembali semangat, luruskan niat, dan lihat kembali tujuan kita melanjutkan studi.

Selain motivasi internal (dari dalam diri), perlu juga motivasi external yang berasal dari orang-orang dekat yang kita percayai. Mereka akan sangat membantu kita untuk kembali ke jalan perjuangan, dan membantu dalam mengevaluasi kegagalan/ penolakan yang kita hadapi.

  1. Hindari Asumsi, Buktikan dengan Fakta

Seringkali dalam menjalani proses, otak kita dipenuhi dengan asumsi-asumsi. “Oh, mungkin gini, oh kayaknya gitu deh”, tapi tanpa bukti atau fakta yang jelas sumbernya dari mana. Maka dari itu, Jika ada hal yang masih tidak jelas/ asumsi, jangan ragu untuk mengontak CP dari program studi yang ingin kita daftar atau bertanya pada orang/ pihak yang tepat dalam memberikan jawaban yang jelas.

Dalam perjalanan, saya seringkali dihantui asumsi dan berprasangka buruk. Alhamdulillah, saya diingatkan oleh suami saya untuk membuktikan asumsi saya dengan bertanya. Misal: saya merasa tidak enak hati meminta rekomendasi dari Prof pembimbing saya saat kuliah S2. Saya berasumsi bahwa beliau sedang sibuk, dan sebal dengan saya yang sering merepotkan. Tapi, setelah saya berani bertanya, ternyata respon yang diberikan jauh dari asumsi saya. Prof. Pembimbing saya dengan sangat senang hati direpoti dan memberikan rekomendasinya.

Prinsipnya, malu bertanya, sesat di jalan! (*tapi jangan kebanyakan nanya-nanya juga kalau belum baca detail ^^”)

***

Sementara, itu dulu cerita dan pengalaman yang bisa saya bagi. Untuk tulisan lebih detail terkait proses teknis mendapatkan LoA dari program BIGS-OAS Bonn University, akan saya sampaikan kemudian. Selamat berjuang, wahai pencari ilmu🙂


[Share] Webinar Inspira: Studi di Taiwan & Persiapan LPDP

$
0
0

Berikut ini adalah link rekaman webinar yang diadakan oleh Inspira pada Jumat, 23 September 2016 yang lalu. Materinya seputar pengalaman saya selama studi di Taiwan dan proses seleksi beasiswa doktoral luar negeri LPDP ke Jerman.

Untuk materi PPT nya, bisa diunduh di tautan berikut: Materi Webinar Inspira

Adapun beberapa pertanyaan yang dibahas dalam webinar ini, sbb:

  1. Seberapa besarkah peluang pelajar dari Indonesia bisa mendapatkan beasiswa dari pemerintah Taiwan? Tips-tips penting apakah yang bisa mbak Chiku bagi untuk teman-teman yang ingin kuliah di Taiwan?
  2. Apa yang harus diperhatikan saat mendaftar beasiswa selain persyaratan dokumen yang sudah jelas? Step apa saja yang bisanya terlewatkan (kesalahan umum) dalam mendaftar beasiswa dan bagaimana cara mengatasinya?
  3. Jurusan apakah yang paling digemari pelajar indonesia untuk dipelajari ketika kuliah di Taiwan?
  4. Banyak teman-teman yang kadang bingung dalam menentukan jurusan. Misalkan ada dua jurusan yang benar-benar sesuai dengan apa yang mereka cari, prospek keduanya juga sangat bagus. Nah, berikan tips bagaimana cara menentukan pilihan akhir dari jurusan dan menyelaraskannya dengan rencana masa depan?
  5. Apakah mbak Chiku bisa menjelaskan bagaimana proses transfer jurusan atau pindah jurusan bagi yang nggak krasan atau nggak betah terhadap jurusan yang pertama kali dipilih? Atau mungkin buat teman-teman D3 yang ingin kuliah S1 di Taiwan?
  6. Hal yang harus dipersiapkan sebelum berangkat kuliah ke taiwan selain persyaratan akademik, berikan tips-tipsnya?
  7. Seberapa pentingkah penguasaan bahasa mandarin/ cina di taiwan? Atau dengan modal bahasa inggris dan sertifikat bahasa inggris saja kita sudah bisa kuliah di taiwan?
  8. Untuk pelajar, visa apa yang biasa digunakan? Jika dipertengahan kuliah masa berlaku habis, bagaimanakah prosesi memperpanjangnya?
  9. Seberapa pentingkah kita memiliki surat rekomendasi. Siapa sajakah yang pantas dan sebaiknya dimintai surat rekomendasi. Bagaimanakah tips untuk mendapatkan surat rekomendasi dari orang yang kita kehendaki?
  10. Dalam seleksi adminitrasi, kita harus menulis essay. Menurut mbak Chiku essay yang baik itu seperti apa sih, terutama untuk Sukses Terbesar dan Kontribusi bagi Indonesia. Mungkin bisa diberikan 3 poin penting untuk setiap essay.
  11. Nah, untuk essay Rencana Studi, apa yang harus kita tuliskan di dalamnya. Apakah kita juga perlu menuliskan rencana anggaran jika dalam tesis/ penelitian kita mengeluarkan dana?
  12. Dalam seleksi LPDP biasanya banyak pelamar yang gagal di wawancara. Sebenarnya gambaran dalam wawancara sendiri seperti apa sih mbak? Seperti apakah pertanyaan2nya, dan apa yang harus dipersiapkan?
  13. Mungkin bisa dijelaskan tentang LGD dan On The Spot Essay Writing itu prosesnya seperti apa dan apa yang harus dipersiapkan?
  14. Seperti apakah gambaran dalam mengikuti PK (Persiapan Keberangkatan), apa yang harus dipersiapkan untuk mengikuti PK?
  15. Di LPDP jika membawa anak/ istri kabarnya akan ditanggung biaya hidupnya walaupun tidak seluruhnya. Nah, jika saat melamar dan lolos kita belum menikah, dan setelah satu tahun kuliah menikah, apakah istri/ suami juga mendapatkan tunjangan?
  16. Berikan kesimpulan dan motivasi untuk teman-teman pelajar di Indonesia yang ingin mendaftar kuliah ke luar negeri menggunakan beasiswa LPDP/ Taiwan scholarship. Bagaimanakah cara terbaik untuk memantaskan diri agar bisa meraih beasiswa yang diinginkan?

InsyaAllah dalam kesempatan postingan berikutnya, akan saya usahakan untuk memaparkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas secara tertulis. Yosh, ganbarou!

Terima kasih banyak untuk Mas Imam dan rekan-rekan Inspira Book yang sudah mengundang saya untuk share di webinarnya. Mohon maaf apabila ada yang kurang berkenan dan kurang optimal baik secara teknis maupun konten (*gak dandan euy saya –> tutup mukaaa).



[Share] Informasi S2 di KWJ UI

$
0
0

Hari Kamis (27 Oktober 2016), saya berkunjung ke gedung Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia. Akhirnya saya berkesempatan mampir lagi ke almamater saya, Program Pascasarjana S2 Kajian Wilayah Jepang (KWJ) UI, setelah 6 tahun lalu lulus dari program ini (Agustus 2010 lebih tepatnya).

Kemarin, saya menyempatkan diri untuk bertemu dengan rekan-rekan seangkatan saya dan juga Andi sensei yang hadir dalam acara simposium ASJI (Asosiasi Studi Jepang Indonesia). Mereka hadir sebagai presenter dan peserta simposiumnya, sedangkan saya sendiri khusus datang sebagai penggembira (*maksudnya gak ikutan simposiumnya karena kondisi badan gak memungkinkan duduk lama).

Alhamdulillah, senang sekali rasanya bisa mampir ke prodi dan bertemu dengan teman-teman, sekaligus bernostalgia zaman masih mahasiswa dulu. Time flies so fast, bener-bener ndak terasa kalau sudah 6 tahun yang lalu. Hampir semua rekan saya sudah menjadi dosen/ pengajar Bahasa/ Studi Jepang di berbagai perguruan tinggi.

Nah, karena pertemuan kemarin itu, saya jadi teringat dengan beberapa email yang masuk ke inbox. Ada beberapa orang yang bertanya seputar apa dan bagaimana itu program S2 KWJ UI. Mereka mengetahuinya dari postingan blog saya tentang KWJ beberapa tahun yang lalu.

Mengingat website KWJ sekarang sudah tidak aktif lagi, jadi saya mencoba berinisiatif untuk memposting beberapa informasi umum tentang KWJ, khusus bagi rekan-rekan yang ingin lanjut ke program ini. Here it is, saya ketik ulang isi brosur KWJ UI yang terbaru dan saya copas beberapa dari website PPS UI. Semoga bisa memberi gambaran programnya.

===============================================================

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS INDONESIA

KAJIAN WILAYAH JEPANG

Program Studi Kajian Wilayah Jepang berbeda dari studi yang bersifat discipline oriented, seperti antropologi, arkeologi, sosiologi, linguistik, susastra, biologi dan semacamnya yang memusatkan perhatian utamanya pada studi yang berhubungan dengan kedisiplinan ilmunya. Sementara, Studi Kajian Wilayah merupakan suatu bidang studi yang bertitik tolak dari masalah, fenomena konkret yang muncul di ruang dan atau waktu tertentu dalam kesatuan sosial budaya wilayah yang bersangkutan.

Dengan gambaran demikian, Program Studi Kajian Wilayah Jepang membahas kesatuan sosial-budaya Jepang sebagai obyek kajian. Dalam konteks Kajian Wilayah Jepang, kajian bertujuan mengangkat masalah, fenomena kongkret yang muncul di ruang dan atau waktu tertentu dalam kesatuan sosial budaya Jepang.

Prodi mendapat dukungan dari the Japan Foundation dan lembaga lain untuk menghadirkan pengajar tamu dari Jepang, serta menyelenggarakan beasiswa bagi mahasiswa berprestasi dan beasiswa belajar bahasa Jepang di Jepang.

Program Studi KWJ menawarkan kesempatan bagi para sarjana dari berbagai cabang ilmu pengetahuan untuk mengembangkan keahlian yang bercorak interdisiplin. Selain itu juga bertujuan menghasilkan tenaga ahli yang mempunyai kemampuan menganalisis dan menangani masalah-masalah yang berkenaan dengan Jepang, serta mempersiapkan peserta program yang memiliki kemampuan untuk melanjutkan studi ke jenjang doktor.

KOMPETENSI LULUSAN

  1. Mampu menghasilkan karya tulis yang original, teruji dan bermanfaat bagi masyarakat dan ilmu pengetahuan serta mendapat pengakuan baik di tingkat nasional maupun internasional.
  2. Mampu mengkritisi maupun memecahkan permasalahan kebudayaan dan masyarakat dalam bidang kejepangan melalui pendekatan multidisiplin.
  3. Mampu menganalisis dan menangani masalah-masalah yang berkenaan dengan Jepang, khususnya yang berkaitan dengan budaya dan masyarakat Jepang.
  4. Memiliki kemampuan untuk menjadi tenaga pengajar pada strata S1 dalam bidang budaya dan masyarakat Jepang.

KURIKULUM KAJIAN WILAYAH JEPANG

Struktur kurikulum di KWJ berupa kuliah dan riset, dengan beban minimal 42 SKS dengan masa studi 4 semester (maksimal 6 semester). Mahasiswa yang tidak memiliki latar belakang pendidikan S1 Kejepangan, sebelum mengikuti kuliah reguler, perlu mendapatkan pengetahuan dasar melalui matrikulasi, tentang bahasa, masyarakat kebudayaan dan geografi Jepang di awal program.

MATA KULIAH WAJIB FAKULTAS:

  • Filsafat Ilmu dan Pendekatan Multi/Interdisiplin
  • Penulisan Akademik

MATA KULIAH WAJIB PROGRAM STUDI:

  • Perbandingan Budaya Jepang – Indonesia
  • Teori dan Metodologi Interdisiplin
  • Kajian Sejarah Jepang
  • Kajian Budaya dan Masyarakat Jepang
  • Kajian Budaya Spiritual Orang Jepang
  • Kajian Bahasa dalam Budaya dan Masyarakat Jepang
  • Kajian Budaya dan Masyarakat Dalam Sastra Jepang
  • Kajian Budaya Korporasi dan Manajemen Jepang
  • Kapita Selekta Studi Jepang

MATA KULIAH PILIHAN:

  • Bahasa, Kognisi, dan Kebudayaan
  • Bahasa Jepang I
  • Bahasa Jepang II
  • Teori dan Masalah Penerjemahan Jepang-Ind
  • Ekonomi Jepang
  • Sumber Daya Manusia Jepang
  • Budaya Diplomasi Jepang
  • Seni dan Estetika Jepang

Struktur Mata Kuliah tiap Semester

2016-10-28-12-35-43

BEASISWA

Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri (BPP-DN)

  • Beasiswa ini tersedia bagi dosen dan tenaga kependidikan di lingkungan Kemristekdikti yang memiliki motivasi tinggi untuk melanjutkan ke jenjang Magister dan Doktor di perguruan tinggi dalam negeri.

Beasiswa Unggulan KWJ UI – Japan Foundation

  • Disediakan bagi 3 mahasiswa setiap tahunnya. Mahasiswa yang terpilih akan mendapat beasiswa ini setelah lulus penerimaan mahasiswa baru di KWJ UI.

Beasiswa Mahasiswa Berprestasi KWJ UI – Japan Foundation

  • Diberikan kepada 3 mahasiswa berprestasi setiap tahunnya.

Beasiswa Belajar bahasa Jepang di Jepang

  • Pengiriman 2 orang mahasiswa per tahun ke Kansai Jepang dari Osaka Gas Foundation untuk belajar Bahasa Jepang selama 43 hari.

STAF PENGAJAR

  • Prof. Dr. Noerhadi Magetsari
  • Prof. Dr. I Ketut Surajaya
  • Prof. Dr. Bambang Wibawarta
  • Dr. S. Dahsiar Anwar
  • Dr. Bachtiar Alam
  • Dr. Ekayani Tobing
  • Dr. Etty N. Anwar
  • Dr. Kazuko Budiman
  • Dr. Sri Iswidayati
  • Dr. Sudung Manurung
  • Dr. Felicia N. Utorodewo
  • Dr. V. Irmayanti Budianto
  • Dr. Susi Ong
  • Dr. Iskandar Panjaitan
  • Dr. Shobichatul Aminah
  • Dosen tamu dari Jepang (setiap tahunnya, the Japan Foundation Jakarta akan mendatangkan dosen tamu dari universitas ternama di Jepang)

Untuk informasi persyaratan dan pendaftaran, biaya pendidikan dll, silakan cek website: http://penerimaan.ui.ac.id

Atau kontak Sekretariat KAJIAN WILAYAH JEPANG

Kampus Universitas Indonesia Depok
Gedung Pusat Studi Jepang Lt 1, Kampus UI Depok 16424

Telp : 021-7864830
Faks : 021-7864835
Email : kwj_ui@yahoo.com
Website : pps.ui.ac.id


[Share] Journey to Germany: LoA – Bonn University

$
0
0

Setelah sebelumnya di Part 1 saya berbagi pengalaman tentang proses perjalanan menuju studi di Jerman secara umum, di bagian ini saya akan membahas khusus bagaimana proses saya bisa mendapatkan LoA dari program The Bonn International Graduate School – Oriental and Asian Studies (BIGS-OAS).

Sesudah kesulitan, ada kemudahan. Alhamdulillah, saya merasakan betul makna dari perjuangan mendapatkan LoA di kampus Jerman (karena sudah ditolak berkali-kali). Setelah mendapat kepastian penolakan dari Hamburg University di bulan April 2016, saya mulai menyicil revisi proposal riset saya, sambil mempersiapkan aplikasi program yang ada di Bonn University.

Kenapa Bonn University? Karena setelah meng-googling, saya menemukan kecocokan antara program yang ditawarkan, kesesuaian minat saya, serta deadline aplikasinya di bulan Juni (banyak kampus lain yang sudah terlewat pendaftarannya yang mostly akhir/ awal tahun). –> hikmah dari pengalaman saya, kalau bisa, saat mencari LoA sebaiknya langsung daftar ke beberapa program/ kampus sekaligus. Kalau saya, tipenya satu per satu apply-nya. Kalau gagal, baru lanjut ke pencarian berikutnya. Ini agak berbahaya kalau waktunya mepet ^^”.

Saat browsing di website Bonn University, saya temukan 2 program doktoral yang sesuai dengan minat riset saya terkait Asian Studies yaitu di Program ZEF dan BIGS – OAS.  Mengingat batas waktu penyerahan LoA ke LPDP yang semakin mepet (6 months remaining), maka saya pun harus berkejaran dengan waktu. Terlebih, ada rezeki tak disangka-sangka di tengah perjuangan saya mencari LoA, yang menyebabkan saya harus menunda keberangkatan studi ke Jerman ke tahun 2017.  Saya merasa rezeki yang saya (dan suami) dapatkan ini jauh lebih prioritas, daripada memaksakan berangkat studi ke Jerman dalam waktu dekat.

Maka, sembari mempersiapkan aplikasi ke Bonn University, saya pun mencoba menghubungi CS LPDP terkait kemungkinan defer (penundaan) studi karena alasan kehamilan dan melahirkan. Juga kemungkinan dari program doktoral yang hendak saya daftar untuk memberikan LoA lebih awal (mid 2016) walaupun saya baru bisa intake kuliah mid 2017.

Alhamdulillah, saya mendapat sinyal positif dari CS LPDP dengan syarat saya tetap harus menyerahkan LoA sebelum batas waktu berakhir (Desember 2016), serta adanya persetujuan dari kampus yang saya apply untuk penundaan studi ke intake 2017.

Dan kemudahan lainnya saya dapatkan pula dari BIGS-OAS dan ZEF. Setelah saya mengirim email tentang kondisi saya, ZEF merespon dengan positif. Mereka meminta saya untuk segera memasukkan aplikasi saya, walaupun kemungkinan proses seleksi sampai tahap pengumuman memakan waktu sampai 3 bulan (padahal belum tentu keterima juga XD). Hal ini terjadi karena mereka perlu waktu untuk  menyeleksi berkas saya, serta mencari profesor yang bersedia dan available untuk menjadi supervisor saya di tahun 2017.

Adapun sinyal yang lebih positif saya dapatkan dari BIGS-OAS. Saya mendapat banyak bantuan dan kemudahan terkait kondisi saya di atas. Saya pun diminta untuk segera mengirimkan ringkasan proposal riset, dan kemudian menyusulkan aplikasi lengkapnya. Akhirnya, saya memilih untuk mendaftar ke BIGS-OAS dibandingkan ZEF karena pertimbangan waktu dan chance mendapatkan LoA (*pragmatis mode).

Oya, perlu menjadi catatan bahwa di program ZEF dan BIGS OAS, aplikan tidak perlu mengontak dan mendapatkan profesor terlebih dahulu. Justru dari program-lah yang akan mencarikan profesor yang sesuai dengan tema riset kita. Jadi, beda program studi, bisa beda case ya. Bisa jadi di program doktoral lainnya, mereka meminta dapat persetujuan profesor dulu baru kemudian berkas aplikasi lain menyusul.

==========================================

Berikut ini beberapa syarat dokumen yang harus saya lengkapi untuk aplikasi ke BIGS-OAS:

The application package must include the following documents:

  • a completed application form*
  • an outline of the proposed doctoral project
  • a curriculum vitae
  • two letters of recommendation
  • copies of all degrees received
  • a copy of the B.A. or M.A. thesis (or an equivalent final paper)
  • evidence of proficiency in the major source or field language relevant to source analysis or the dissertation project.
  • proof of proficiency in German or English (not applicable, if applicants are native speakers of German or/and English or if applicants have graduated from an German/English speaking university)
  • The application deadline is June 15 of any year. (Later applications may also be accepted.)
  • Please submit your application package as ONE PDF document via email.

Application requirements:

Applicants must hold a M.A. or equivalent with an above-average grade of „very good“ in a relevant doctoral studies discipline of BIGS-OAS from a German university or an equivalent degree from a foreign university (more information). The admission to the graduate program expects participants to have advanced German or English language proficiency (more information).

Proposed doctoral project:

Applicants are expected to conduct an outline of their proposed doctoral project on a maximum of six pages. Apart from a description of topics, the abstract should include the contribution to existing research, use of theoretical and methodological concepts, and also a preliminary working plan. Moreover, applicants must show evidence of proficiency in the major source or field language relevant to their dissertation project.

The outline proposed by the applicant will be considered as preliminary thoughts for possible doctoral projects. As a rule, participants do not join the program with a finished project plan, instead the first year of studies is designed for participants to formulate an adequate topic with researchers and/or scholars. Therefore the working title chosen at the beginning of the doctoral program can be changed after the first year.

Selection process:

The executive committee of BIGS-OAS selects the participants. Experts (a member of the subject or field from the university) can serve as a consultant during the selection process. An important decision criterion is the applicant’s academic qualification. Promising applicants will be contacted for a personal interview which takes place in August. These interviews can also be held in form of a telephone interview. All applicants will be notified by the end of August.

===========================

Setelah berjibaku merombak proposal (ini yang paling sulit) dan memenuhi semua persyaratan, saya pun kemudian mengirimkan aplikasi saya pada 1 Juli 2016. Beruntung, late application benar-benar masih bisa dipertimbangkan. Mungkin karena saya mendaftarnya untuk intake 2017 yaaa (?). hehehe…

Dan Alhamdulillah, setelah 20 hari aplikasi saya masuk, saya mendapatkan email pengumuman penerimaan di program BIGS – OAS, dan saya mendapatkan profesor, yang seorang etnolog dan ahli Indonesia. Beliau bersedia menjadi pembimbing saya di tahun 2017 nanti (*Alhamdulillah yaa Allah, sujud syukur TT___TT).

Dan sebulan kemudian (sekitar pertengahan Agustus 2016), saya pun resmi mendapat LoA pada program BIGS-OAS dan surat keterangan supervisi Profesor. Proses mendapatkan LoA ini pun setelah melalui serangkaian revisi agar sesuai dengan ketentuan dari LPDP dan aplikasi VISA Jerman (nanti) . *Alhamdulillah, terima kasih banyak untuk koordinator programnya yang sudah sabar dan berbaik hati membantu walaupun di Jerman lagi libur musim panas.

14138708_10157342452025402_5512131887939618982_o
Ini LoAnya

Setelah mendapatkan LoA ini, bukan berarti perjuangan sudah selesai. Masih banyak hal administratif dan birokrasi lainnya yang harus disiapkan. Jalan menuju Jerman masih panjang. Namun, semoga dimudahkan dan dilancarkan prosesnya hingga hari H keberangkatan dan mulai studi di Bonn nanti. aamiin….

PS: Intinya, saat proses mencari LoA teruslah berjuang  dan rajin-rajin berkomunikasi dengan program koordinatornya. Sesudah kesulitan, selalu ada kemudahan. Selamat berjuang, para pencari ilmu :)!


[Share] Seleksi Beasiswa LPDP Part 4: Interview

$
0
0

Di bagian terakhir dari serial postingan seleksi beasiswa LPDP, saya akan membahas tentang verifikasi dokumen dan wawancara.

Verifikasi Dokumen

Untuk tahapan ini, walaupun terlihat “mudah”, namun sifatnya sangat krusial dan penting dalam proses seleksi beasiswa LPDP. Verifikasi dokumen dilakukan bisa sebelum atau sesudah tahapan essay on the spot dan LGD, tapi PASTI dilakukan sebelum wawancara. Jika ada satu saja dokumen yang ditunjukkan tidak asli dan tidak sesuai dengan saat yang digunakan saat seleksi administrasi online, maka kita tidak bisa mengikuti seleksi wawancara (means kita gugur).

Oleh karena itu, jangan sampai ada dokumen yang tertinggal sebelum menuju hari H ujian. Jangan lupa untuk double check kelengkapan dokumen yang diminta untuk diverifikasi. Dokumen yang dibawa merupakan Dokumen Asli (Bukan Fotocopy/ Legalisir/ hasil Scan), dan dokumen tersebut diurutkan sesuai dengan ketentuan yang diminta (lembar kontrol verfikasi dokumen dan urutannya akan disampaikan melalui email bersamaan dengan jadwal seleksi).

download

Dokumen yang harus dibawa, antara lain:

  1. KTP (Kartu Tanda Penduduk) asli
  2. Print Lembar Kontrol Verifikasi Dokumen
  3. Print Out Formulir Pendaftaran
  4. Proposal Penelitian (Program Doktoral)
  5. Ijazah (S1/S2)
  6. Transkrip Nilai (S1/S2)
  7. Sertifikat TOEFL / IELTS/ Sertifikat Bahasa asing lainnya
  8. Surat Pernyataan Bermaterai
  9. Surat Ijin Belajar sesuai format LPDP (Bagi Yang sedang Bekerja/PNS)
  10. Surat Rekomendasi sesuai format LPDP
  11. LoA Unconditional/ Conditional (Bagi Yang sudah Memiliki)
  12. STR (Program Dokter Spesialis)
  13. Surat Berbadan Sehat dan Bebas Narkoba
  14. SKCK dari Polres
  15. Foto 3×4/ 4×6 berwarna 1 lembar untuk ditempel di Kartu Peserta (untuk seleksi)

Nah, untuk verifikasi dokumen ini, peserta akan dibagi menjadi beberapa gelombang jadwal. Jadi dicek saja kapan jadwal verifikasinya. Kemudian, tiap peserta yang akan diverifikasi dokumennya akan dipanggil satu per satu ke meja verifikator, jadi gak usah khawatir akan berdesak-desakan dan rebutan siapa duluan. Yang penting siapkan telinga saat dipanggil dan bersabar aja ya😀

WAWANCARA

Untuk bagian wawancara, ini yang paling bikin deg-degan. Tiap calon awardee pasti punya cerita dan pengalaman tersendiri. Dari info yang saya dapatkan dari rekan-rekan yang pernah wawancara, ada beberapa pertanyaan dari interviewer yang sangat substantif alias terkait dengan riset. Ada yang mix antara kehidupan pribadi plus substantif. Bahkan ada juga pertanyaan yang gak disangka-sangka.

Tapi paling tidak ada beberapa persamaan dalam proses wawancara:

  1. Ada 3 interviewers: 1 orang psikolog (yang akan memperhatikan sikap dan psikologis kita), 1 orang ahli bidang kita (minimal doktor/ professor), dan 1 orang lagi biasanya profesional (praktisi) atau akademisi.
  2. Bahasa yang digunakan dalam wawancara disesuaikan dengan tujuan (dalam negeri atau luar negeri). Karena saya program doktoral luar negeri, jadi mulai duduk sampai pamitan, all conducted in English.
  3. Interviewer biasanya baru membaca profil lengkap dan rencana studi kita saat kita sampai di meja interview. Jadi, saat ditanya, presentasikan dengan selengkap-lengkapnya proposal rencana riset kita (tapi ya jangan kepanjangan). Jangan sampai bohong juga, karena biasanya interviewer akan kroscek informasi yang kita submit online dengan jawaban lisan kita.
  4. Perkenalan diri. Di awal pasti diminta perkenalan diri, nama, latar belakang studi, mau kuliah di mana, mengapa, dan belajar/ riset apa.

Nah, selain pertanyaan di atas, ada beragam variasi pertanyaan yang kita gak bisa prediksi. Beda interviewer, beda orientasi pertanyaannya. Saran saya, keep calm dan tetep be yourself.

Kalau pengalaman saya, beberapa pertanyaan yang ditanyakan adalah sbb:

  1. Perkenalan diri secara singkat.
  2. Presentasi proposal riset dan beberapa pertanyaan substantif riset terkait latar belakang, rumusan masalah, teori, dan metode.
  3. Apa manfaat riset bagi Indonesia?
  4. Mengapa memilih Jerman? Mengapa tidak di Asia (*mengingat minat studi saya adalah Asian Studies)
  5. Rencana pasca-studi S3.

Alhamdulillah selama proses wawancara, saya bisa menyampaikan dengan lancar. Walaupun sempet keringat dingin karena “agak dibantai” dengan serangkaian pertanyaan substantif terkait riset saya. Berasa seperti sidang skripsi/ tesis lagi. hehehe…

Di akhir wawancara, salah satu interviewer memberikan beberapa masukan substantif terkait proposal riset saya. Menurut beliau, saya sebaiknya mengubah sudut pandang riset supaya lebih general dan implementatif untuk konteks di tanah air.

Kira-kira begitu gambaran singkat proses wawancara saya.

Nah, setelah menunggu kira-kira 3-4 pekan setelah jadwal seleksi substansi, akhirnya hari pengumuman pun tiba. Alhamdulillah, pada 21 Desember 2015 sore pukul 16.30 saya mendapat email notifikasi tentang penerimaan beasiswanya, dan saya resmi menjadi salah satu dari 1000-an awardee BPI LPDP Batch IV tahun 2015. Allahu Akbar! (*sujud syukur).

Pengumuman beasiswa LPDP hanyalah awal mula dari proses panjang. Masih banyak proses dan perjuangan lain yang menanti (*persiapan PK dan juga pencarian LoA. Juga persiapan administratif untuk keberangkatan lainnya). Bismillah, semoga dilancarkan, diberkahi dan diridhoi Allah swt hingga hari H keberangkatan ke Jerman tahun 2017 nanti. aamiin…

Semangat dan selamat berjuang ya, para pejuang ilmu🙂


[Review] J-Drama – Kounodori

$
0
0

800px-kounodori-main

Perjalanan menjalani proses kehamilan selama 40 minggu, plus 3 hari di ruang bersalin, plus 2 hari di ruang rawat, ditambah lagi 3 minggu menjalani peran sebagai emak-emak baru, memberikan pengalaman yang sungguh luar biasa buat saya.

Maka dari itu, saat tahu ada dorama Kounodori dari postingannya Ikkyu-mama alias jeng Riska di SINI, akhirnya saya pun langsung menontonnya (*nontonnya sambil nyambi ngemong anak). It’s been a long time not watching dorama. hahaha….

Dari dorama ini, saya semakin memahami dan mengamini bagaimana resiko para ibu dan calon bayi selama kehamilan dan persalinan. Saya harus banyak bersyukur karena saya dan debay bisa melewati proses hidup-mati ini dengan selamat dan sehat hingga sekarang. Alhamdulillah…

Selama ini, saat melihat teman saya yang hamil – melahirkan, saya kira proses tersebut mulus-mulus aja. Hahaha ^^”. Tapi kalau dipikir-pikir, asumsi ini muncul karena keterbatasan pengetahuan saya dan juga jarang banget ada orang yang share di sosial media terkait duka dan pahitnya menjalani kehamilan dan persalinan. So, saat mengalaminya sendiri, saya baru ngeh kalau hamil – melahirkan tidak semudah yang saya bayangkan sebelumnya. 

Selain proses kehamilan dan persalinan itu sendiri, saya juga jadi belajar banyak tentang dunia per-obsgin-an dari dokter kandungan saya (dr. Kartini, Sp.OG) dan para bidan di RSIJ Pondok Kopi tentang suka duka mereka. Sehingga, saat saya menonton 10 episode dorama Kounodori ini, saya bisa memahami betul bagaimana situasi dan kondisi para dokter kandungan dan bidan yang membantu para ibu dan calon bayi untuk bisa melewati proses penuh resiko tersebut.

Banyak filosofi dan nilai pelajaran yang bisa kita ambil dari dorama ini. So, it’s really worth to watch, especially buat para calon ibu yang sedang diamanahi salah satu “keajaiban” yang Allah swt berikan khusus untuk para perempuan, juga para calon dokter yang berencana untuk jadi dokter spesialis kandungan (*ayo dong, banyakin dokter kandungan perempuan XD).

Untuk menonton dorama ini, bisa streaming di: http://kissasian.com/Drama/Kounodori

Selamat menikmati dan mencari hikmahnya🙂


[Share] Legalisir Buku Nikah di KUA & Kemenag RI

$
0
0

Berhubung waktu tinggal 8 bulan lagi menjelang keberangkatan, maka segala urusan administratif untuk visa harus disiapkan dari sekarang. Terlebih kalau mau langsung boyongan bawa pasangan dan anak, berkas adminnya lebih banyak dan complicated.

Nah, dalam postingan ini saya akan berbagi pengalaman mengurus salah satu syarat urus berkas visa Jerman, yaitu legalisir Kutipan Akta Nikah (atau yang kita kenal dengan buku nikah). Syarat ini ditujukan untuk pengajuan visa kumpul keluarga alias bawa pasangan (suami or istri).

Proses legalisir buku nikah ini lumayan panjang. Gak sulit, tapi memang diperlukan kesabaran, wira wiri dan waktu untuk mengurusnya. Terlebih bagi yang domisilinya di luar Jakarta, hal ini jadi pertimbangan untuk mengurusnya sendiri atau minta tolong jasa agen.

Untuk urus legalisir buku nikah syarat visa Jerman, begini urutannya:

  1. KUA tempat diterbitkannya buku nikah (KUA kecamatan)
  2. Kementerian Agama RI di Jakarta
  3. Kementerian Hukum dan HAM RI
  4. Kementerian Luar Negeri
  5. Penerjemah Tersumpah Bahasa Jerman
  6. Kedutaan Besar Jerman di Jakarta

Di postingan ini, saya hanya akan menjelaskan proses legalisir buku nikah di KUA dan Kementerian Agama RI. Untuk Kementerian Hukum dan HAM serta Kementerian Luar Negeri akan saya sampaikan di postingan selanjutnya.

Berikut adalah persyaratan dan prosedur legalisir KUA Kecamatan dan Kementerian Agama RI:

KUA Kecamatan

    Proses legalisirnya dilakukan di KUA tempat diterbitkannya buku nikah. Maksudnya, banyak pasangan yang melakukan akad nikah di tempat yang bukan domisilinya.

    Contohnya: Saya domisili Pondok Gede dan KTP Bekasi, sedangkan suami pada saat itu domisili Tangerang dan KTP Sleman. Tapi kami melakukan akad nikah di Kecamatan Kertek, Wonosobo, Jawa Tengah. Sehingga KUA penerbit buku nikahnya adalah KUA Kec. Kertek. Nah, sekarang ini kami domisilinya di Bekasi, jadilah untuk legalisir buku nikah harus ke Wonosobo. Saya meminta bantuan pakdhe saya di Wonosobo untuk melakukannya. 

    Untuk legalisir, syaratnya:

      1. Dua (2) buah buku nikah asli (suami dan istri)
      2. Empat (4) lembar fotokopi buku nikah bagian halaman data suami istri dan halaman mahar.
      3. Biaya legalisir: seikhlasnya (sesuai dengan kebijakan masing-masing KUA. Seharusnya sih gratis)
      4. Waktu pengerjaan: 1 hari kerja (kadang bisa ditunggu)

      Legalisir di Kementerian Agama RI di Jakarta

      Setelah selesai dari KUA kecamatan, lanjut ke Kementerian Agama RI.

      • Alamat: Kementerian Agama RI, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Bagian Kepenghuluan (Lantai 7), Jalan MH. Thamrin Nomor 6 Jakarta Pusat 10700
      • Telepon: 021-3920245 (Bagian Kepenghuluan)

      Syarat yang diperlukan dan prosesnya :

      1. Buku nikah asli (2 buah, suami-istri)
      2. Fotokopi buku nikah yang telah dilegalisir oleh KUA Kecamatan penerbit buku nikah (3 x)
      3. Fotokopi KTP/ surat keterangan domisili pemohon (suami atau istri) (1 x)
      4. Mengisi formulir permohonan legalisasi (diisi di tempat)
      5. Biaya: gratis
      6. Waktu proses: 30 menit – 45 menit
      7. Jam Pelayanan : 08.00 – 14.00 WIB
      8. Apabila legalisir diurus oleh pihak ketiga, wajib menyerahkan surat kuasa bermaterai Rp 6.000 dan fotokopi KTP yang diberi kuasa dan yang memberi kuasa.

      Saat mengurus legalisir di Kementerian Agama ini, saya bersama suami datang kepagian. Berangkat jam 05.30 dari rumah, sampai di lokasi jam 06.20. Meski begitu, Lebih baik datang kepagian daripada kesiangan dan terjebak macet arus berangkat kerja.

      Sambil menunggu jam buka kantor (pukul 08.00), kami menunggu di kantin Kemenag yang letaknya di lantai dasar gedung dekat gerbang masuk (*klo bingung, silakan tanya pak satpam). Lagipula, karena berangkat pagi-pagi, kami belum sempat sarapan. Untuk mengisi perut yang kosong, kami memesan bubur ayam komplit. Cukup membayar Rp 10.000,- per porsi.

      Sekitar pukul 08.00 kurang, kami menuju lobi gedung utama, kemudian mengisi buku tamu di resepsionis. Nah, di lobi utama ini tidak ada tempat duduk, jadi kalau mau menunggu either duduk di kantin atau langsung ke lobi bagian kepenghuluan lantai 7.

      Saat itu, sayangnya lift dalam keadaan mati karena masalah teknis. Walhasil, kami naik tangga ke lantai 7. Silakan dibayangkan seperti apa rasanya ^^”. Rezeki, dapat kesempatan olahraga pagi XD.

      Sesampainya di lantai 7, langsung menuju meja resepsionis bagian kepenghuluan. Sampaikan keperluan kita, dan bapak resepsionisnya akan memberikan lembar syarat serta formulir permohonannya. Sambil mengisi formulir (*jangan lupa bawa bolpoin sendiri ya), lengkapi persyaratan yang diminta. Kemudian, serahkan semua berkas dan formulir ke bapak resepsionis, dan kemudian kita diminta menunggu. Alhamdulillah ada kursi kosong, jadi bisa istirahat (*setelah naik tangga).

      Setelah selesai proses legalisasi (sekitar 45 menit), kita akan dipanggil resepsionis. Setelah menerima legalisirnya, kita perlu mengisi buku tanda terima. No need to pay any cent, legalisirnya gratis

      Tampilan cap Legalisir Kemenag RI

      Alhamdulillah, proses di sini selesai. Melangkah ke tahapan legalisir selanjutnya! Tapi sebelum itu, perjuangan menuruni tangga 7 lantai dulu ^^”.


      [Share] Legalisir Kemenhukam & Kemlu RI

      $
      0
      0

      Lanjut lagi sharing pengalaman mengurus legalisir dokumen. Jika sebelumnya saya berbagi kisah mengurus legalisir buku nikah di KUA dan Kemenag RI, di sini saya akan share tentang mengurus legalisir di Kementerian Hukum dan HAM (Kemenhukam) serta Kementerian Luar Negeri (Kemlu).

      Pengurusan legalisir dokumen di dua kementerian ini tidak hanya untuk buku nikah saja, tetapi juga dokumen lainnya. Dalam hal syarat visa kumpul keluarga ke Jerman, diperlukan pula legalisir akta kelahiran anak. 

      Untuk akta kelahiran anak, ada yang mengatakan bahwa perlu legalisir dahulu ke disdukcapil (Dinas Pendudukan dan Catatan Sipil) di Kabupaten/ Kota tempat terbitnya akta kelahiran. Tapi untuk akta kelahiran anak saya, tidak perlu. Langsung mengurus di Kemenhukam. Mungkin karena anak saya lahir tahun 2016, dan aktanya baru saja terbit Januari 2017 kali ya? 

      Selain buku nikah dan akta kelahiran, untuk syarat visa studi, di negara lain ada yang meminta pula legalisir ijazah dan transkrip nilai berbahasa Inggris. Itu terjadi saat saya mengurus visa studi ke Taiwan tahun 2012 lalu. So, semoga informasi di sini bisa sekaligus memberi gambaran bagi yang hendak mengurus legalisir dokumen lainnya di lembaga ini.

      Kementerian Hukum dan HAM RI

      Prosedur pengurusan legalisir dokumen di Kemenhukam saat ini sudah jauh lebih mudah, nyaman dan transparan. Saya ingat betul waktu mengurus legalisir ijazah tahun 2012, birokrasinya masih ribet, tidak teratur dan rawan pungli.

      Untuk mengurus legalisir di sini, berikut prosedurnya:

      Lokasi

      Kementerian Hukum dan HAM RI, Dirjen AHU (Administrasi Hukum Umum), Lantai 3, Jln. HR. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan. Lihat peta

      Dokumen dan perlengkapan yang diperlukan untuk legalisasi buku nikah (*copas edit dari blognya mas Yohan):

      1. Buku nikah asli yang telah dilegalisir oleh Kemenag (2 buah)
      2. Fotokopi buku nikah asli yang telah dilegalisir oleh Kemenag (1 lembar)
      3. Fotokopi KTP suami/ istri (1 lembar)
      4. Map (1 buah saja untuk berbagai dokumen)
      5. Materai 6000 sebanyak dokumen yang dilegalisir (termasuk kalau mau melegalisir fotokopian dokumen)
      6. Kertas kosong tambahan dibuat seukuran buku nikah untuk ditempel di buku (1 lembar untuk tiap buku). Fungsi kertas tambahan ini untuk membubuhkan legalisasi dari Kemhukam dan Kemlu (karena space di buku nikah terbatas). Untuk dokumen lain seperti akta kelahiran dan ijazah, tidak perlu kertas tambahan karena legalisasi akan dibubuhkan di bagian dokumen yang kosong.
      7. Gunting dan lem kertas untuk menempel kertas tambahan di buku nikah.
      8. Mengisi formulir permohonan legalisasi (formulir isi di tempat)
      • Biaya : Rp 25.000/ dokumen
      • Lama Proses : 3-4 hari kerja
      • Jam Pelayanan : 08.30 – 14.30 WIB
      • Untuk dokumen lainnya seperti ijazah, transkrip nilai, dll, baik dokumen asli maupun fotokopiannya, syaratnya kurang lebih sama. 
      • Pastikan yang hendak dilegalisasi di Kemenhukam dan Kemlu sudah dilegalisasi di tempat asal terbitnya (misal: fakultas/ universitas)

      Proses Permohonan

      Setelah selesai dari Kemenag, saya dan suami langsung ke Kemenhukam. Dirjen AHU letaknya di gedung sebelah kanan gerbang masuk kementerian, warnanya pink. Lokasi loket legalisasinya ada di lantai 3. 

      Sesampainya di lantai 3, kita perlu mengambil kertas antrian dari mesin (seperti di bank). Nah, yang membuat saya nyaman adalah ruangannya bagus, bersih dan ber AC. Juga banyak tempat duduknya. Jadi gak bakal pegel kalau nunggu antrian lama.

      Setelah dipanggil sesuai nomor antrian, kita menuju counter yang ditunjuk. Berkas diserahkan dan dicek kelengkapannya oleh petugas. Sambil kita mengisi formulir permohonannya. Kemudian, kita diberi tanda pembayaran. 

      Nah, yang cukup unik adalah sistem pembayarannya dilakukan dengan mengetik dan print voucher pembayaran sejumlah dokumen yang dilegalisir (3 voucher untuk 3 dokumen) di komputer dan printer yang tersedia di sana. Saya sempat bingung bagaimana mekanisme pengajuan vouchernya. Akhirnya saya nyontek orang di sebelah saya XD.

      Pada intinya, kita memilih pilihan “Perdata Umum”, kemudian legalisasi dokumen. Setelah itu, kita mengisi data kita (nama, email, nomor hp). Setelahnya, submit dan unduh file voucher untuk di print. Jumlah voucher yang diketik dan diprint sebanyak jumlah dokumen yang dilegalisir. Tiap voucher pembayaran bernilai Rp 25.000,-.

      Setelahnya, kita mengambil kartu antrian pembayaran di mesin, then voucher kita serahkan ke loket bank BNI di ruang yang sama. Bukti pembayaran dari bank kemudian diserahkan ke petugas counter dimana kita menyerahkan berkas sebelumnya. Kita akan mendapatkan nota untuk pengambilan berkas yang sudah dilegalisir.

      Kelihatannya agak ribet, terutama karena ada sesi ngetik dan ngeprint voucher. Tapi saya berbaik sangka, ini untuk mencegah pungli dan pembayaran dapat di-record oleh sistem secara online.

      Empat hari kemudian, saya mengambil berkas yang sudah dilegalisir. Jangan lupa untuk mengambil kertas antrian lagi ya.

      Legalisir Kemenhukam

      Setelah dari Kemenhukam, saya berencana untuk langsung ke Kemlu. Tapi sebelumnya, hasil legalisir buku nikah dan akta kelahiran harus difotokopi dulu untuk syarat legalisir di Kemlu. 

      Fotokopian terdekat yang ada di kompleks Kemenhukam ada 2: 

      1. Fotokopian di basement gedung HAKI bagian belakang.
      2. Fotokopian di lantai 2 gedung kantin di parkiran belakang kompleks.

      Biaya fotokopinya Rp 150 per fotokopi. Oya, fotokopi buku nikah dan akta kelahiran yang sudah dilegalisirnya bolak balik ya.

      Kementerian Luar Negeri RI

      Setelah dari Kemenhukam, saya langsung menuju Kemlu yang lokasinya sekitar 7,5 km dari Kemenhukam. 

      Perkiraan waktu kalau gak macet

      Sesampainya di Kemlu, tanya saja ke security gerbang, gedung mana untuk pelayanan publik.

      Ohya, ini alamatnya:

      Kementerian Luar Negeri RI, Loket Pelayanan Publik
      Jl. Pejambon No. 6, Jakarta Pusat

      Dokumen yang diperlukan:

      1. Map kuning (1 buah)
      2. Dokumen asli yang sudah dilegalisir oleh Kemenag (untuk buku nikah) dan Kemenkumham (buku nikah dan dokumen lainnya)
      3. Fotokopian dokumen asli yang sudah dilegalisir Kemenag (buku nikah) dan Kemenhukam (buku nikah dan dokumen lainnya) sebanyak masing-masing 1 lembar per dokumen, fotokopi bolak-balik
      4. Fotokopi KTP (1 lembar)
      • Biaya: Rp 25.000/ dokumen (per Februari 2017)
      • Lama Proses: 2 hari kerja
      • Jam Pelayanan : 08.30 – 16.30 WIB
      • Jangan lupa bawa bolpoin sendiri

      Proses Permohonan

      Sesampainya di Gedung Pelayanan Publik, kita akan ditanya security keperluannya apa. Kemudian security akan membantu memberikan formulir permohonan legalisir. 

      Setelah mengisinya, kita ambil kertas nomor antrian dari mesin. Sama seperti di Kemenhukam, tempat pelayanan legalisirnya cukup nyaman karena dilengkapi mesin antrian, tempat duduk yang banyak, dan ber AC (ini penting banget!).

      Tidak menunggu lama, antrian saya tiba giliran. Di loket, saya menyerahkan berkas-berkasnya, kemudian petugas mengecek kelengkapan. Setelah itu langsung disebutkan nominal total pembayarannya. Kita membayar langsung di loket tersebut dan diberi tanda pembayaran yang juga menjadi tanda pengambilan dokumen. Waktu pemrosesannya 2 hari kerja.

      Setelah 2 hari, alhamdulillah dokumen saya sudah jadi dan bisa diambil. Proses pengambilannya juga mudah, tinggal ambil kertas antrian dan menyerahkan tanda pembayaran. 

      Legalisir Kementerian Luar Negeri RI

      Alhamdulillah proses legalisir dari Kemenag, Kemenhukam dan Kemlu selesai. Tinggal menuju tahap akhir, legalisir di kedutaan dan translasi oleh penerjemah tersumpah.

      Hasil Akhir Legalisir Buku Nikah di Kemenag, Kemenhukam dan Kemlu

      [Share] Membuat Paspor Bayi

      $
      0
      0

      Sebagai bagian dari proses administratif untuk ke luar negeri, satu hal yang pasti adalah membuat PASPOR. Hal ini juga berlaku untuk bayi sekalipun. Oleh karenanya, saya pun mulai menyusun strategi sejak sebulan yang lalu dan berjuang ngantri-ngantri lagi hari ini.

      Berdasarkan info dari kakak saya yang baru saja membuat paspor Januari lalu, antrian di kantor imigrasi Bekasi sudah ramai sejak pagi-pagi. 

      Akhirnya saya pun berangkat dari rumah pukul 05.30 dan sampai di Kanim Bekasi jam 06.10. Sesampainya di sana, sungguh luar biasa. Antrian di depan gerbang Kanim sudah mengular panjang, padahal gerbang baru dibuka pukul 06.30. Berdasarkan info dari penjual materai keliling yang membantu mengurus barisan antrian, biasanya orang-orang sudah mulai mengantri dari jam 4 pagi. Subhanallah 😄

      Suasana jam 6.15 pagi. Gapura di ujung itu Kantornya. Bisa dibayangin berapa panjangnya antrian.

      Mengapa sebegitunya? Hal ini karena ada batas maksimal pemohon walk in hanya 250 orang saja per hari, sehingga mau nggak mau memang harus datang pagi untuk dapat nomor antrian dan gak kehabisan.

      Selain itu, entah mengapa sistem pendaftaran online paspornya sedang under maintenance dalam waktu yang cukup lama. Sehingga, opsi satu-satunya adalah dengan pendaftaran manual (walk in) langsung di kanim.

      Saat mengantri pengecekan dokumen asli dan pengambilan nomor antrian, saya mendapat nomor 107 sekitar pukul 07.20. Lumayan lah berdiri sejam lebih. Jadi siap-siapin aja tenaga, hiburan dan cemilan sarapan selama mengantri 😀

      Oh ya, berhubung kasihan si dedek bayi kalau ikut ngantri pagi-pagi, ada baiknya yang ngantri ngambil nomor adalah ayah atau ibunya si debay. Kita berangkat duluan habis subuh. Debay baru datang nyusul setelah urusan nomor antrian beres supaya gak kelamaan nunggu dan rewel.

      Nah, berikut ini syarat dokumen untuk pembuatan paspor baru bayi:

      1. E-KTP Asli dan 1 fotokopi e-KTP kedua orang tua (Fotokopian KTP ortunya dijadikan satu dalam 1 lembar kertas A4 yang sama, tidak dipotong)
      2. Akta kelahiran anak asli dan 1 fotokopi
      3. Kartu Keluarga (KK) asli dan 1 fotokopi. Pastikan anak yang akan dibuatkan paspor sudah masuk di KK tsb.
      4. Buku nikah ortu dan 1 fotokopi
      5. Paspor asli orang tua dan fotokopi
      6. Formulir permohonan paspor (dikasih di Kanim, gratis)
      7. Formulir pernyataan belum memiliki paspor (dikasih di Kanim, gratis)
      8. Formulir pernyataan orang tua (dikasih di Kanim, gratis)
      9. Materai 6000 rupiah sebanyak 2 (dua) lembar untuk formulir pernyataan nomor 7 & 8.
      10. Bawa alat pendukung: lem kertas untuk menempel materai, bolpoin warna hitam dan botol minum.
      Syarat pembuatan paspor

      Dokumen asli akan dicek dan diperlihatkan saat pengambilan nomor antrian. Pastikan syarat-syarat di atas disiapkan ya. Kalau gak lengkap, akan ditolak dan terpaksa ngantri lagi. Saat saya antri, banyak kasus orang yang tidak membawa dokumen aslinya, karena mengira hanya akan ambil nomor.

      Kalau belum ada fotokopian dokumen or ada yang belum sesuai formatnya dan juga belum bawa materai, jangan khawatir. Di dekat Kanim ada tempat fotokopian dan penjual materai. Sayangnya saya kurang tahu harganya berapa.

      Lanjut lagi ceritanya. Setelah mendapat nomor antrian, saya masuk ke ruang Kanim. Alhamdulillah tempatnya sudah jauh lebih nyaman dibanding saat saya ke sana tahun 2015 lalu. Renovasi sudah selesai. Ruangannya ber-AC, lantai marmer bersih, kursi pengunjung yang banyak, ada sistem antrian yang jelas, dispenser + air minum gratis dan ruang menyusui.

      Kemudian, saya pun duduk sambil mengisi formulir. Setelah saya selesai mengisi formulir, sekitar jam 8 saya mengontak ortu di rumah untuk datang membawa debay. Perjalanan dari rumah ke Kanim Bekasi sekitar satu jam.

      Sekitar jam 8.30  saya pun mengantri untuk submit dokumen ke customer service. Walaupun saya dapat nomor 107, tapi ada pengecualian untuk bayi dan manula. Bisa langsung submit dokumen tanpa menunggu antrian (*saya nunggu dan menyesuaikan waktu dedek mandi, siap-siap dan perjalanan ke Kanim Bekasi). Alhamdulillah saya dapat nomor antrian foto dan wawancara nomor 34. 

      Kalau normalnya, untuk proses submit dokumen nomor 100an baru bisa dilakukan jam 10-11, dan foto wawancara sekitar jam 14.

      Saat ibu saya dan dedek tiba di Kanim jam 9, alhamdulillah pas banget dipanggil untuk giliran foto. Sesi pengambilan foto pun gak terlalu susah. Dek zahra cukup kooperatif, sekali jepret langsung oke. Fotonya walaupun bermuka cemberut galak, tapi mata fokus ke kamera dan kepala tegak. Hehehe… 

      Overall, dedek langsung masuk, cek ulang data untuk paspor, jepret foto, trus pulang. Gak sampai 15 menit selesai :D. 
      Walaupun dedek udah bisa pulang, saya tetap harus menyelesaikan proses birokrasi yang tersisa. Saya perlu mengambil bukti resi pembayaran, kemudian membayarnya di teller bank saat perjalanan pulang. Total biayanya adalah Rp 355.000,- untuk paspor 48 halaman. Paspor baru bisa diambil setelah 5 hari kerja. InsyaAllah pekan depan Dek Zahra punya paspor :). 

      Bismillah. One step closer to go to Germany. Semoga lancar!



      [Story] Lika-liku Menjadi Ibu (1)

      $
      0
      0

      Setiap ibu memiliki pengalaman proses kehamilan dan persalinannya masing-masing. Maka, janganlah kita men-judge atau membanding-bandingkan kondisi kehamilan dan persalinan, seharusnya begini-begitu.

      Sebelum mengalaminya sendiri, saya berasumsi kalau hamil dan melahirkan tu lancar-lancar aja, tanpa “drama”. Proses selama hamil, “palingan” mual-mual aja. Kemudian, 9 bulan setelahnya hadirlah sesosok bayi imut nan lucu. Sebegitu “mudah”nya.

      Ah, tapi asumsi itu ada karena saya tidak tahu apa-apa. Saya baru sadar setelah mengalaminya sendiri, bahwa proses kehamilan sampai melahirkan itu penuh dengan resiko dan bahaya, baik untuk janin maupun ibunya.

      ***

      Saya baru tahu kalau saya hamil di pertengahan bulan April 2016. Saat itu, saya merasa sering pusing dan mata tiba-tiba menjadi kabur saat bekerja di kantor. Saya pikir, itu karena kelelahan memandang monitor komputer selama berjam-jam, terutama setelah sekian lama off dari dunia kerja. Tapi ternyata, haid saya terlambat 10 hari. Maka dari itu, barulah saya dan suami memberanikan diri membeli test-pack untuk memastikannya.

      Saat tahu positif hamil, saya sangat bahagia bercampur khawatir. Apakah saya siap menjalani 9 bulan penuh perjuangan tersebut? Setelah itu, barulah saya baca-baca seputar kehamilan. Duh, terlambat saya baca dan belajar. Seharusnya pengetahuan ini saya dapatkan sebelum hamil. Tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.

      Membaca pengetahuan seputar dunia hamil, sungguh membuat deg-degan. Ternyata ada banyak do’s and don’t nya. Tidak boleh sembarangan makan apalagi minum obat. Belum lagi masukan dan tips dari orang-orang yang “sangat perhatian”.

      Di sini kita harus jeli, mana informasi yang benar, mana yang mitos. Maka dari itu, perlu sumber bacaan yang dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan kebenarannya. 

      Saya sempat dimarahi oleh teman saya karena menggunakan balsem. Untuk mengurangi mual dan pusing (*dan karena faktor kebiasaan juga), saya selalu menggunakan balsem. Tapi teman saya “melarang” bahwa balsem itu gak boleh dipakai ibu hamil karena bisa membuat janin kepanasan. Saya pun menjadi panik dan khawatir. Tapi supaya lebih tenang, saya berkonsultasi dan tanya ke dokter kandungan tiap kali ada info yang meragukan. Alhamdulillah, kata beliau balsem aman dipakai 🙂

      Oya, salah satu sumber informasi dan pengetahuan kehamilan yang recommended bisa didapatkan dari BABY CENTER. Informasi di website ini juga bisa kita baca melalui hand-phone dengan install apps-nya, sehingga lebih praktis.

      Sementara itu dulu di bagian pertama seri “lika liku menjadi ibu”. Semoga bisa bermanfaat, terutama buat saya pribadi sebagai rekam pengalaman ke depan :).

       


      [Share] Legalisir Kedutaan Jerman

      $
      0
      0

      Alhamdulillah, akhirnya urusan melegalisir dokumen untuk syarat visa selesai juga. Tahap akhir legalisir setelah dari kementerian-kementerian adalah di Kedutaan Jerman di Jakarta.

      Untuk visa kumpul keluarga, diperlukan legalisir akta/ buku nikah (untuk suami/ istri) dan akta kelahiran untuk anak. Maka, untuk memenuhi syarat ini, kemarin (Senin, 29 Mei 2017) saya mengurusnya sendiri secara langsung di kedutaan.

      Alamatnya:

      German Embassy
      Jl. M.H. Thamrin No.1, RT.1/RW.5, Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10310
      (021) 39855000

      https://goo.gl/maps/kvFtYjV3Nbq

      Karena saya menggunakan motor dari rumah Bekasi ke sini, jadi perlu tempat parkir terdekat. Saran dari kawan, kalau bawa kendaraan sendiri (motor atau mobil) bisa parkir di Gedung Ghra Mandiri yang letaknya persis di belakang seberang kedutaan (lihat peta). Setelah itu, jalan kaki ke kedutaan. Jaraknya hanya sekitar 500 meter.

      Sesampainya di pintu masuk kedutaan, kita akan ditanya keperluannya. Kalau untuk legalisir dokumen, tidak perlu membuat perjanjian (termin) dan bisa langsung datang. 

      Setelah itu, akan dilakukan security check (barang bawaan dan badan). Benda-benda elektronik seperti handphone dan laptop harus dalam keadaan mati, dan tidak boleh dibawa ke dalam kedutaan. Barang-barang tersebut akan disimpan di loker security dan kita akan diberi kunci loker.

      Ruang untuk legalisir dokumen ada di lantai dasar. Saat itu tidak ada orang lain yang mengurus legalisir, jadi saya langsung menuju ke loket. 

      Saya sampaikan ke petugas kalau mau melegalisir akta kelahiran anak dan buku nikah suami untuk keperluan visa kumpul keluarga. Kemudian Petugas memeriksa dokumen dan menanyakan bukti dokumen yang mengundang ke Jerman. 

      Dalam konteks ini, saya yang akan lanjut studi S3, sehingga saya berikan fotokopi LoA kampus. Untuk kasus lain, bisa dengan memberikan fotokopi paspor pasangan (suami atau istri) yang sudah di Jerman.

      Setelahnya, langsung membayar biaya legalisir sejumlah 25 Euro (dalam rupiah sesuai kurs) per dokumen. Saat itu kursnya 1 euro = Rp 14.800,- sehingga biayanya Rp 370.000,- per dokumen.

      Saat saya ke kedutaan, waktu menunjukkan pukul 08.30 sementara proses legalisir selesai pukul 11.30 di hari yang sama. Dokumen baru diproses untuk tanda tangan sekitar pukul 11.00. Oleh petugas ditawari untuk menunggu atau boleh keluar dulu, tapi harus sudah kembali jam 11.30. Saya memilih menunggu saja karena cuaca sedang hujan. Malas keluar lagi.

      Berhubung saya baru tahu ada peraturan tidak boleh bawa handphone dan saya tidak membawa bahan bacaan, selama menunggu proses legalisir, saya jadi bengong en mati gaya XD. 

      Next time harus membawa buku bacaan supaya waktu penantian tidak terasa lama. Saran saya, kalau mau melegalisir datang aja sekitar jam 9.30 atau jam 10 supaya tidak menunggu terlalu lama.

      Kurang lebih itu pengalaman saya legalisir di Kedutaan Jerman. Semoga bisa menjadi gambaran.

      Oh ya, waktu pelayanan legalisir dokumen adalah hari Senin – Jumat pukul 08.00 – 11.30.

      Info lebih lengkap bisa dilihat di website kedutaan (sekilas infonya ada di gambar ini):


      [Story] Lika-liku menjadi Ibu (2)

      $
      0
      0

      Tiap trimester selama kehamilan ada resikonya masing-masing, baik untuk ibu maupun bayinya. Kalau saya baca bahayanya apa saja, bener-bener bisa bikin ekstra khawatir dan resah sehingga gak mau kemana-mana, tidur aja di rumah XD.

      Untuk trimester pertama, kondisi janin masih sangat rentan pertumbuhannya. Resiko keguguran di trimester awal sangat tinggi. Tapi saat trimester pertama itu, saya sudah terlanjur kontrak magang dan masuk kantor 4 hari dalam seminggu. 

      Moda transportasi yang saya gunakan untuk pulang pergi ke kantor adalah dengan motor. Semua orang yang tahu kalau saya hamil dan tetep naik motor, langsung bergidik ngeri dan melarang saya, menasehati untuk menggunakan moda transportasi yang lain.

      Tapi, saya bersikeras untuk tetap naik motor karena ini pilihan yang paling praktis dan cepat untuk bepergian di Kota Jakarta nan macet. Jika naik kendaraan umum, saya malah khawatir tidak dapat tempat duduk karena saking penuhnya, belum lagi faktor tidak nyaman karena bau yang bisa bikin mudah mual. Kalau naik kendaraan sewa (taksi atau grab/go-car), tahu sendirilah berapa biayanya. Berat di ongkos. Hehehe…

      Alhamdulillah saya diizinkan oleh suami dan dokter kandungan untuk tetap naik motor hingga usia kehamilan saya 7 bulan. Saat periksa kandungan, dokter melihat kondisi dan kekuatan rahim. Tapi tentunya harus extra hati-hati ketika menaikinya. Selain itu karena dapar izin, saya hendak mendidik anak saya untuk menjadi “tangguh” sejak di dalam kandungan. Berani menerjang jalanan dan kuat mengarungi lautan kendaraan Jakarta. Hehehe… (*jangan ditiru, harus sepersetujuan dokter ya, jangan ngeyelan kayak saya).

      Rasa mual dan muntah mencapai puncaknya di awal trimester kedua. Saya kira mual muntah itu hanya di trimester pertama. Hahaha… Ternyata kondisi orang hamil bisa beda-beda. Ada yang mual muntah tak berkesudahan sepanjang kehamilan, ada yang fine aja. Alhamdulillah selama hamil hanya tiga kali muntah, tapi mualnya cukup sering, gak selalu di pagi hari. Yang pasti, saya harus selalu siap tisu, permen asem, dan sapu tangan di saku baju. Saya paling merasa mual kalau mencium bau asap kendaraan bermotor.

      Terkait per-ngidam-an, saya sudah diwanti-wanti untuk gak aneh-aneh dan manja dengan ngidam oleh suami XD. Jadinya, kalau saya lagi pengen sesuatu, saya akan mengusahakannya sendiri dan mencoba menahan diri untuk tidak selalu menuruti kemauan.

      Kalau saya rasakan, ngidam itu adalah bentuk manifestasi dari keinginan memakan sesuatu yang “bisa dimakan” dan tidak membuat mual. Selain karena larangan makanan tertentu, ibu hamil memiliki indera penciuman yang sensitif sehingga berakibat pada sering tidaknya mual muntah, jadi pilihan makanan menjadi terbatas.

      Saat saya hamil trimester kedua dan ketiga, makanan yang sering saya makan dan bisa mengurangi mual adalah produk mie (mulai dari bihun, mie, soun, kwetiau, dll) dan sambal uleg. Yang paling favorit adalah mie ayam yamin dan sambal cabe hijau. Terima kasih banyak untuk teman-teman kantor yang sudah sering mendonasikan sambel cabe hijaunya. Hehehe…

      Then, hal menarik sekaligus menantang selama kehamilan adalah seputar kenaikan berat badan. Karena saya sudah punya modal berat badan yang ‘cukup banyak’ dan faktor resiko turunan, oleh dokter kandungan saya diwanti-wanti untuk menjaga berat badan. Kenaikan dibatasi 9 kg. Alhamdulillah trimester pertama berat saya tidak naik banyak karena masih aktif beraktivitas dan tidak terlalu doyan makan. Puncaknya adalah saat menjelang kelahiran, dimana batas maksimal dari dokter saya “langgar” 2 kg (*tutup muka) XD.

      *to be continued


      [Share] Aplikasi Visa Studi S3 di Jerman

      $
      0
      0

      Alhamdulillah, aplikasi visa studi saya ke Jerman sudah diajukan pada Rabu 19 Juli 2017 lalu. Sebelum berhasil mengajukan visa ini, ada banyak kejadian dan drama yang penuh dengan adegan banjir air mata dan keringat.

      Ikhtiar saya untuk bisa mengajukan visa bersama anak dan suami untuk family reunion akhirnya tidak berhasil. Tapi, pasti Allah ada rencana lain yang lebih baik. Untuk detail cerita dramanya akan saya tuliskan di postingan berikutnya, supaya esensi dari pengurusan visa studinya tidak tersamarkan. Hehehe….

      Pengurusan visa studi di Jerman bisa dikatakan gampang-gampang susah. Pada prinsipnya, asalkan semua persyaratan terpenuhi, proses aplikasi di kedutaannya mulus tanpa halangan berarti.

      Berikut ini adalah syarat untuk visa studi (khususnya S3) di Jerman. Dokumen disusun secara berurutan seperti di bawah ini (sesuai arahan Kedutaan per 19 Juli 2017) dan dibuat 2 rangkap:

      1. Foto Biometrik ukuran 3,5 x 4,5 cm sebanyak 2 lembar, background putih/ abu-abu muda (keterangan lengkapnya di SINI). Foto jangan dilem/ ditempel di formulir. Cukup dilampirkan di bagian depan formulir dengan paper clip.
      2. Formulir permohonan visa yang sudah diisi lengkap dan sudah ditandatangani (Unduh di SINI )
      3. Lembar Periksa Perjalanan Pasal 54 dan 55 yang sudah ditandatangani (Unduh di SINI )
      4. Letter of Acceptance (Surat penerimaan dari kampus)
      5. Letter of Guarantee/ Letter of Scholarship (Surat jaminan finansial)
      6. Terjemahan Bahasa Inggris Ijazah S1 dan S2
      7. Terjemahan Bahasa Inggris Transkrip Nilai S1 dan S2
      8. Fotokopi Ijazah Bahasa Indonesia S1 dan S2 (dilegalisir/ fotokopian dari legalisir)
      9. Fotokopi Transkrip Nilai Bahasa Indonesia S1 dan S2 (dilegalisir/ fotokopian dari legalisir)
      10. Motivation Letter (Dalam Bahasa Inggris/ Bahasa Jerman)
      11. Curriculum Vitae (Dalam Bahasa Inggris/ Bahasa Jerman)
      12. Sertifikat Kemampuan Bahasa (Bahasa Inggris: IELTS/ TOEFL IBT atau Bahasa Jerman)
      13. Fotokopi Polis Asuransi Perjalanan
      14. Fotokopi Paspor yang masih berlaku minimal 1 tahun. Paspor asli juga harus diserahkan untuk pengecekan dan pemrosesan. Setelah selesai, paspor akan dikembalikan
      15. Uang senilai 60 Euro dalam bentuk rupiah sesuai kurs pada hari itu (usahakan dengan uang pas). Saat saya mengajukan visa, kurs 60 Euro senilai dengan Rp 920.000,-

      *Oh ya, untuk case saya karena hendak studi S3, dokumen fotokopi ijazah dan transkrip nilai S1 dikembalikan oleh petugas loket. Yang diambil hanya yang S2 saja.

      Nah, berikut detail proses pengurusannya:

      Buatlah Perjanjian Pengurusan Visa (Termin) Kedutaan Jerman (Online)

      • Jenis National Visa (Resident Permit). Perjanjian bisa dibuat di tautan INI.
      • Kita bisa memilih hari dan waktu yang tersedia.
      • Kita bisa membuat termin paling cepat 3 bulan sebelumnya.
      • Termin bisa dibatalkan paling tidak 24 jam sebelum jadwal termin (tautan pembatalan ada di email). Dan setelah dibatalkan, bisa mengajukan lagi jadwal yang lain (dalam kasus urus visa suami dan anak, saya sampai 3x mengubah jadwal karena tak kunjung mendapat apartemen keluarga)
      • Termin paling pagi adalah jam 7.30 dan paling siang jam 11.30.
      • Print email konfirmasi termin

      Hari H Pengajuan Visa

      • Hadir paling lambat 30 menit sebelum jadwal visa/ termin. Saya memilih termin paling pagi (jam 07.30) dan stand by di depan kedutaan Jerman pukul 07.00. Pintu bagian konsuler kedutaan dibuka pukul 07.20.
      • Tunjukkan paspor dan print termin kepada petugas keamanan Kedutaan di pintu masuk.
      • Pengecekan barang dan badan. Untuk alat elektronik (HP, laptop, dll), akan disimpan di loker petugas keamanan dan tidak diperbolehkan dibawa ke dalam kedutaan.
      • Menuju lantai 2 ke bagian pengurusan visa (lewat tangga samping pos petugas keamanan)
      • Tunjukkan paspor dan serahkan print termin kepada satpam di ruang visa. Satpam akan mengecek kesesuaian termin dengan data kedutaan, kemudian baru duduk.
      • Satpam mengarahkan kita untuk menyusun berkas aplikasi visa studi sesuai urutan dokumen dengan arahan kedutaan (seperti list di atas).
      • Dalam menyusun berkas-berkas dokumen, gunakan paper clip saja, jangan di-staples/ hekter dan juga jangan diberi map.
      • Tunggu panggilan petugas loket. Untuk visa resident permit, ada di loket 4.
      • Setelah dipanggil, serahkan dokumen 2 rangkap (dengan urutan dokumen yang sama).
      • Petugas loket akan bertanya perihal keperluan visa, dan juga mengecek kelengkapan dokumen.
      • Apabila ada yang kurang sesuai, akan diberitahukan. Dan apabila ada dokumen yang tidak diperlukan, akan dikembalikan.
      • Pengambilan sidik jari kedua tangan
      • Jika sudah lengkap, petugas loket akan meminta biaya visa.
      • Setelah itu, dipersilakan duduk sambil menunggu proses visa diselesaikan.
      • Setelah selesai, akan diberikan lembar pengecekan data dan diminta untuk mengisi nama, email, nomor HP dan tanda tangan di lembar pengecekan tersebut.
      • Setelah selesai, kemudian paspor asli dikembalikan beserta kwitansi pembayaran visa.

      WAKTU

      • Proses pengurusan visa bergantung ramai atau tidaknya pemohon. Saat saya ke sana, masuk ruang visa jam 07.30, bertemu petugas loket jam 07.50, selesai berkas jam 08.20. Lumayan, it takes 20 – 30 minutes to complete.
      • Untuk visa sendiri memerlukan waktu 6 – 8 minggu proses. Berkas akan dikirim langsung ke Imigrasi kota tujuan di Jerman. Apabila sudah 4 minggu, coba tanyakan progress visa via email kedutaan.
      • Jika sudah jadi, pemohon akan dikontak melalui email untuk penempelan visanya. Jangan lupa bawa paspor dan kwitansinya ya.

      TIPS

      • Bawalah buku bacaan untuk menunggu giliran panggil visa
      • Lebih enak mengambil termin paling pagi, karena bisa lebih awal dan antrian tidak terlalu banyak
      • Jangan lupa membawa bolpoin sendiri untuk jaga-jaga
      • Bawa semua dokumen/ berkas asli dan juga rangkapan fotokopian dokumen untuk jaga-jaga.
      • Tempat fotokopian letaknya cukup jauh dari Kedutaan Jerman, dan biayanya lebih mahal. Pun kalau terpaksa harus fotokopi, bisa ke Grha Mandiri yang letaknya di seberang belakang Kedutaan.
      • Jawablah dengan tenang apabila ditanya petugas loket. Jangan emosi, apalagi ngeyel. Untuk memperkuat argumen, sampaikan berkas-berkas pendukung jika diperlukan.

      Begitu secara garis besar pengalaman saya mengurus visa studi S3 di Jerman. Semoga bisa menjadi gambaran bagi teman-teman yang hendak mengajukannya.

      Kalau ada yang hendak ditanyakan, feel free to ask :). Semoga sukses dan lancar 🙂

      PS: Visa saya masih dalam proses, jadi deg-degan nunggu hasilnya XD. Bismillah


      [Share] Mencari Family Apartment di Jerman (1)

      $
      0
      0

      Selama 6 bulan terakhir ini, saya merasa bahwa mencari family apartment itu laiknya mencari jodoh. Harus mau sama mau, tepat kondisinya, kriterianya, tepat waktunya dan bagaimanapun, tidak ada yang sempurna.

      Tantangan terbesar bagi saya menjelang keberangkatan ke Jerman adalah mendapatkan apartemen keluarga. Tantangan ini amat saya rasakan karena posisi masih di tanah air. Beda halnya ketika sudah di Jerman, proses pencarian tentu akan lebih mudah.

      Alasan mengapa saya bersikukuh mencari apartemen di Bonn sejak masih di tanah air adalah karena demi memenuhi keinginan untuk boyongan bersama keluarga saat berangkat studi nanti. Untuk yang sudah berkeluarga, terlebih memiliki anak yang masih kecil, pasti sangat berat rasanya untuk berpisah walaupun untuk sementara. Membayangkan saya meninggalkan suami dan bayi saya, rasanya hati teriris-iris, dan mewek + baper luar biasa.

      Nah, untuk bisa berangkat boyongan, suami dan anak harus mengajukan visa family reunion dimana kontrak sewa apartemen keluarga (mietvertrag) menjadi syarat mutlakDi sinilah tantangannya.

      Dalam enam bulan terakhir ini, entah sudah berapa banyak aplikasi apartemen saya ajukan, dan berapa liter air mata yang tumpah dalam menjalani prosesnya XD (*lebay). Penolakan sudah jadi makanan sehari-hari saya. Dan harapan demi harapan saat mengajukan aplikasi, satu demi satu pupus hingga akhirnya saya menemukan the right one.

      Tapi, justru dari situlah saya jadi banyak belajar dan menemukan hakikat rezeki, manajemen harapan, serta selalu berbaik sangka dengan segala skenario dan rencana yang telah diatur-Nya.

      Di sini saya ingin share tantangan apa saja yang akan dihadapi saat pencarian apartemen keluarga dari tanah air. Supaya ketika teman-teman ada yang menjalaninya, bisa lebih siap dan tidak mudah putus asa dalam mencari. Share pengalamannya, saya buat dalam bentuk tanya jawab saja ya supaya lebih enak :D.

      Bagaimana cara mencari informasi apartemen keluarga di Jerman?

      Mencari info apartemen keluarga bisa melalui berbagai website (yang kadang juga ada apps-nya), seperti:

      Berdasarkan pengalaman saya, yang paling tinggi reply-rate oleh landlord adalah dari apps e-bay, zimmerfrei-bonn dan studenten-wg. Tapi gak ada salahnya untuk mencari di apps/ website lainnya.

      Screenshot_2017-07-30-17-50-22
      Beberapa apps pencari wohnung yang ada di playstore

      Bagaimana cara mencari wohnung dari apps atau website tersebut?

      Beberapa apps memiliki fitur yang user-friendly dan berbahasa Inggris. Namun, jikalau itu berbahasa Jerman, jangan khawatir. Gunakan apps/ web GOOGLE TRANSLATE untuk menerjemahkannya :D. Google Translate sudah menjadi sahabat akrab saya untuk mengetahui istilah per-wohnung-an dalam bahasa Jerman.

      Dari apps dan website tersebut, ada filter yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan kita, misal:

      • Mencari Wohnung di kota dan daerah mana?
      • Tanggal/ Bulan Wohnungnya available
      • Range biaya sewa yang diinginkan (harga dasar dan harga sewa total)
      • Jumlah kamar. Untuk keluarga, jumlah kamar menjadi pertimbangan penting baik bagi kita maupun persetujuan landlord (misalnya: jika ada anak, sebaiknya minimal 2 kamar)
      • Range luas wohnung. Untuk luas wohnung, ada syarat khususnya dan dalam praktiknya, banyak landlord yang memiliki standar/ pemahaman yang berbeda tentang syarat luas ini.
      • Furnished/ un-furnished: tempat tidur, lemari, dll
      • Biaya Listrik dan pemanas ruangan
      • Dapur: lengkap atau tidak
      • Peta lokasi
      • Keterangan detail lainnya (lokasi, syarat khusus, dll)

      Selain di website dan apps, dimana bisa mendapatkan informasi wohnung keluarga?

      Informasi bisa juga didapatkan dari teman sesama orang Indonesia yang ada di Kota tujuan kita, via FB Group (PPI Kota, atau orang asing/ mahasiswa asing di kota tersebut), atau pihak jurusan/ professor (via email). Namun kesempatan ini sangat jarang, dan bener-bener harus “jodoh” dan rejeki. Tapi tidak ada salahnya juga untuk memantengin grup-grup tersebut dan memasang radar, kalau-kalau ada yang cocok dengan kriteria.

      Selain itu, jika kita memiliki teman yang fasih berbahasa Jerman dan bersedia membantu menelpon landlord, ini juga bisa menjadi salah satu opsi. Ada beberapa tawaran wohnung yang hanya menyertakan nomor telepon/ HP nya saja, tanpa ada email atau media komunikasi tertulis lainnya.

      Dalam berkomunikasi dengan landlord atau CP di iklan wohnung, sebaiknya menggunakan bahasa apa?

      Sebaiknya gunakan bahasa Jerman (WHAAAT? Saya kan gak bisa bahasa Jerman). Hahahaha… Tapi ini saya tidak bercanda. Berdasarkan pengalaman, jika kita menggunakan bahasa Jerman, success rate direspon oleh landlord lebih tinggi. Malah bisa dibilang, kalau menggunakan bahasa Inggris, sangat jarang landlord yang membalas email/ pesan kita.

      Dari sekian puluh (nyaris seratus) email/ pesan saya ke berbagai iklan, nyaris tidak ada landlord yang bisa berbahasa Inggris. Hanya landlord saya (yang paling akhir) yang saya temukan bisa, fasih dan berkenan berkomunikasi dengan bahasa Inggris.

      Untuk itu, keberadaan GOOGLE Translate (dan apps-nya) sangat-sangat penting dan diperlukan dalam setiap komunikasi kita dengan landlord. Memang, kadang terjemahannya agak aneh, tapi paling tidak landlord masih memahami.

      Saya sempat “dimarahin” 2x oleh landlord, karena saya gak paham arti dari kalimat terjemahan google translate. hahaha… Kalau perlu, coba tanya temen yang fasih berbahasa Jerman, supaya kita gak mis-komunikasi dengan calon landlord.

      Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mendapatkan wohnung keluarga?

      Waktu tunggu yang saya perlukan hingga akhirnya dapat wohnung adalah sekitar 6 bulan efektif (sejak awal tahun 2017 ini). Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab lamanya waktu tunggu ini, antara lain:

      • Ketersediaan wohnung dengan jumlah peminat
      • Seberapa sering dan progresif dalam mencari wohnung dan mengontak landlord
      • Kesesuaian wohnung yang tersedia dengan kriteria yang diinginkan (termasuk masalah kesiapan finansial)
      • Tawaran wohnung paling banyak adalah 1-3 bulan sebelum ditempati. Sehingga wajar saja saya sulit menemukan wohnung yang available per bulan September di awal tahun.
      • Seberapa alot negosiasi antara kita dengan calon landlord

      Bagaimana tahapan proses mulai dari mencari wohnung sampai mendapatkan kontrak wohnung (mietvertrag)?

      Untuk versi pengalaman saya, begini tahapannya:

      1. Cari iklan wohnung yang sesuai dengan kriteria (harga, lokasi, fasilitas, dll), melalui apps/ website
      2. Hubungi landlord/ CP yang ada melalui fitur pesan atau email
      3. Jika sudah dibalas oleh landlord dan ada kesan positif, sampaikan pertanyaan terkait kondisi khusus kita (misal: saya masih di Indonesia, saya perlu kontrak wohnung segera, saya bersama anak dan suami) dan hal-hal lain yang ingin ditanyakan
      4. Jika landlord oke dengan kondisi khusus kita, buat perjanjian untuk besuk/ apartment visit dengan landlord. Minta bantuan teman yang ada di kota tersebut untuk mewakili besuk. Pastikan bahwa landlord mengizinkan besuknya diwakili oleh teman kita.
      5. Melakukan apartment visit. Lihat kondisi wohnung dan kesesuaian antara gambar/ informasi di iklan, dengan kenyataan. Jika ada pertanyaan detail, bisa juga disampaikan saat besuk ini, misal: apa saja biaya tambahan (selain yang disebutkan di iklan), seberapa jauh lokasi dari halte bus/ stasiun kereta ke apartemen, kondisi lingkungan seperti apa, dll.
      6. Serahkan dokumen pendukung kita (hardcopy) kepada landlord saat besuk. Atau, dokumen bisa juga dikirimkan via email. Dokumen pendukung yang diperlukan seperti: LOA Kampus, LoG/ Sponsor Letter, Selbstauskunft-Mieter-Vorlage (semacam lembar assessment calon tenant. Bisa diunduh di SINI), CV, Surat Rekomendasi dari residen/ orang Jerman/ pihak kampus, dll. Jika memungkinkan, dokumen tersebut dalam bahasa Jerman.
      7. Jika sreg/ cocok, sampaikan kepada landlord bahwa kita positif cocok untuk ambil apartemen tersebut.
      8. Jika landlord pun juga sreg dan percaya dengan profil kita (melalui dokumen pendukung), bahaslah tentang mekanisme teknis mendapatkan kontrak sewa dan pembayaran deposit + sewa bulan pertama.
      9. Jika sudah oke, kontrak sewa disepakati dan dikirimkan dengan tanda tangan kedua belah pihak (landlord dan tenant).
      10. Membayar deposit ke rekening landlord (sebaiknya by transfer, tidak cash).

      Sementara itu dulu di bagian awal mencari wohnung keluarga. Cerita tentang drama (yang tak seindah alur di atas) dan apa saja tantangan yang dihadapi, akan saya sampaikan di postingan berikutnya 😀


      Viewing all 257 articles
      Browse latest View live