Quantcast
Channel: Sunu Family
Viewing all 257 articles
Browse latest View live

[Travel] Qingjing Farm – Nantou County

$
0
0

Terbayang-bayang selalu dalam angan, melihat domba-domba lucu berlarian di padang rumput nan luas. Dan setelah sekian lama, akhirnya yang diangankan tersebut tersampaikan juga :D!

IMG_0362

Alhamdulillah, pada Sabtu, 18 Januari 2014 yang lalu aku bersama rekan-rekan dari FORMMIT melakukan traveling bersama ke daerah Nantou County (central Taiwan). Adapun tujuan perjalanan kami adalah Hehuanshan dan juga Qingjing Farm. Seperti yang sudah kuniatkan tahun 2013 lalu, ekspedisi snow hunting yang gagal harus dilakukan lagi pada 2014 ini. Dalam postingan ini, khusus akan kuceritakan pengalaman selama di Qingjing Farm dengan domba-dombanya yang sungguh menggemaskan :D!

Qingjing Farm (清境農場 = Qīng jìng nóngchǎng) merupakan kompleks area peternakan yang dijadikan objek wisata di daerah Renai township, Nantou county (arah menuju Hehuanshan). Kompleks peternakan ini terdiri dari beberapa bagian, salah satunya yang paling terkenal dan sering dikunjungi adalah green green grass land; padang rumput luas dengan kontur berbukit-bukit dengan domba-domba yang berkeliaran bebas di sana. Berlokasikan di ketinggian 1,748 meter, Qingjing Farm yang dikelola oleh Veterans Affairs Commission, dibangun pada 20 Februari 1961 dengan mencakup area perbukitan seluas 700 hektar.

IMG_0397

Menurut beberapa sumber, jika ingin melihat padang rumput hijau + bunga bermekaran + pohon-pohon pir, persik dan apel berbuah, datanglah ke Qingjing pada musim semi + awal musim panas (sekitar bulan Maret – Juni). Sounds perfect! Sedangkan selama musim gugur – dingin, rumputnya berubah menguning, sehingga anganku sebenarnya belum 100% tercapai. hehehe… Tapi, bagaimanapun pemandangan dan suasana di sini tetap luar biasa. Sangat kurekomendasikan untuk dikunjungi :)!

Biaya masuk ke area green grass land Qingjing Farm adalah NTD 160 (untuk dewasa/ umum pada weekdays) sedangkan untuk anak-anak dan pelajar/ mahasiswa ada diskon khusus; hanya perlu membayar NTD 120 dengan menunjukkan kartu pelajar (so, jangan lupa untuk dibawa ya ^^). Untuk informasi lengkap tentang biayanya, silakan klik di SINI.

Adapun untuk transportasi ke Qingjing Farm, saat aku ke sana, kami menyewa mini-bus dengan kapasitas 20 orang supaya lebih mudah dan efisien. Tapi kalau mau coba dengan transportasi umum, menurut temanku, kita bisa naik bis dari Taichung menuju Puli station. Kemudian lanjut lagi naik bis jurusan Puli – Qingjing Farm Station (lengkapnya lihat SINI). Waktu tempuh perjalanan dari Taichung ke sini sekitar 2 – 2,5 jam.

IMG_0388

Btw, di dalam area green green grass land ada semacam bangunan berbentuk kastil unik, dan juga ada performance stage dekat kandang kuda yang biasanya menampilkan adegan pencukuran (?) bulu domba + pertunjukan koboi yang menaiki kuda yang gagah nan ganteng (yang ganteng dan gagah kudanya lho, bukan koboinya. hahaha). Performance ini dilakukan tiap harinya pada pukul 14.30. Mengingat kemarin agak terburu-buru, kami tidak sempat menyaksikan penampilan itu. But hopefully next time bisa lihat :D!

IMG_0410

Oya satu lagi, di sini pengunjung bisa juga memberi makan domba dengan semacam kaplet pangan khusus yang dijual dengan harga NTD 10 per kotaknya (bisa dibeli di box penjual). Menarik lho, geli-geli takut plus asik saat memberi makan domba, langsung dari tangan kita ^^

Sebagai informasi di Qingjing Farm – green green grass land ada dua gerbang utama; gerbang atas dan gerbang bawah. Nah, saranku, ada baiknya untuk masuk dari gerbang atas dan keluar/ pulang dari gerbang bawah. Di dekat exit gerbang bawah, ada semacam area food court + pusat jualan buah segar, cemilan dan oleh-oleh.

Untuk makan siang di Qingjing Farm, alhamdulillah di sana ada yang berjualan makanan halal (ada logo halalnya), berupa masakan Myanmar Yunnan :). Fyi, dari sejarahnya memang banyak Muslim China keturunan orang Yunnan yang berkewarganegaraan Thailand atau Myanmar atau Taiwan, dan membuka usaha restoran halal di Taiwan ^^. Alhamdulillah.

Rasa dan harganya cukup oke; mirip-mirip masakan Indonesia dan harganya sekitar 60 – 100 NTD per porsi. Untuk memudahkan pengunjung keluar masuk lokasi green-green grass land, diharapkan untuk mencap tangan dengan cap khusus pengunjung sehingga tak perlu repot-repot menunjukkan karcis kita.

IMG_0480

Jaa, sementara ini begitu laporan perjalananku ke sana :). Teman-teman yang ingin menikmati dan men-tadabbur-i keindahan alam, sangat kurekomendasikan datang. Terlebih bagi yang sudah berkeluarga, sangat cocok untuk tamasya bersama. Smoga bisa berkunjung lagi di summer nanti bareng my parents, insyaAllah :D! Here, beberapa foto lain. O-tanoshite kudasai :D!

Credit photo to: Mas Hadziq

Credit photo to: Mas Hadziq

IMG_0411

Berasa di Eropa ^^”

Di kejauhan terlihat bangunan ala Eropa, bagai istana~

Di kejauhan terlihat villa dengan gaya ala Eropa~

Memberi makan domba

Memberi makan domba

Ini dia penjual masakan halal dari Myanmar

Ini dia penjual masakan halal dari Myanmar



[Travel] Koh Samet – Thailand

$
0
0

Berikut adalah short story tentang field trip dari kegiatan AsTW 2010 (ASEAN in Today’s World) yang kuikuti pada Februari 2010 lalu di MUIC, Thailand.

Sebelum kegiatan AsTW 2010 resmi berjalan, pihak panitia mengajak semua peserta untuk bertamasya (^__^) ke sebuah pulau tropis yang letaknya di Laut China Selatan. Tur ini dimaksudkan agar ke 52 peserta yang berasal dari berbagai negara ASEAN + Asia ini, bisa mengenal satu sama lain.

Koh Samed atau Samet Island yang termasuk ke dalam wilayah Rayong Province (sebelah timur Bangkok), merupakan sebuah resort island / pulau wisata, dengan pantai yang sangat indah dan bersih. Perjalanan menuju tempat ini cukup memakan waktu, dimulai dengan perjalanan darat menuju pelabuhan dekat Pattaya (memakan waktu kurang lebih 3 jam dari Bangkok), kemudian dilanjutkan dengan naik speed boat menuju kapal yang berukuran lebih besar selama 10 menit. Lanjut lagi dengan naik kapal “yang sebenarnya” selama 1 jam 40 menit menuju Pulau Samed. Jadi, bagi teman2 yang mudah mabuk laut, siapkan selalu obat anti maboknya ya :D!

Pulau ini ndak terlalu besar, namun sangat eksotis karena pantai dan pemandangan Laut China Selatan yang OK punya. Oleh karenanya, kelelahan dalam perjalanan panjang sebelumnya, langsung terbayar dengan sambutan hamparan pasir putih,birunya langit, dan jernihnya air laut. Kombinasi warna alami yang begitu memuka ! Hal ini membuatku semakin memuji ciptaan-NYA.

Mungkin di Indonesia tercinta masih ada pantai-pantai cantik yang ndak kalah indahnya dengan pantai yang ada di Koh Samet ini. Sayangnya aku belum pernah berkesempatan untuk mengunjunginya (Bunaken dan Raja Ampat!!). Semoga suatu saat nanti bisa tercapai….. Aamiin :D!

Informasi lebih lanjut tentang Pulau Samet atau Koh Samed bisa dilihat di tautan INI.


[Travel] Merhaba, Turkiye!

$
0
0

Di dalam album in berisi foto-foto lama kunjunganku ke negeri seribu menara, Turki. Saat itu tahun 2006, Alhamdulillah, aku mendapatkan kesempatan berkunjung ke daratan Eropa (lebih tepatnya Istanbul :D) untuk mengikuti program “the 19th May Youth and Sport Festival” atas undangan dari Kedutaan Besar Turki di Indonesia. Melalui Kementrian Pemuda dan Olahraga RI, aku dan seorang temanku dari UI (saat itu beliau adalah ketua BEM Fisip UI, skarang dah jadi dosen Politik UI. he..he..) “bertugas” mewakili negeri tercinta untuk bergabung dan bertemu dengan para pemuda – pemudi dari 25 negara di Bayrampasa, Istanbul.

Jangka waktu seleksi dan persiapan keberangkatannya memakan waktu tak sampai 1 pekan. Benar-benar serba cepat dan mendadak. Alhamdulillah, rejeki itu datangnya dari arah yang tak disangka-sangka. Aku mendapatkan kesempatan tak ternilai ini pada selasa sore di awal bulan Mei 2006, setelah melalui proses seleksi di tingkat Dekanat FISIPOL UGM.

Selama di sana, kami berkunjung ke berbagai tempat di Istanbul, seperti Masjid Biru dan St. Hagia Sophia / Ayasofia yang sangat termasyur, berlayar di selat Bosporus, berkunjung ke Miniaturk, Grand Bazaar, Rumeli Hisari (Benteng yang dibangun pada tahun 1452 oleh Sultan Mehmet II), Istana Topkapi, dll.

Selain di Istanbul, kami juga berkesempatan untuk mengunjungi ibukota negara ini, Ankara dan bertandang ke gedung-gedung pemerintahnya. Jarak antara Istanbul ke Ankara cukup jauh, memakan sekitar 6 jam perjalanan. Dan itu dilakukan dalam satu hari!! Jadi, berangkat pagi-pagi dari Istanbul, dan baru sampai kembali ke situ keesokan dini harinya (jam 3 pagi). Benar-benar melelahkan, namun sungguh berkesan :D!

Di malam terakhir sebelum kumeninggalkan negeri tarian berputar, alhamdulillah, bersama-sama dengan 2 orang temanku dari Jepang dan satu orang dari Sudan, kami berkesempatan untuk homestay di rumah keluarga Turki. Jadi mempelajari banyak hal.

Smoga bisa bertemu kembali ke negeri yang menjadi saksi sejarah kekhalifahan Islam Seljuk, dan berjumpa lagi dengan teman-teman BAYGEM yang tersebar di berbagai tempat di muka bumi ini. Someday, somewhere.. InsyaAllah :D


[Travel] The Great Wall – Badaling, China

$
0
0

The Great Wall 長城 (Changcheng dalam basa mandarin) ato pas jaman SD kukenal sebagai Tembok Raksasa, merupakan salah satu keajaiban dunia yang masih kokoh berdiri hingga saat ini. Dengan panjang sekitar 6300 km, tembok ini melindungi sekaligus membatasi China bagian utara dengan daerah Mongolia. Dibangun sejak jaman Kaisar pertama China, Shih Huang Di (220 – 206 BC) hingga Dinasti Ming, tentunya great wall ini mengorbankan begitu banyak keringat dan darah manusia. Tidak hanya ribuan, tapi bahkan hingga jutaan jiwa melayang.

Saat aku berkunjung ke salah satu pintu masuk Great Wall yaitu Juyongguan atau lebih dikenal sebagai Badaling / North Pass pada Mei 2010, bisa kulihat betapa tembok besar ini dengan gagahnya terbangun di antara bukit-bukit yang menjulang tinggi. Walo saat itu kabut sedang menyelimuti, tapi hal tersebut tidak mengurangi keindahannya.

Aku membayangkan, bagaimanakah caranya orang-orang China zaman dahulu membangun tembok ini??? Tentunya sangat berat dan luar biasa susahnya, selain karena harus mengangkut beratus-ratus kilo batuan sebagai bahan dasar tembok, mereka (para pekerja) harus berjuang melewati tempat-tempat yang sulit.

Bayangkan, di atas gunung!!. Dari penjelasan pemandu wisatanya, pada saat itu apabila ada pekerja yang wafat, maka tubuhnya akan dikuburkan di fondasi tembok tersebut. Oleh karenanya, bisa dikatakan tembok besar ini sekaligus merupakan makam para pekerja.

Ada beberapa pos “pendakian” di Badaling ini, namun aku hanya sanggup sampai pos ke 2. Itupun sebenarnya sudah hampir menyerah di tengah jalan saking gak kuatnya. Namun, dengan adanya dukungan dari orang-orang seperjuangan, akhirnya aku menamatkan rute pendakian pos 2 ini. he..he..

Subhannallah, kesanku saat mendaki great wall adalah bener-bener bikin sport jantung. Selain karena kontur tangga yang sangat terjal, juga disebabkan oleh sensasi ngeri karena ketinggian lokasi pos-pos itu. Wah, aku harus lebih banyak berolahraga, supaya dalam kunjungan berikutnya bisa sampai pos yang lebih tinggi lokasinya. he..he…

Baru dua pos aja dah kecapekan, apalagi kalo sampe menyusuri 6300 km temboknya ya? pantes aja sampe skarang belum pernah ada orang yang bisa menaklukannya. Selain karena jarak, juga dikarenakan oleh faktor usia tembok yang sudah sangat tua. Terlebih saat ini tidak semua bagian tembok utuh, ada yang sudah rapuh di tengah belantara China sana. hmm……

Further history about great wall, bisa dibaca di SINI atau ato di official websitenya di SINI.


[Travel] Ananta Samakhom Throne Hall – Bangkok

$
0
0

Bangkok, 05 Maret 2010

Ananta Samakhom Throne Hall, “Gedung Putih” ala Bangkok ini sangat mencolok keberadaannya karena bergaya arsitektur Eropa klasik di tengah-tengah kota Bangkok dengan arsitektur khasnya yang berwarna krem ato kuning.

Terletak di ujung jalan utama kota Bangkok, dari kejauhan tampak patung Raja Thailand V yang sedang menunggangi kuda, seolah-olah menyambut kedatangan para tamu yang hendak berkunjung ke gedung ini.

Oya, berdasarkan cerita Ajahn Apaporn (guru bahasa Thai-ku), gedung ini dibangun pada zaman pemerintahan Raja Rama V (awal abad 20, tahun 1900-an). Sepulangnya beliau dari perjalanan ke Eropa, beliau memerintahkan untuk membangun gedung ini dengan maksud menunjukkan pada dunia barat bahwa Thailand tidak kalah hebat dengan Eropa. Akan tetapi, beliau meninggal terlebih dahulu sebelum gedung ini selesai dibangun.

Gedung Ananta Samakhom yang dikelola oleh Queen Sirikit Foundation ini, sekarang berfungsi sebagai museum yang berisi koleksi keluarga kerajaan, berupa hadiah-hadiah ulang tahun mewah nan bernilai seni tinggi. Koleksi ini diberikan oleh berbagai pusat kerajinan yang ada di Thailand (kerajinan logam, ukir, lukis, dll) yang turut mendorong perekonomian masyarakat lokal Thailand.

Untuk masuk ke museum ini, kita harus menebus tiket seharga 150 Baht per orang untuk orang asing (1 Baht = Rp 300,-). Kata Ajahn-ku, klo orang asli Thailand bisa gratis masuk ke sini, tapi dengan persyaratan tertentu. Ada peraturan khusus dalam hal berpakaian. Diharapkan pengunjung memakai pakaian rapi (no jeans, no mini skirt, no sandal jepit).

Khususnya bagi wanita, pakaian bagian atas harus menutupi lengan dan dada, serta rok berada di bawah lutut. Apabila sudah terlanjur memakai pakaian yang tidak sesuai syarat, biasanya sebelum masuk gedung akan ada bagian peminjaman kain scarf dan “sarong” (semacam sarung). Begitu pula dengan prianya, pakaian diharapkan rapi dan tidak memakai topi saat masuk ke dalam gedungnya. Yang perlu diingat juga, pakailah sepatu atau sandal yang menutupi kaki. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kesopanan dalam berpakaian (intine kayak protokoler kalo mau ke istana kepresidenan).

En then, arsitektur dan desain interior gedung ini sungguh mencengangkan! Serasa di Eropa beneran :D. Aye jadi ngrasa kayak putri raja di cerita-cerita dongeng yang hendak menghadiri pesta dansa. he..he…

Berhubung penjagaan keamanan cukup ketat, kita tidak diperkenankan membawa kamera ataupun segala alat perekam lainnya ke dalam gedung. Barang-barang seperti tas akan dititipkan di loker sebelum pintu masuk. So, maapkan daku tidak bisa menampakkan gambar sisi dalam gedung.

Lanjut lagi…. Penjelasan mengenai segala karya seni yang ada di dalam gedung ini, digunakan media interaktif ber-headset. Jadinya cool abis deh…Tinggal tekan tombol angka sesuai dengan nomor yang tertera di koleksi museum. Dan beberapa saat kemudian, akan terdengar suara mas-mas atau mbak-mbak yang akan menjelaskan keterangan menganai koleksi yang dimaksud. Oya, ada pilihan berbagai macam bahasa, namun sayangnya bahasa Indonesia tak ada. he..he…

Berikut ini penjelasan yang ada di tautan lain.

Ananta Samakhom Throne Hall

The centerpiece of Bangkok’s own Champs D’Elysee, this impressive two-storey white marble palace sits at the end of Dusit’s long, wide Royal Plaza, a leafy ceremonial boulevard that’s often the focus of regal pomp and ceremony during royal celebrations. Ordered by King Rama V in 1907 and finished in the reign of King Rama VI, its neo-classical Renaissance architecture – particularly its central dome – dominate the scene just as Italian architects Mario Tamango and Annibale Rigotti intended. Following the 1932 coup it housed the first Thai parliament, but today its ornate interiors serve as a prestigious locale in which to court visiting dignitaries, hold state council meetings and royal occasions.

Inside is a stunningly beautiful central dome, under which the Royal Throne sits. Lining it and each of the six other domes’ walls are frescoes depicting Chakri Dynasty monarchs (painted by Galileo Chini). The long hall on the upper floor is embellished with embossed roman and floral patterns showing Renaissance and Baroque arts. Outside, visitors can find impressive views both from the large paved plaza in front of it (site of the annual Tropping of the Color in December, the Red Cross Fair in late March, as well as the King Rama V statue) or the trim gardens adjoining it with Vimanmek Mansion. On Children’s Day, in the second week of January each year, the grounds and interiors are more fully open to the public.


[Share] When traveler become travelers

$
0
0

ImageTiba-tiba teringat dengan momen di sebuah ruangan 2 x 3 meter di Galuh 2 No. 4 pada bulan Desember 2010. Saat itu, aku sedang berhadapan dengan dua orang bapak-bapak yang menjadi penanya dalam “job” interviewku. Segala persiapan sudah kulakukan untuk seleksi tahap akhir ini; mulai dari pengetahuan seputar organisasi yang kulamar ini, motivasi bergabung, dan semacamnya, sudah kuhapal di luar kepala. Namun apa, ternyata ada sebuah pertanyaan yang keluar dari salah satu bapak-bapak itu, yang sungguh tak disangka.

“Apakah kamu punya pasangan (pacar)?”

Kujawab dengan setengah kaget tapi tetap mantab, “Tidak, Pak. Saya maunya langsung cari suami”, kemudian aku langsung tersipu :”).

“Kalau begitu, bagaimana kriteria calon suamimu?” lanjutnya.

Dalam hati sebenarnya aku terbengong-bengong. Apa hubungannya job interview dengan kriteria suami. Eh tapi tak boleh terlalu lama diam berpikir.

Langsung kujawab, “Smart, sholeh dan……. (sambil mikir, then spontan kusebut) suka jalan-jalan = 3S”, kemudian aku nyengir kuda (*big grin :D)

Kemudian bapak itu bertanya lagi, “Nomor 1 smart, kedua sholeh, ketiga suka jalan2, kemudian apa lagi? bagaimana dengan tampilan fisik, tinggi, atau putih, begitu?”

Oh iya, gak kepikiran. Terus kukatakan pada beliau, “oh, kalau fisik itu prioritas belakangan pak. Setelah yang tiga pertama terpenuhi”, kujawab sambil menahan malu.

Sang bapak tersebut, kemudian tersenyum lebar, mungkin berpikir bahwa sang interviewee ini sungguh lugu :p

***

Preambule di atas terpicu dari gambar yang diposting oleh seorang kawan di facebook. Gambarnya yang kumunculkan di atas itu. hehe… Karenanya, aku teringat kembali momen paling berkesan dari job interviewku itu, karena memang pertanyaan beliau sungguh tak biasa. Namun, setelah dipikir-pikir panjang, jawabanku itu bukanlah murni spontan 100%.

Khususnya untuk kriteria yang “suka jalan-jalan”, ini sudah sewajarnya kusebut mengingat “cap” yang diberikan padaku oleh teman-teman sebagai “tukang jalan-jalan”. Alangkah kasihannya suamiku kelak, kalau sang istri yang memang agak “freak” dengan jalan-jalan itu kebiasaannya bertolak belakang. Maka, untuk yang ini, tak bisa diganggu gugat :p! (stubborn en maksa amat yak ^^”)

Hm… kalau dipikir-pikir lagi, sepertinya sungguh menarik sekaligus menantang apabila memiliki pasangan (yang halal = suami/istri) yang punya kesamaan dalam hal jalan-jalan ini. Terinspirasi dari mbak Imazahra (couple traveler - Founder Muslimah Backpacker) dan juga mbak Irawati sekeluarga (family traveler), suatu saat nanti, jika Allah mengizinkan, ingin sekali punya suami dan keluarga seperti mereka (*doyan jalan-jalan).

Eh tapinya, ini bukan sembarang jalan-jalan lho! Dari tulisan pak Heru Susetyo dan mbak Hanum Salsabiela Rais, bahwasanya hakikat suatu perjalanan bukanlah sekedar menikmati keindahan dari satu tempat ke tempat lain, atau sekadar mengagumi dan menemukan tempat-tempat unik di suatu daerah dengan biaya semurah-murahnya. Bukan pula mengabadikannya dengan ratusan jepretan narsis dan menunjukkannya kepada dunia via jejaring sosial. Menurut beliau berdua, dan juga saya, makna sebuah perjalanan harus lebih besar daripada itu. Bagaimana perjalanan tersebut harus bisa membawa pelakunya naik ke derajat yang lebih tinggi, memperluas wawasan sekaligus memperdalam keimanan. Sebagaimana yang dicontohkan oleh perjalanan para umat Islam terdahulu yang merupakan traveler tangguh.

Terlebih, pengalaman akademik selama di bumi Formosa ini, mempertemukanku dengan dunia baru bernama Antropologi dan Etnologi yang sungguh penuh warna. Jadi semakin menguatkan niat untuk melihat keragaman ciptaan-Nya. Bukankah dalam Alqur’an juga disebutkan bahwa Allah menciptakan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar manusia bisa saling mengenal, berta’aruf, saling belajar dari bangsa-bangsa lain untuk menaikkan derajat kemuliaan di sisi Allah? [Hanum dalam prolog buku "99 Cahaya di Langit Eropa", p. 6-7].

Karenanya, semoga Allah perkenankan harapanku ini, untuk bertemu dengannya, teman sejati untuk traveling dan menua bersama (*plus teman di jannah-Nya nanti). Bersamanya, semoga bisa menemukan serpihan hikmah yang terserak di bumi Allah yang sungguh luas ini. aamiin…. :”). “Keep learning, keep traveling. Life curious!”

Image

***

Di suatu hari bulan Ramadhan 2012

Saat melakukan buka puasa bersama, Alhamdulillah aku diperkenankan kembali bertemu dengan dua bapak-bapak itu. Sambil menyampaikan pamit untuk menuntut ilmu di bumi Formosa, kepada sang Bapak, kutanya apa maksud dibalik pertanyaan beliau. Dan beliau sambil bercanda kira-kira begini jawabannya:

“Yaaa, kan menarik memberikan pertanyaan yang tidak terduga. Saya ingin lihat respon spontannya…”, sambil tersenyum simpul.

Wah, Pak. Ternyata misteri kebengongan saya selama hampir 2 tahun itu ternyata sangat simple sekali jawabannya XD.

Image

Ini dia sosok 2 bapak-bapak itu. Alhamdulillah, terima kasih banyak atas kepercayaan yang diberikan pak. Sungguh luar biasa pengalaman 1 tahun 8 bulan di Galuh 2 No.4


[Share] Ufuk Luar – Majalah Ummi Maret 2014

$
0
0

MaasyaAllah, for the first time in my life, artikel yang kutulis (berkolaborasi dengan mbak Aini) dipublikasikan di Majalah Ummi di edisi Maret 2014 yang lalu :D! Saat mendapatkan kiriman majalah dengan hasil tulisan tersebut, sunggu hati ini berdebar kencang seraya merasa tak percaya melihat tulisan sendiri untuk yang pertama kalinya di majalah yang kukenal sejak masa SMA dulu :”).

Dunia tulis menulis dan publikasi sebenarnya bukanlah hal yang asing untukku mengingat pengalaman kerja di bagian konten dan publikasi sebelumnya sudah cukup membiasakanku untuk “berani” mempublikasikan hasil pekerjaan dan tulisan di berbagai media (terutama media elektronik), serta pengalaman menjadi kontributor untuk majalah Islami Indonesia di Taiwan. Namun, tetap saja, rasa senang dan syukur begitu membuncah, karena tulisan dan hasil jepretan kuro-chan bisa tertorehkan di media tingkat nasional :).

Semoga ke depannya lebih “berani” lagi untuk menulis dan membagikannya dengan kalangan yang lebih luas; mulai dari artikel jalan-jalan, penelitian, hingga buku :D! InsyaAllah, someday, will write my own book :)

Image


[Travel] Pingxi Sky Lantern Festival 2014

$
0
0

Pingxi Sky Lantern Festival atau 平溪放天燈 (Píngxī fàng tiān dēng) merupakan salah satu festival terbesar tahunan yang ada di Taiwan, bahkan festival ini terkenal hingga ke berbagai negara. Discovery Channel bahkan menyebutnya sebagai the world’s second largest festival at night. Festival ini diadakan setiap tahunnya di hari ke-15 bulan pertama (sekitar pertengahan Januari atau Februari) tahun baru China di Taiwan. Setiap pelaksanaan perayaan ini, tak kurang dari 100,000 – 200,000 lentera diterbangkan.

Tradisi menerbangkan lentera ini ternyata sudah sejak lama dirayakan lho, kira-kira sejak 100 tahun yang lalu. Tapi, khususnya festival massal ini baru 13 tahun, dan setiap kali diadakan, ribuan ribu orang datang ke Pingxi untuk menyaksikan secara langsung keindahan langit malam yang dihiasi kerlap kerlip lentera berterbangan.

Secara pengorganisasiannya, festival ini dikelola oleh Pemerintah New Taipei City, yang dengan baiknya, mengatur segala hal teknis mulai dari bus transportasi murah dan mudah untuk para pengunjung, hingga ke pengaturan lainnya.

Image

Ini poster promosi eventnya

Pada mulanya, maksud dari penerbangan lentera ini adalah untuk memberikan tanda bagi para penduduk Han yang tinggal di daerah ini bahwa kondisi mereka aman. Memang, pada masa itu ada banyak sekali tindakan kriminalitas. Daerah Pingxi ini dulunya merupakan daerah pertambangan batu bara, namun karena pertambangan ini akhirnya berhenti beroperasi pada akhir tahun 1990, penduduk memerlukan sumber penghasilan lainnya. Kemudian, jadilah aktifitas lentera ini dibuat secara massal dan dikemas dalam bentuk festival.

Bagi masyarakat Taiwan, mereka menuliskan harapan dan doanya di lentera kertas ini. Mereka percaya bahwa doa tersebut akan sampai ke surga dan akan membawa keberuntungan baik di tahun yang baru.

Selama festival berlangsung, ada banyak kios yang menjual lentera kertas, souvenir miniatur lentera, makanan cemilan, serta kembang api di sepanjang jalanan Pingxi. Pada malam harinya, ratusan lentera secara terus menerus diterbangkan di area terbuka. Untuk hari tertentu, khususnya di akhir pekan, panitia festival menyediakan lentera gratis untuk para pengunjung yang telah mendaftar. Bagi yang tidak kebagian, jangan khawatir. Karena pengunjung bisa membeli sendiri lentera dengan berbagai ukuran dan bentuk, dengan harga sekitar NTD 100 – 200 (sekitar Rp 35.000 – 65.000).

Pada tahun 2014 ini, puncak Pingxi sky lantern diadakan pada tanggal 3, 8 dan 14 Februari. Buatku, ini kali kedua aku menghadirinya. Tahun lalu (2013) benar-benar jadi pengalaman yang “traumatis”. Kenapa traumatis? Karena saking padatnya manusia, diperlukan waktu mengantre bis pulang yang lama. Sekitar 4 jam, dan itu pun berdiri dengan berdesak-desakan! Dari pengalaman tersebut, kuambil pelajaran dan kuatur strategi agar kejadian yang sama tak terulang lagi di tahun ini (2014) maupun di tahun-tahun mendatang.

Berikut beberapa tips untuk teman-teman yang hendak berkunjung ke sana:

1) Atur jadwal dan pilih waktu yang tepat

Tahun lalu, aku dan kawan-kawan NCCU memilih datang di hari paling puncak festival dan berencana untuk ikut menerbangkan lentera gratis secara massal. Karena acara ini diadakan pada jam 18.30, paling tidak kami harus sudah berangkat pada pukul 10.00 siang. Perjalanan dari MRT Taipei Zoo station (tempat bus shuttle disiapkan) ke lokasi, sekitar 1 jam. Oya, biaya yang diperlukan adalah NTD 50 (sekitar Rp 20,000) untuk bis PP (bayar pas berangkat, pulang gak usah bayar lagi). Tapi kalau seandainya gak mau ikutan nerbangin yang gratisan itu, bisa berangkat sekitar jam 2 atau 3 sore dari bus shuttle station.

Berangkatnya jangan terlalu sore ya, khawatir jalanan sudah keburu macet oleh kendaraan dan jalanan di sekitar Pingxi yang lumayan sempit (letaknya di antara perbukitan). Kan gak asik, karena kejebak macet, sesampainya di lokasi, acara penerbangan massalnya kelewat XD

2) Siapkan stamina

Untuk bisa ke sini, yang harus benar-benar dipersiapkan adalah stamina! Kenapa? Sesampainya di lokasi, supaya bisa dapat giliran untuk menerbangkan lentera gratis tersebut, harus mengantri (lagi), dan yang ini cukup “gila”. Karena stand pendaftaran baru dibuka jam 2 siang, orang-orang yang terlalu bersemangat sudah stand-by sejak jam 11 siang. Walhasil antrian jadi mengular panjang dan begitu lama XD.

Belum lagi antrian untuk menerbangkan lentera, yang bisa memakan waktu 1,5 jam. Dan perjuangan berlanjut saat mengantri naik bis pulang.

3) Bawa perbekalan yang cukup

Siapkan makanan cemilan, makan siang dan makan malam (kalau perlu) serta air minum. Mengingat kepadatan pengunjung, ini akan menghambat ruang gerak kita kesana kemari cari makanan. Belum lagi cemilan or jajanan yang kita temukan belum tentu “aman” dan halal. Jadi baiknya siapkan sendiri yaaaah. Oya, kalau ada kesempatan, sebenarnya saat di sana aku sempat menemukan satu stall kebab halal yang dijalankan oleh suami istri Pakistan – Taiwan.

Untuk peralatan sholat, jangan lupa bawa alas koran plus sajadah juga ya. Soalnya agak sulit menemukan tempat yang cukup bersih dan rata.

4) Siapkan perlengkapan Foto yang lengkap

Buat para toekang poto, siapkan lensa tele dan tripod. Ini dua benda yang paling penting. Fyi, saat festival berlangsung, smua jenis tukang foto mulai dari amatir hingga profesional, berlomba mencari lokasi/ spot memoto yang paling bagus. Bahkan mereka sudah stand-by sejak siang demi mendapatkan spot terbaik. Kalaupun misalnya belum rejeki karena gak kebagian tempat, disitulah peranan lensa tele dan tripod. Agak jauhan dari lokasi, gak masalah. Masih bisa dapat foto yang bagus. hehehe…

5) Pilih Antrian Bis yang “Berdiri”, bukan “Duduk”

Walau lelah setelah seharian berjuang, ada baiknya saat mengantri bis untuk pulang kita ambil yang jalur “berdiri”. Mengapa? Karena tahun lalu aku dan kawan-kawan mengantri di jalur duduk, dan itu memakan waktu 4,5 jam XD. Jadi, lebih baik bercapai-capai untuk beberapa menit di bis, tapi cepat sampai rumah (dan gak kelamaan antri en berdiri).

***

Sekian tips dan cerita tentang pengalamanku mengikuti festival ini selama 2 tahun berturut-turut. Alhamdulillah, pelajaran dari trauma tahun lalu bisa diterapkan tahun 2014 ini. Dan cukup efektif menghemat waktu, tenaga dan stamina :D!

Berikut adalah hasil jepretanku feat Kuro-chan yang cukup berhasil tahun 2014 ini :D! Alhamdulillah… Selamat melihat-lihat :D

Image

Image

Image



[Share] Me? Idealis Spontan

$
0
0

Bermula dari postingan seorang kawan di timeline facebook yang men-share hasil I-Personic, sebuah website untuk menge-tes kepribadian, aku pun turut menjajalnya :). Sebenarnya ini bukan yang pertama ikutan tes kepribadian di website ini. Tapi, orang bisa saja berubah seiring dengan perjalanan waktu dan pengalaman yang mengiringinya. Sehingga ada baiknya aku update bagaimana kepribadianku akhir-akhir ini :D. hehehe…

Dan, setelah dicoba, akhirnya beginilah hasilnya. Sebagian besar memang sesuai dengan karakter aye. Walo itu pun masih kadang-kadang menyesuaikan diri dengan kondisi mood :p. hahaha… Bagi yang mau mencoba, silakan klik di SINI (English version) ato di SINI (versi Bahasa Indonesia).

Dan yang paling penting, semoga dengan ini aku pribadi bisa semakin mengenal diri dan mengoptimalkan kemanfaatan darinya. Jaa, selamat menyimak bagi yang hendak lebih mengenal aye (*sok pengen dikenal :p).

fbensi

Tipe Idealis Spontan adalah orang-orang kreatif, periang, dan berpikiran terbuka. Mereka penuh humor dan menularkan semangat menikmati hidup. Antusiasme dan semangat mereka yang menyala-nyala menginspirasi orang lain dan menghanyutkan mereka. Mereka menikmati kebersamaan dengan orang lain dan sering memiliki intuisi yang jitu mengenai motivasi dan potensi orang lain. Tipe Idealis Spontan adalah pakar komunikasi dan penghibur berbakat yang sangat menyenangkan. Keriaan dan keragaman dijamin saat ada mereka. Namun demikian, kadang-kadang mereka terlalu impulsif saat berhubungan dengan orang lain dan dapat menyakiti orang tanpa bermaksud demikian, karena sifat mereka yang blak-blakan dan terkadang kritis.

Tipe kepribadian ini adalah pengamat yang tajam dan awas; mereka tidak akan ketinggalan satu kejadian pun di sekitar mereka. Dalam kasus ekstrem, mereka cenderung terlalu sensitif serta waspada berlebihan dan dalam hati siap melompat. Kehidupan bagi mereka adalah drama yang menggairahkan penuh keragaman emosi. Namun demikian, mereka cepat menjadi bosan ketika hal-hal terjadi berulang dan dibutuhkan terlalu banyak detail serta ketelitian. Kreativitas, daya khayal, dan orisinalitas mereka paling mudah dikenali ketika mengembangkan proyek atau ide baru – kemudian mereka menyerahkan seluruh pelaksanaan rincinya kepada orang lain. Secara singkat, tipe Idealis Spontan sangat bangga akan kemandiriannya, baik di dalam diri maupun yang tampak dari luar, dan tidak suka menerima peran bawahan. Oleh karena itu mereka memiliki masalah dengan hirarki dan otoritas.

Jika Anda memiliki tipe Idealis Spontan sebagai teman, Anda tidak akan pernah bosan; bersama mereka, Anda dapat menikmati kehidupan sebaik-baiknya dan merayakannya dengan pesta-pesta terbaik. Di saat bersamaan, mereka hangat, peka, penuh perhatian, dan selalu bersedia membantu. Jika seorang Idealis Spontan baru jatuh cinta, langit dipenuhi biola dan pasangan mereka akan dihujani perhatian dan kasih sayang. Tipe ini kemudian berlimpah dengan pesona, kelembutan, dan imajinasi. Namun, sayangnya, begitu kebaruan itu luntur dengan cepat akan membosankan bagi mereka. Kehidupan berpasangan sehari-hari yang membosankan tidak cocok untuk mereka sehingga banyak tipe Idealis Spontan keluar-masuk percintaan sesaat. Namun demikian, jika pasangannya bisa membuat rasa ingin tahu mereka tetap hidup dan tidak membiarkan rutinitas dan keakraban melanda, tipe Idealis Spontan dalam menjadi pasangan yang menginspirasi dan penuh kasih sayang.

Sifat-sifat yang menggambarkan tipe ini: spontan, antusias, idealis, ekstrovert, teoritis, emosional, santai, ramah, optimis, memesona, suka membantu, mandiri, individualis, kreatif, dinamis, periang, humoris, penuh semangat hidup, imajinatif, mudah berubah, mudah menyesuaikan diri, setia, peka, menginspirasi, mudah bergaul, komunikatif, sulit ditebak, ingin tahu, terbuka, mudah tersinggung.

Spontaneous idealist

Terkait dengan karir

As a Spontaneous Idealist you are one of the extroverted personality types. You enjoy working in a colorfully diverse group of people who interest and inspire you. Working in a “secluded room” is not your thing. Your sense for the motivation of others is almost eerie. You constantly observe that which happens around you and have no problems noticing all sorts of things simultaneously or communicating with several people at the same time.

Your enthusiasm is contagious to others and that is why your colleagues and friends all appreciate you as an important member of your team. Your articulateness and your sensitive ear for nuances in conversations with others obviously play a role. For you, this team-oriented environment is very important because you need to receive positive feedback and recognition like other people need air to breathe. It would be practically impossible for you to contribute everything you need to maintain your high ideals, by yourself.

Variety, challenges and fun are important ingredients of your area of responsibility. You appreciate receiving new stimulation, meeting new people, and continuously collecting unique experiences. However, too much routine, too much detail work and the necessity to stick with one project for a very long time is not your thing. Your strength are creative problem solutions, discovering new ways and opportunities, the conceptualization of new ideas on one hand, but not so much their concrete implementation on the other. Ideally, you have a staff of capable colleagues that takes over your concepts and runs with them.

Sumber: dari I-Personic Idealis Spontan dan Spontaneous Idealist


[Share] Taiwan Indigenous People; Atayal

$
0
0

Picture6Setelah sekian lama absen di dunia per-blog-an, kini saatnya daku kembali :). Kali ini yang ingin ku-posting adalah tentang Taiwan indigenous people (orang “asli” di Taiwan).

Semester yang lalu, aku bersama teman kelompok proyek kelas melakukan penelitian lapangan terkait ethnic structure in Taiwan. Kami berkunjung ke Wulai, skitar 1 jam perjalanan dari Taipei untuk melihat langsung kehidupan salah satu masyarakat asli Taiwan bernama “Atayal”.

Banyak yang tidak mengetahui bahwa sebenarnya Taiwan itu penduduk aslinya bukanlah orang Han. Han China adalah bangsa pendatang dari China daratan. Mereka sudah ada sejak Dinasti Ming, namun gelombang terbesarnya hadir di Taiwan pada masa Dinasti Qing (bareng Koxinga) dan masa pelarian KMT ke Taiwan pada 1949.

Nah, menurut profesorku yang ahli di bidang antropologi dan etnologi, beliau mengatakan bahwa orang-orang asli yang mendiami Taiwan adalah orang-orang dari rumpun bahasa Austronesia (mirip dengan orang asli di Indonesia, ex: Dayak, dll). Maka gak heran, kalau bertemu dengan orang asli Taiwan, kita bisa sering salah mengira bahwa mereka dari Indonesia atau Malaysia.

Pernah, satu waktu dalam sebuah konferensi Internasional di Penghu, aku melihat seorang bapak-bapak yang terlihat “ikhwan”, karena berwajah sangat melayu dan ada janggut tipis di dagunya. Aku yang saat itu mengira satu-satunya peserta muslim, langsung kegirangan. Langsung saja kusapa bapak itu, kuucapkan salam. Tapi anehnya, bliau hanya tersenyum dan berbicara dalam bahasa mandarin. Ooow, ternyata beliau adalah orang dari grup “Yami” di Green Island (Ludao). Malunya daku, setengah mati XD

***

Peta persebaran indigenous people di Taiwan

Peta persebaran indigenous people di Taiwan

Dari total 14 indigenous groups yang ada di Taiwan, kelompokku memilih untuk membahas “Atayal”. Atayal, juga dikenal sebagai Tayal atau Tayan, berarti “genuine person” atau “brave man“. Saat ini, diperkirakan ada sekitar 91.883 orang Atayal, ato sekitar 23.1% dari total keseluruhan populasi indigenous people di Taiwan. Sebelumnya, Atayal merupakan kelompok terbesar, tapi Taroko dan Sediq yang merupakan sub-group dari Atayal, beberapa tahun yang lalu mendapatkan pengakuan sebagai group tersendiri.

Persebaran orang Atayal adalah yang paling luas dibandingkan group lainnya. Mereka tersebar dari utara hingga tengah Taiwan, dan juga dari barat hingga Timur Taiwan (lihat peta di bawah). Mereka mendiami wilayah Taipei, Yilan, Hualien, Taoyuan, Hsinchu, Miaoli, Taichung dan Nantou counties.

Gaga

Nah, tiap masyarakat dan budaya itu memiliki aturan dan ethics-nya sendiri-sendiri. Untuk Atayal, peraturan tersebut disebut sebagai “Gaga”, yang menjadi prinsip tertinggi mencakup kebiasaan, peraturan dan nilai moral yang diturunkan dari generasi ke generasi. Gaga berperan sangat penting bagi masyarakat Atayal. Ini menjadi dasar dari setiap tradisi yang ada.

Perburuan Kepala (Headhunting)

Mendengarnya saja, bulu kudung langsung merinding. Tradisi berburu kepala ini memang dilakukan oleh orang-orang dari group ini, namun kemudian semasa kolonial Jepang pada tahun 1930an, perburuan ini dilarang. Headhunting biasanya dilakukan secara tidak teratur dan dalam skala kecil.

Picture5

Jika menggunakan perspektif kebudayaan dan tradisi Atayal, maksud dari headhunting ini adalah untuk memperkuat kekuatan para nenek moyang mereka. Mereka percaya bahwa roh dari orang yang dipenggal itu akan melindungi para pemburu dan roh tersebut akan bergabung bersama ancestral spirits. Selain itu, berburu kepala juga menjadi jaminan bisa memasuki dunia roh nenek moyang setelah mereka mati nanti.

Khususnya buat kaum adam, untuk bisa mendapatkan tato wajah, seorang laki-laki Atayal harus membawa satu kepala manusia. Dan kepala itu diperlakukan secara istimewa, dihormati, diberi makanan dan minuman serta diharapkan bisa membawa keberuntungan dalam panen raya.

Tato Muka (Facial Tattoo/ Ptasan)

Picture1Selain headhunting, tradisi tato muka merupakan tradisi penting dan termasuk di dalam “gaga”. Orang-orang Atayal bisa mulai mendapatkan tato ini pada umur sekitar 15-16 tahun. Buat mereka, tato ini sebagai penanda kedewasaan dan juga tanda kehormatan, serta sebagai pembeda dengan kelompok lainnya, terutama ketika mereka melakukan praktik headhunting.

Mereka percaya jika orang yang tidak memiliki tato muka akan ditolak rohnya dan tidak bisa memasuki dunia nenek moyang ketika mereka mati nanti, serta tidak bisa menyebrangi hongu utux, atau jembatan roh/ pelangi ke dunia selanjutnya.

Untuk laki-laki, tato di wajah letaknya di dahi dan dagu. Ketika sudah cukup umur, baik wanita maupun laki-laki Atayal mendapatkan tato di dahi. Namun, untuk tato di dagu, laki-laki Atayal baru bisa mendapatkannya ketika sudah punya pengalaman headhunting. Sedangkan untuk wanita, tatonya terletak di pipi dengan garis dari telinga sampai ke bibir. Untuk mendapatkan tato pipi ini, wanita harus memiliki keahlian menenun kain untuk pakaian. Hanya mereka yang bertato-lah yang bisa menikah.

Sekian penjelasan singkat tentang Atayal. Untuk lengkapnya mengenai Wulai dan pariwisata di sana, detailnya bisa disimak di file presentasi berikut: The Atayal and Tourism in Wulai; Past and Present

Enjoy :)! Let’s learn the diversity of His creation :)


[Travel] Berburu Stroberi di Neihu, Taipei

$
0
0

Ingin mencoba jalan-jalan di Taiwan dengan tema yang berbeda? Bisa coba berburu stroberi :D! Fyi, stroberi merupakan buah musiman yang dapat dipanen sekitar bulan November – April. So, kalau rekan-rekan berada di negara empat musim dan daerah yang cukup dingin, bisa tuh berkunjung dan mencoba memetik stroberi :)

Sejenak kuceritakan agro-wisata yang ada di Taiwan. Di Taiwan sendiri, pusat stroberi sebenarnya ada di Dahu, Miaoli sekitar 3 jam perjalanan dari Taipei. Dahu memproduksi sekitar 90% dari total jumlah stroberi yang ada di Taiwan. Stroberi pertama kali diperkenalkan di Dahu pada 1957 dengan melakukan percobaan menanam beragam jenis stroberi. Namun, perkebunan dengan konsep “memetik sendiri” baru muncul pada tahun 1976.

Dari nge-googling

Dari nge-googling

Di Dahu, setiap tahunnya diadakan Festival Stroberi dimana para pengunjungnya dapat menikmati stroberi hasil petikannya sendiri. Oleh karenanya, selain bisa memilih dan memetik sendiri stroberi di ladangnya, kita juga bisa makan sepuasnya! Sepanjang jalan di daerah Dahu, kita bisa melihat perkebunan stroberi di kanan dan kiri jalan, khususnya Provincial Highway No.3 dan rute menuju Tai An hot springs. Pengunjung bisa memilih perkebunan stroberi yang ingin didatangi, dan pastikan terlebih dahulu biaya masuk perkebunannya. Harga normalnya sekitar NT$160 – NT$200 untuk setiap 600 gram stroberi (khususnya selama musim Lantern Festival di bulan Februari), dan sekitar NT$100 – NT$ 160 setelahnya. Namun, di penghujung musim semi, biasanya harganya turun jauh menjadi sekitar NT$60.

Nah, itu tentang Dahu. Bagaimana jika kawan-kawan ingin memetik stroberi, tapi tak ada waktu yang cukup untuk pergi ke sana? Alternatifnya adalah pergi ke Neihu, sebelah utara kota Taipei. Selain tak terlalu jauh, di sekitar Neihu ada berbagai perkebunan dan kafe stroberi. Lengkapnya daftar lokasi bisa lihat link berikut: Strawberry Picking in Taipei

Gambar dari googling

Gambar dari googling

Berhubung tahun 2014 ini adalah tahun terakhirku di Taiwan (inshaAllah), dan karena keterbatasan waktu akhirnya ambisi berburu stroberi kuarahkan ke Neihu ini. Bersama dengan dua orang kawanku, kami pergi dengan nekatnya :D. Mengapa nekat? Karena keputusan untuk jalan-jalan ke sini, hanya dalam hitungan menit, di hari menjelang sore dan hujan turun cukup deras pula XD. Tapi demi memenuhi hajat ini, dan juga untuk menemani salah seorang kawan yang keesokannya akan pulang ke tanah air, dengan kemantapan hati, pergilah kami bertiga ke sana.

Oya, sebagai informasi, sebagian besar kebun strober tersebut hanya buka pada akhir pekan (Sabtu dan Ahad), dan jika ingin berkunjung secara khusus pada hari kerja, harus membuat janji dan itu berarti harga stroberinya akan “khusus” pula. Namun, Alhamdulillah, setelah kawanku yang sudah expert tentang per-Taiwan-an mencoba menelepon satu per satu kebun stroberi tersebut, ada satu yang “kebetulan” buka pada hari itu (tanpa harus pesan khusus). Alhamdulillah, memang kalo sudah rezeki tak akan kemana :D.

Kebun yang menjadi tujuan kami bernama Neihu Recreational Farm, yang beralamat di No.49, Bishan Rd., Neihu Dist., Taipei City. Pemiliknya bernama Mr. & Mrs. Jin-Chi Guo.

Ini dia No. 49

Ini dia No. 49

Saat mencari tahu informasi alamat dan transportasi ke sana, ada mini-bus yang beroperasi rutin. Namun karena kondisi hujan cukup deras, maka cara yang paling mudah adalah dengan menggunakan taksi dari MRT Neihu. Karena lokasi kebun stroberi itu ada di puncak bukit, pada awalnya pak supir taksi sempat agak keder karena khawatir dengan kabut tebal dan tanjakan plus tebing. Tapi Alhamdulillah, setelah coba tanya dan lihat petunjuk arahnya, kami tiba dengan selamat sampai ke lokasi.

Gambaran lokasi Bishan Road dari MRT Neihu

Gambaran lokasi Bishan Road dari MRT Neihu

Biaya yang harus dibayar dengan taksi sebenarnya cukup murah, sekitar 150 NTD. Namun, pak supir minta tambahan 100 NTD disebabkan jalanan menanjak tersebut. So, buat yang seneng hiking, bisa aja ke sini dengan jalan kaki (nanjak). hahaha… Oya, lama perjalanannya sekitar 15-20 menit dengan taksi.

Kembali lagi ke cerita awal. Sesampainya kami di kebun No.49 ini, kami disambut oleh Mrs. Guo, yang sudah menunggu pasca temanku mengontak sebelumnya. Setelah itu, kami langsung diberi seperangkat alat berburu; keranjang buah dan gunting, dan langsung saja beliau mengajak kami menuju ke kebunnya.

Image

Ini suasana kebun stroberi yang ada di Bishan Road, Neihu

Berhubung aku dan kawanku baru pertama kali ke kebun stroberi, kami pun bersorak kegirangan. Bukannya berburu stroberi, awal-awal tiba di sana malah sibuk bernarsis ria dan jepret sana sini. Alhamdulillah, si Ibu Guo memaklumi tindakan kami yang “ndeso” ini XD. Beliau dengan ramahnya mengajak berbincang, setia menemani sambil menjelaskan ini itu serta nyambi bersih-bersih kebun stroberinya dari daun yang layu.

Image

This is it :D

Image

Dan akupun sibuk berburu, sambil self-talk to the strawberries

Image

Model for commercial ads di kebon stroberi :p

Ibu Guo dan suaminya, sudah memulai bisnis ini sejak awal tahun 2000-an. Mereka memiliki dua macam jenis kebun; yang stroberinya tumbuh langsung di tanah, ada juga stroberi yang tumbuh di pot. Tentu, ada kelebihan masing-masing berburu stroberi di dua jenis kebun ini. Kalau kebun bertanah, kalau lagi musim hujan perlu hati-hati karena tanah yang basah dan berlumpur. So, perlu siapin sepatu yang nyaman ya. Sedangkan yang ber-pot, selain lebih bersih, stroberinya tertata lebih apik dan bertingkat-tingkat. Membuat orang jadi lebih “lapar stroberi” alias kalap menggunting stroberi :D. Oh ya, walau hujan, tak perlu khawatir kehujanan, karena dua macam kebun ini dilindungi oleh atap terpal.

Image

Bener-bener bikin kalap XD

Nah, setelah beberapa waktu berkalap-ria berburu stroberi dan puas jadi “model” narsis di kebon stroberi, akhirnya saatnya menyudahi aktifitas kami. Sekeranjang penuh stroberi kemudian diserahkan ke Ibu Guo untuk ditimbang. Per “jin” stroberi (satuan untuk di Taiwan, 1 jin sekitar 600 gram) adalah NTD 450. Lumayan mahal memang, karena stroberi yang kami pilih adalah yang berukuran besar, mantab dan bentuknya bagus. hehehe… Fyi, pas lagi metik, jangan dimakan dulu ya, soalnya harus ditimbang en bayar dulu, baru setelah itu bisa dimakan sepuasnya (pake home made es krim stroberi lebih nikmat :D ).

Image

Ditimbang, then dimasukkan ke kotak khusus

Image

Home made es krim stroberi seharga NTD 30, fresh en enak!

Sebelum berpamitan, kami menyempatkan diri berbincang dengan Mr & Mrs. Guo, sambil main tebak-tebakan asal negara. Untuk kedua temanku, mereka dengan mudahnya dikira sebagai orang Indonesia. Namun tidak untukku XD. Pertama kali, mereka menebak bahwa aku dari Amerika :D! Hahaha… En then, kubilang bukan, then mereka tebak lagi kalau aku dari China daratan ^^”. Saat kukatakan bahwa ortuku benar-benar Indonesian (bukan keturunan Tionghoa), mereka tak percaya. Ya sudahlah, it’s not for the first time for me. hahaha…

Bersama Mrs. Guo, si pemilik kebun nan ramah

Bersama Mrs. Guo, si pemilik kebun nan ramah

Oya, kami menyempatkan diri pula untuk sholat ashar di sana. Alhamdulillah, mereka memberi izin dan tempat untuk kami sholat. Dan kemudian, beliau memberi saran kepada kami untuk pulang dengan menggunakan mini-bus yang melewati depan kebun mereka. Interval bisnya tak terlalu lama, tiap 20-30 menit sekali. Sebagai penutup tulisan ini, berikut kuberikan ancer-ancer peta dan juga mini-bus untuk ke Bishan road:

IMG_2128

  • Dari MRT Neihu, keluar ke exit 1. Kemudian dilanjutkan dengan berjalan sebentar ke bus stop Bihu Elementary School, sekitar 5 menit dari exit MRT
  • Naik bis jalur small-2 (xiao 2) menuju Shikan. Turun di kebon stroberi yang ingin dikunjungi. Bisa turun dimana aja, gak harus persis di bus stop (berhubung lokasinya di tengah-tengah bukit. hehe)
  • Biaya: Easy card mahasiswa NTD 12, umum 15 NTD, koin NTD 15

Berhubung sekarang sudah penghujung bulan April, kemungkinan besar stroberi sudah pada habis. So, selamat menikmati perjalanan dan perburuan stroberi di Neihu pada musim dingin mendatang :)

Image


[J-Movie] The Great Passage (2013)

$
0
0

Sejenak “kabur” dari buku, jurnal, dan perpustakaan. Mari rehat dengan menyaksikan J-movie yang satu ini :D.

***

Coba definisikan apa itu “kanan”. Can you?

Kalau tiba-tiba ditanya seperti itu, mungkin kebanyakan dari kita akan bingung dan tak tahu harus jawab apa. Banyak definisi dari perbendaharaan kata dalam kehidupan sehari-hari kita yang luput dari perhatian. Karena sudah saking biasanya, jadi tak pernah terlalu dipikirkan.

Tentu itu akan berbeda buat para pakar linguistik, yang memang fokus pada bidang ini. Mungkin, mereka dengan mudahnya mendefinisikan suatu kata. Apalagi kalau orang tersebut adalah pembuat kamus, pasti lebih canggih lagi. Ya, kan?

Sebelum menonton film ini, aku gak kepikiran gimana caranya proses membuat sebuah kamus. Walaupun sering pergi ke toko buku dan melihat kamus yang terpajang dengan berbagai macam versi dan jenis, tetep saja gak “ngeh” dengan “perjuangan” yang ada di baliknya.

Ternyata oh ternyata, membuat sebuah kamus yang lengkap itu benar-benar butuh proses yang panjang. Dari film ini, bahkan dibutuhkan waktu sekitar 15 tahun mulai dari proses seleksi pemilihan kata, pendefinisian, pembuatan contoh kalimat, editing (almost 4-5 times!) dan percetakan.

Majime

Sedikit cuplikan isi cerita, film yang menjadi wakil Jepang dalam ajang Academy Awards 2013 ini, mengisahkan Majime yang punya kemampuan komunikasi yang minim. Namun, ia memiliki talenta untuk memahami makna dari suatu kata dan punya cara berpikir yang berbeda dari orang kebanyakan. Di tempat ia bekerja (sebuah perusahaan publishing), ia dipindahtugaskan dari departemen penjualan ke pengeditan kamus. Dari situlah, perjalanan dan perjuangan Majime dan timnya dimulai hingga 15 tahun kemudian. Untuk tahu gambarannya, sila lihat trailernya aja yak :D.

Btw, film ini diadaptasi dari sebuah novel berjudul “Fune o Amu” oleh Shion Miura (dipublikasikan pada 17 September 2011 oleh Kobunsha). Buatku, film ini sungguh menarik karena mengangkat kisah yang jarang terpikirkan. Apalagi, dengan kecanggihan teknologi yang ada saat ini, kamus “tradisional” tentunya kalah saing dengan kamus elektronik. Namun, kalau memahami bagaimana nilai di balik proses tersebut, kita jadi semakin lebih menghargai dan menikmati “uniknya” sebuah proses komunikasi, perbendaharaan kata hingga perubahan zaman.

Bagi yang ingin menontonnya secara online, bisa streaming di tautan: INI.

Please, enjoy and get the lesson learned.

PS:
- Klo untuk konteks di Indonesia, bahasa “Alay” ada kamusnya gak? Mungkin proses pembuatannya gak sampe serumit yang ada di film ini (?)
- Tokoh yang paling kusuka di film ini adalah “Taro-san”, the yellow-fat-cute cat :D. Mau punyaaaa XD


[Travel] Semenggoh Wildlife Center – Sarawak

$
0
0

Alhamdulillah di bulan Mei ini, aku berkesempatan untuk mengunjungi pulau terbesar di dunia, that’s Kalimantan ato globally known as Borneo. Terakhir berada di pulau ini tahun 2011, saat bersilaturrahim dengan kawan-kawan MITI Mahasiswa wilayah Kalimantan di Banjarmasin. Nah, dengan penuh perjuangan akhirnya rencana perjalanan ke sisi utara Borneo bisa terlaksana juga :).

Niat berkunjung ke sini bermula dari adanya promo tiket AA, yang (sebenernya) sangat murah pada Oktober 2013 yang lalu. Saat itu aku berasumsi bahwa skitar bulan Mei aku sedang menulis tesis dan memerlukan “pelarian sejenak”. Dan pas rezeki ada promo ini, maka jadilah aku bersemangat untuk berperjalanan dengan rute keliling sbb: Taipei – Kota Kinabalu – Kuching – Miri – Bandar Seri Begawan (Brunei) – Kota Kinabalu – Taipei. Total hari perjalanannya adalah 7 hari, kupersingkat dari sebelumnya 10 hari. Untuk detail perjalanan (termasuk tips, itinerary, place to visit, where to stay, transport, dll) akan kuposting di lain kesempatan (*kalo sempet :p).

IMG_4915

Khusus di sini, aku ingin menorehkan pengalaman selama di Kuching, Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Rencana awal selama di Kuching adalah mengunjungi Sarawak Cultural Village yang terkenal dengan indigenous people-nya (orang Dayak). Sebagai seorang “penggemar” etnologi, aku pun bersemangat membara untuk bisa ke sana. Namun apa daya, berdasarkan info dari pengelola hostel di Kuching, untuk ke sana perlu biaya yang tidak sedikit (sekitar 15 ringgit transport PP + 60 ringgit biaya masuk) dan waktu perjalanan yang cukup panjang, maka rencana perjalananku pun langsung “banting stir”; “Idealisme” (dalam hal ini kesukaan) harus menghadapi kenyataan (*backpacker dengan budget mepet). hahaha….

Dari segala opsi yang disampaikan officer hostel, akhirnya kupilih untuk berkunjung ke Semenggoh Wildlife Center untuk melihat Orangutan di habitat semi-liarnya. Berikut ringkasan informasi perjalanannya:

  • Lokasi bis berangkat: Chin Liang Long Bus Station (Jalan Masjid, dekat Padang Merdeka Kuching – Lihat peta di bawah)
  • Nomor Bis: K-6 (bis warna hijau) jurusan Semenggoh Wildlife Center
  • Waktu keberangkatan bis: 07.00 a.m. dan 01.00 pm
  • Durasi perjalanan: 45 menit – 1 jam
  • Biaya bis: 3 Ringgit Malaysia = 30 NTD = Rp 10.000,- (one way)

peta kuching

Nah, berhubung waktu kunjungan ke Semenggoh ini disesuaikan dengan waktu makannya Orangutan (ada 2 sesi; jam 09.00 dan jam 15.00), maka pengunjung perlu memperkirakan waktu keberangkatan sesuai dengan pilihan waktunya. Aku memilih sesi makan yang pagi, sehingga aku pun berangkat dari hostel jam 06.30 ke stasiun bis (kira-kira 10-15 menit jalan kaki) untuk mengejar bis jam 07.00. Tidak terlalu sulit untuk menemukan terminal ini apalagi berbekal peta :D. En suasananya mirip terminal + pasar tradisional di Indonesia, jadi lebih familiar :D. Untuk bisnya pun mudah dikenali mengingat ada cukup banyak “bule” yang juga ingin ke sana. Saat itu, ada sekitar 10 bule yang sama-sama mau ke Semenggoh ini. So, akan kelihatan mencolok bis mana yang dikerumuni pelancong ;D.

Mbayarnya bisnya dengan uang cash ke pak supir saat naik bis, then langsung pilih lokasi duduk sesuka hati. As usual, my most favorite location to sit in the bus adalah kursi paling pojok belakang deket jendela; enak, bisa sambil lihat suasana sekitar en bekontempelasi (*buat yang mudah mabok or pusing, sangat tidak disarankan duduk di belakang coz sangat bumpy).

Karena suasana masih cukup pagi dan waktu tempuh cukup panjang, maka teman-teman bisa sambil nyambi sarapan or nyemil selama perjalanan, atau bisa juga nyambi baca (*sok rajin kayak aye, hahaha) atau melanjutkan tidur, silakan :D. Suasana jalan menuju ke Semenggoh mengingatkan masa kecilku saat berada di belantara Sumatra sana. Mirip-mirip lah ;), jadi sekalian nostalgia. Setelah hampir 1 jam, akhirnya kami sampai. Bis berhenti di pemberhentian terakhir, tepat di depan loket tiket Wildlife center ini.

Peta Arah ke Semenggoh Wild-life center

Peta Arah ke Semenggoh Wild-life center

Btw, sebenernya ada banyak tour package yang nyaman untuk bisa ke sana, dan cukup mengontak pihak hostel kalau tertarik pergi dengan package, biayanya sekitar 60 RM untuk transport PP hostel – Semenggoh +tiket masuk. Tapi berhubung kantong agak mepet dan dengan dalih ingin “menjelajahi” the real Kuching, akhirnya aye memilih untuk pake transport umum. More challenging :D!

Sesampainya di Semenggoh, langsung beli tiket. Awalnya pak penjual tiket mengira bahwa aku adalah “lokal” Malaysian, soale kalo saya cakap Malay, mirip-lah :D. Sempet otak jahat berpikir; “Klo ngaku-ngaku sbagai lokal, bisa dapat tiket lebih murah nih. hehehe…”. But demi keberkahan perjalanan serta nasionalisme kebangsaan, kujawab: “I am Indonesian” :).

Berikut beberapa info penting terkait Semenggoh Wildlife center:

  • Biaya tiket masuk: 10 RM (untuk orang asing non-Malaysia dewasa) dan 5 RM (untuk warga Malaysia)
  • Feeding time: 09.00 – 10.00 dan 15.00 – 16.00
  • Jarak gerbang – lokasi: 1.3 km
  • Waktu perjalanan dari gerbang masuk ke lokasi: 20-30 menit jalan kaki (dengan kontur jalan naik turun XD)
IMG_5012

Kekuatan dan keseimbangannya luar biasa! MaasyaAllah

Aww... So Cute XD!

Aww… So Cute XD!

Itadakimasu!

Itadakimasu!

Setelah berjalan dan berpeluh ria, akhirnya ketemu juga lokasi feeding orang utannya :D! Kulihat ada beberapa orang utan yang sudah sibuk bergelantungan di pepohonan mencari makanan yang sudah disiapkan petugas. Sedikit berdiskusi dengan pak cik petugas, kudapat informasi bahwa di Semenggoh ini, terdapat sekitar 26 orang utan yang “rajin” datang ke sana. Orang utan tertua bernama “Seluku”, yang sudah berumur 43 tahun dan berstatus “nenek-nenek”. Ada juga kutemui orang utan balita bernama “Gania” berumur 5,5 tahun. Dinamakan demikian untuk mengenang salah satu petugas center ini yang sudah wafat.

Pak Cik Petugas

Pak Cik Petugas

Informasi lain yang kudapat, Semenggoh wild-life center dikelola oleh pemerintah negara bagian (state-government) Sarawak dan sudah ada sejak tahun 1970-an, in which brarti skarang sudah 40 tahun. Dan si nenek “Seluku” merupakan “penghuni” pertama. Untuk petugasnya, ada sekitar 6 orang officer dan pekerja teknis (bersih-bersih dll) sekitar 9 orang.

Oya, beberapa tips kalau mau ke Semenggoh:

  • Siapkan minuman yang cukup, karena akan berjalan cukup “lumayan” ke lokasi makannya orangutan
  • Siapkan stamina! Syukur-syukur kalo rejeki pas jalan kaki, trus ada yang berbaik hati kasih tumpangan :) (And I got a free ride from a very kind Malaysian lady, Alhamdulillah, trima kasih cik!)
  • Gunakan sepatu kets, selain supaya lebih nyaman berjalan, juga lebih cocok untuk situasi di hutan
  • Gunakan kaos panjang, celana/ rok panjang mengingat lokasi center yang di antara hutan (bakalan ada nyamuk en serangga sejenis)
  • Bagi yang hobi foto, jangan lupa bawa kamera dengan lensa tele atau zoom yang cukup oke karena jarak kita dengan orangutan agak jauhan. Trus tidak diperbolehkan pakai tripod (jadi gak usah repot-repot bawa) karena itu bisa membuat orangutan ketakutan (dikira senapan).

Anyway, buat pecinta binatang dan alam, lokasi ini sangat direkomendasikan untuk dikunjungi :)! Walo pernah lihat orangutan di kebon binatang, tapi tetep aja sensasinya beda jika kita melihat mereka langsung di habitat (semi) alaminya. Kalau dipikir-pikir, sebenarnya di tanah air juga ada tempat semacam ini di Kalimantan Barat, tapi karena akses, transportasi dan informasi yang kurang memadai, jadinya belum sempat mengunjunginya ke sana. Smoga next time bisa berkunjung. aamiin

Jaa, untuk info lebih lanjut tentang Semenggoh wild-life center bisa dibaca di tautan BERIKUT.

 


[Share] My NCCU, My Story

$
0
0

“My NCCU, My Story” is a publication dedicated to the Diamond Jubilee of NCCU in Taiwan, featuring articles in their native languages collected from international students studying or having studied at NCCU. 31 stories are included from authors from 17 countries, written in 10 different languages to share their thoughts on their experiences at NCCU.

Image

Ndak terasa sudah hampir 2 tahun berlalu, dan tinggal menghitung bulan, aku akan meninggalkan bumi Formosa ini. Ada banyak kisah dan pengalaman yang kualami selama di sini. Di dalam kompilasi tulisan ini, sedikit kutuangkan pengalaman tersebut.

Bagi yang tertarik membaca lengkapnya, bisa diunduh di: My NCCU, My Story

Sumber: OIC NCCU Website


[Foto] Fabulous Taiwan – Photo Competition

$
0
0
Image

Winner List 2014 Contest

Alhamdulillah, satu lagi nikmat dan rezeki dari Allah, di bumi Formosa ini, karya kuro-chan bisa dilihat secara publik. Bermula dari sebuah kompetisi foto yang diadakan oleh MOE Taiwan untuk para alumni dan fellow Taiwan Scholarship bertajuk “Fabulous Taiwan” aku pun kemudian memutuskan untuk mengirimkan jepretannya kuro-chan. Dalam kompetisi ini, masing-masing peserta dari berbagai negara diminta untuk mengirimkan set foto yang terdiri dari 4 foto dengan tema yang sama, disertai dengan caption berbahasa Mandarin dan Inggris.

Dalam kesempatan ini, aku mengirim 3 set foto dengan berbagai tema, dan Alhamdulillah, salah satunya (terkait budaya dan agama di Taiwan) terpilih sebagai “honorable mention” :). Berikut adalah foto dan caption tersebut:

2014-05-23 16.35.24

Foto tersebut kuambil dari dua lokasi: Zhinan Temple di Maokong dan di Magong, Penghu

我在政大亞太研究碩士學程副修社會與文化。我很榮幸在過程中,我發現自己對人類學以及民族學的熱愛,尤其是中華與台灣文化。在台灣做研究的期間,我最喜歡的就是直接接觸台灣文化了,親自去接觸、瞭解第一手的資料。不只有從課本與課堂中學習,同時我也有機會探訪廟宇,以及親眼目睹宗教在中華文化的實踐。

I took society and culture as my minor during my study in IMAS, NCCU. I’m really happy that I can finally find my passion on anthropology and ethnology, especially in Chinese and Taiwanese culture. What I like most during my study in Taiwan is the opportunity to experience Taiwan’s culture directly, learn and understand it from the first hand. Not only learn from the books and class that I took, but I also have chances to visit temples and observe the Chinese religion’s practice.

***

Semoga ke depannya bisa berkontribusi lebih luas dan hasil jepretan kuro-chan bisa lebih bermanfaat lagi untuk berbagai hal :)

2014-05-23 16.35.35

“numpang nampang” :p

2014-05-23 16.44.50

Alhamdulillah

Untuk melihat foto-foto dari kontestan lainnya, silakan dilihat di Facebook Fanpage Fabulous Taiwan Photo and Caption Contest 2014 di SINI.



[Travel] Backpacking to Northern Borneo

$
0
0

Pernahkah kawan menginjakkan kaki ke tanah Borneo? Pulau terbesar di dunia yang lebih kita kenal dengan sebutan Kalimantan ini, memiliki wilayah yang dikelola oleh 3 negara berbeda: Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam.

Alhamdulillah, pada awal Mei 2014 lalu, aku berkesempatan untuk menginjakkan kaki di sana, khususnya di wilayah Northern Borneo; Sabah – Sarawak (Malaysia) dan Brunei Darussalam. Dengan semangat “conquering ASEAN countries before AEC 2015″, maka kulakukan misi “Backpacking to Northern Borneo”. Dengan perjalanan ini, maka dari total 10 Negara ASEAN, masih ada 3 negara lain yang belum kujelajahi; Myanmar, Kamboja dan Vietnam. Will be my next target :D

0

Ini rute perjalanannya

Perjalanan 8 hari 7 malam ini mengunjungi 4 kota; KK, Kuching, Miri dan BSB, dengan rute sebagai berikut:

Ada banyak hal yang kupelajari dalam perjalanan kali ini, terutama dalam hal sejarah dan budaya yang ada di Eastern Malaysia dan Brunei. Menarik juga, melihat sisi lain dari Malaysia Timur yang somehow memiliki banyak perbedaan dengan Malaysia semenanjung. Di sini, mayoritas masyarakat yang tinggal adalah etnis China dan suku asli Borneo (kalo di Indonesia salah satunya Dayak).

Selama di sana, aku sering dikira sebagai orang Malaysia semenanjung. Bisa dimaklumi, selain dari jilbab, juga dari sisi komunikasi; “Saya boleh cakap Malay a ;)”. Kemampuan bahasa Melayu (dan somewhat Mandarin) sangat ditempa di sini. Dari beberapa percakapan dengan orang Malaysia etnis China, mereka menyebutkan bahwa dalam keseharian mereka lebih sering berbicara dalam bahasa Hokkian, tapi sesekali tetap berbahasa Mandarin dan Melayu logat mandarin :). Bahasa Inggris pun juga kadang-kadang dipakai. Maka, bilamana awak nak pergi ke sana, siap boleh cakap campur-campur lah :)

Trus, dari sisi budaya, selain budaya China yang kental (ditunjukkan dengan banyaknya temple Dao seperti di Taiwan), budaya orang asli Borneo sangat dipromosikan di sini. Dari berbagai jenis souvenir, banyak yang mirip-mirip dengan kerajinan khas daerah Kalimantan bagian Indonesia (manik-manik, dan juga ukiran khas Dayak). Dari situ, aku tersadar bahwasanya perbedaan wilayah secara politis tidak menjadikan budaya “Dayak” terbagi-bagi. Karena orang asli tersebut sudah mendiami tanah Borneo sebelum hadirnya para pendatang, jadi baik di Kalimantan bagian Indonesia, Malaysia or Brunei kebudayaan orang asli banyak kemiripan. So, I think we can’t easily claimed that kebudayaan tersebut adalah murni sepenuhnya milik Indonesia, Malaysia atau Brunei.

Selain itu, hal lain yang kualami adalah merasakan keramahan ala budaya Melayu. Sungguh, nostalgic! Berasa kembali ke masa kecil ketika tinggal di tanah Sumatera, kutemui banyak orang dengan keramahan serupa.

Dan terkait dengan pengalaman paling berkesan adalah ketika aku akhirnya memutuskan untuk mengambil perjalanan darat selama 9 jam dari Bandar Seri Begawan menuju Kota Kinabalu dengan bis. Berdasarkan informasi yang kukumpulkan sebelumnya, sebenarnya ada 2 cara alternatif untuk bepergian dari dan ke Bandar Seri Begawan – Kota Kinabalu (Sabah).

1

Dua alternatif rute dari dan ke BSB – KK

Begini pilihannya:

1) Jalur Darat plus Laut via Labuan

Dari BSB ke KK via darat plus laut, menghabiskan waktu sekitar 8 jam perjalanan (termasuk transit di Labuan). Keunggulan dari rute ini adalah lebih murah dibandingkan rute darat, dan cenderung lebih tidak ribet dari sisi imigrasi karena hanya perlu melewati 2 kali gerbang imigrasi (Brunei di Muara dan Malaysia di Pulau Labuan).

Kekurangannya (versiku) adalah calon penumpang harus berangkat awal dari Brunei, skitar jam 06.00 dengan harus memperhatikan detail perhitungan waktu karena harus berpindah moda transportasi beberapa kali. Mengutip dan mengadaptasikan informasi yang kudapatkan dari website INI, berikut ini detailnya:

  • 06.00 – 06.30: Menuju Bus Terminal BSB, bisa dengan shuttle bus (B$1) atau taksi. Mohon diingat, shuttle bus ini baru mulai beroperasi jam 06.30 dan selesai jam 18.00, durasi lewatnya setiap 20 menit sekali, jadi harus diperhitungkan baik-baik. Berikut di bawah ini adalah rute shuttle bus untuk dalam kota BSB dan menuju Muara.

Brunei Bus Line

 

  • 06.30 – 07.00: Dari Bus Terminal BSB, naik bus no. 39 menuju Muara. Ongkosnya B$2. Bis menuju ke sana setiap 30 menit sekali, dan beroperasi dari jam 06.30 sampai jam 19.00. Lama perjalanan sekitar 45-60 menit. Perlu diperhatikan, bis ini tidak sampai ke Ferry Terminal, sehingga di Muara perlu ganti bis nomor 33, turun di Serasa Ferry Terminal. Saat ganti bis, tidak perlu bayar lagi, tapi jangan lupa untuk minta cap transfer kepada kondektur/ sopir bis Muara
  • 08.00 – 11.00: Naik ferry dari Muara (Brunei) menuju Labuan (Malaysia). Harga tiket ferry B$18 (sekitar NTD 430 = Rp 170.000,-). Jadwal ferrynya jam 08.00, 08.30, 15.30 dan 16.00. Perlu diingat, beberapa ferry mensyaratkan untuk penumpang boarding paling lambat 30 menit sebelum berangkat. Jadi harus siap-siap yah. Waktu tempuh perjalanan sekitar 2,5 – 3 jam. Fyi, ada pemeriksaan imigrasi (cap paspor) di Muara/ Serasa Ferry terminal dan di Labuan (Sabah – Malaysia). Oya, bagi yang mau stay for one night di Labuan juga bisa, sambil jalan-jalan keliling pulau. Labuan ini cukup “menarik” lho. Lengkapnya baca di SINI
  • 13.00 – 15.00: Labuan ferry menuju Jesselton Ferry Terminal di Kota Kinabalu. Ferry rute ini beroperasi pada jam 13.00 dan 15.00. Waktu tempuh perjalanan sekitar 1,5 – 2 jam dengan biaya RM 35 (lower deck) atau RM 39 upper deck (sekitar NTD 365 = Rp 142.000,-). Btw, ferry yang digunakan beda dengan ferry dari Brunei yah, jadi harus beli tiket terpisah dan ganti ferry. Ada waktu sekitar 1-2 jam untuk istirahat dan transit di Labuan ferry terminal
  • 15.00: Sampailah di Kota Kinabalu. Jarak dari Jesselton Ferry terminal ke pusat kota tidak terlalu jauh, masih bisa ditempuh dengan jalan kaki sekitar 15 menit.

Oya, karena ganti-ganti moda transportasi ada baiknya siapkan mata uang dolar Brunei dan juga Ringgit Malaysia sejak awal yah, supaya gak ribet cari-cari money changer.

***

2) Jalur (full) Darat dengan Bis Jesselton Express Bus

Tiket bis, paspor plus kartu imigrasi Brunei

Tiket bis, paspor plus kartu imigrasi Brunei

Untuk jalur darat ini, keunggulannya adalah tidak terlalu ribet dari sisi gak perlu ganti-ganti moda kendaraan, trus berangkat dari hostelnya bisa lebih agak siangan dibandingkan naik ferry (hehehe…).

Bis “mangkal” di depan Waterfront BSB Jalan Mc Arthur (dekat dengan Bus Terminal BSB) jam 08.00. Nama bisnya “Jesselton Express Bus”. Kalau bingung di mana, pas di BSB Bus terminal coba aja tanya ama orang-orang di sana, direct bus to KK, ntar mereka akan bantu tunjukin jalan ke Waterfront-nya. Gak jauh koq, sekitar 5 menit aja (nyebrang jalan, langsung kelihatan bisnya).

Fyi, bis langsung dari BSB ke KK cuma beroperasi 1 kali per harinya. So, this is the only one, don’t missed it! Harga tiketnya B$ 45 (sekitar NTD 1,080 = Rp 470.000,-). Memang lebih mahal dibandingkan ferry, tapi karena berbagai pertimbangan, akhirnya aku memilih pake jalur darat. Pertimbanganku adalah sbb:

1) Gak repot ganti bis

2) Bisa lihat pemandangan darat (mostly hutan sih) dan melewati berbagai kota dengan keunikan + karakteristiknya masing-masing

3) Bisa dapat 8 cap imigrasi di paspor sekaligus :D! –> koleksi cap supaya paspornya penuh, mumpung paspor sebentar lagi habis masa berlakunya. hehehe…

Khusus untuk bagian 8 cap imigrasi, jangan kaget yah! Karena tiap beberapa jam memang harus naik turun bis saat melewati check point perbatasan. Ini menjadi salah satu faktor kekurangan (buat beberapa orang) karena jadi gak bisa tidur tenang :p, dan juga riweuh harus naik turun, ngantri cap sambil ditanyain petugas imigrasi. But for me it’s an advantage, coz very interesting and “challenging” :D.

Sebagai gambaran, berikut peta check point imigrasi perbatasan:

Kurang mantap apa :D?

Kurang mantap apa :D?

Check point 1 & 2: Brunei – Sarawak/ Malaysia

Seperti yang kusampaikan sebelumnya, bis berangkat jam 08.00. Nah, sampai di check point ini skitar pukul 09.00 dan memakan waktu 15 menit untuk mengantri cek & cap imigrasi bersama para penumpang bis lainnya. Kemudian perjalanan dilanjutkan lagi.

Check point 3 & 4: Limbang (Sarawak) – Temburong (Brunei)

Setelah melewati perbatasan, sampailah di Kota Limbang – Sarawak. Di sini, bis akan berhenti sebentar sekitar 15 menit untuk mengangkut penumpang. Perjalanan dilanjutkan, sampai di check point berikutnya jam 10.15 (bagian Malaysia), sekitar 10 menit cap, lanjut lagi naik bis sebentar, trus turun lagi check point Temburong (Brunei) jam 10.30.

Sekedar cerita, untuk imigrasi masuk wilayah Brunei, bisa dikatakan lebih ketat dibandingkan di Sabah/ Sarawak. Petugas imigrasi akan lebih banyak bertanya kepada orang-orang asal Indonesia, Vietnam dan Filipina. Mengapa? Karena banyak terjadi kasus penyalahgunaan free visa ASEAN untuk bekerja secara ilegal di Brunei. As you know, Brunei adalah negara mungil tapi kaya raya luar biasa. Orang-orang dari 3 negara ini tercatat paling banyak melanggar, maka jadilah pertanyaan yang diberikan petugas lebih banyak.

Alhamdulillah, saat itu karena aku bisa menunjukkan bukti bahwa adalah “turis” backpacker dan mahasiswa di Taiwan yang harus segera kembali ke Taipei, tidak ada masalah. Namun, ada beberapa orang Vietnam yang satu bis denganku, tertahan agak lama karena dicek segala macam dokumennya. Berhenti di check point ini agak lama, sekitar 30 menit karena kasus tadi.

Check point 5 & 6: Labu (Brunei) – Mengkalap (Sarawak-Malaysia)

Berangkat dari Temburong skitar jam 10.45, kemudian sampai di check point Labu jam 11.10 dan check point Mengkalap jam 11.17.

IMG_5578

Setelah melewati check point ini, perjalanan dilanjutkan dan berhenti untuk istirahat makan siang di terminal Kota Lawas – Sarawak (jam 11.55 – 12.45).

Check point 7 & 8: Sindumin (Sarawak) – Sipitang (Sabah)

Nah, perjuangan akan segera berakhir. Dari Lawas jam 12.45 perjalanan dilanjutkan dan tiba di check point terakhir (perbatasan Sarawak dan Sabah) pada pukul 13.20. Lho, koq perlu cap imigrasi juga? Iya, soalnya Malaysia menggunakan sistem negara bagian, jadi perlu cap juga. Untuk check point ini, sistemnya satu atap jadi petugas imigrasi Sarawak dan Sabah akan mengecap paspor kita sekaligus.

Dan setelah itu, akhirnya bisa tidur tenang hingga sampai ke Kota Kinabalu sekitar jam 16.45. Perhentian terakhir bis ini adalah di depan taman Kota KK. Sungguh, perjalanan yang panjang namun penuh pengalaman :)! Bisa melihat perbatasan negara via darat, suasana “tegang” saat di check point, hingga melihat keragaman pemandangan hutan dan kota sepanjang ujung utara Borneo. Kapan-kapan, mau coba ah yang jalur laut :D!

Selamat berpetualang buat rekan-rekan yang mau ke Northern Borneo :D!

Tips: Untuk menghemat uang, kalo mau jajan or beli sangu cemilan, mending belinya di wilayah Malaysia aja, jangan di Brunei karena lebih mahal 2,5 kali lipat! hehe…

PS: Untuk detail perjalanan di tiap kota (termasuk where to go, what to eat & visit, where to stay), akan kutuliskan dalam kesempatan yang berbeda. Matte kudasai ne :)


[Video] Ramadan in South Korea (2013)

$
0
0

Teringat summer tahun lalu (2013), di mana beberapa hari pertama di bulan Ramadan kuhabiskan di Negeri Ginseng ini. Alhamdulillah, sempat merasakan bagaimana berpuasa di negeri orang dengan durasi yang lebih panjang daripada di tanah air untuk pertama kalinya.

Video ini mengingatkanku kembali pada momen itu. Saat-saat dimana bersiap sahur sedini-hari mungkin dengan berbekal 3 buah onigiri (triangle kimbab, seharga 800 won per buah) dan sekotak susu pisang merk “Banana Uyu” seharga 1300 won (susu ini enak banget XD, sayangnya di Taiwan harganya muahal, per kotaknya 40-50 NTD).

Bababa... Babanana

Bababa… Babanana

Dan kemudian menjelang berbuka puasa, segera menuju daerah Itaewon – Seoul dimana Islamic Center alias Masjid Itaewon berada. Daerah Itaewon ini dikenal sebagai daerah internasionalnya Seoul, dan bisa dilihat dengan jelas karena ada beragam restoran dan toko-toko asing dari berbagai negara. Termasuk juga beberapa restoran halal ala Timur Tengah, Asia Selatan, Turki maupun Asia Tenggara. Alhamdulillah saat itu sempat dijamu oleh kawan yang sedang menuntut ilmu di sini. hehehe…

Smoga suatu saat nanti bisa berkunjung kembali ke sana, dan meneliti lebih jauh seputar sejarah dan perkembangan Islam + Muslim di Korea Selatan (as my research interest). aamiin….


[Story] Thanks T700, Welcome A645

$
0
0

*Di Karawang tanggal 22 Desember 2009, ku berjumpa dengannya. Dan di Taipei, 8 Juli 2014, saatnya berpisah dengannya…

Tak terasa 4,5 tahun berselang, di bulan Ramadhan ini, salah satu bagian dari hidupku berganti siklusnya. Dia, yang selalu menemani setiap perjalananku mulai akhir Desember 2009 hingga awal Juli 2014 yang lalu, sudah memasuki masa “pensiun”. Sosok hijau ini menjadi teman setia bagiku dalam berkelana, mengunjungi berbagai belahan bumi-Nya.

Entah sudah berapa puluh ribu kilometer jarak yang kulewati bersamanya. Dalam diamnya, ia senantiasa menjadi saksi kisah perjalananku; saat bahagia, sedih, deg-degan, khawatir, takut, hingga kesepian. Ya, dialah Pasporku, si T700*** :). Di sini, perkenankanlah aku merekamkan jejak perjalananku bersamanya.

20140726_100346

Officially Retired

Tahun 2010

Adalah tahun di mana frekuensi perjalananku mencapai puncaknya.

  • 24 Februari 2010, Bangkok – Thailand: Untuk pertama kalinya, halaman si T700 mendapatkan stempel. Saat itu, bersama 3 orang kawan dari UGM, kami menginjakkan kaki di Thailand untuk mengikuti AsTW 2010, sebuah short course program yang diadakan oleh Mahidol University International College dan Kyushu University. Selama dua pekan, aku mempelajari bahasa dan budaya Thailand, serta hubungan internasional di Asia Tenggara. Pengalaman ini merupakan salah satu momen yang tak terlupakan. Beberapa tulisan terkait perjalanan ini bisa dibaca di sini dan sini.
  • 14 Maret 2010, Kuala Lumpur – Malaysia: Sepulangnya dari negeri Gajah Putih, kusempatkan mampir, bersilaturrahim dengan para kawan yang sedang menuntut ilmu di negeri jiran ini.
  • 16 Maret 2010, Singapura: Perjalanan dilanjutkan menuju Singapura melalui jalur darat by train. Pemandangan sepanjang perjalanan dari Kuala Lumpur ke Singapura, penuh dengan ladang Kelapa Sawit. Agak membosankan memang XD. Tapi, jadi pengalaman tersendiri bisa mencicipi kereta di jalur Semenanjung Malaya
  • 27 Juni 2010, RRC: Keinginan untuk mengunjungi negeri tirai bambu akhirnya bisa tersampaikan. Alhamdulillah. Perjalanan selama 8 hari di China daratan ini, kuoptimalkan untuk berkunjung ke berbagai tempat di Beijing, Wuhan dan Xian. Lokasi yang wajib dikunjungi adalah The Great Wall. Kisahnya bisa dibaca di sini. Selain berjumpa dengan kawan sekamar saat di Thailand, kusempatkan juga menilik (mantan) calon kampus di Renmin University. Di Wuhan, aku berjumpa dengan kawan-kawan seperjuangan saat mengikuti AsTW 2010.
  • 14 Agustus 2010, Mekah & Madinah – Arab Saudi: Alhamdulillah pada Ramadhan 2010, aku bersama bapak dan ibu berkesempatan untuk umroh, mengunjungi Baitullah. Semoga Allah memperkenankanku untuk kembali ke sana, sesuai dengan doa yang kusampaikan pada waktu itu. aamiin.

Berhubung tahun 2011 sedang serius dan asiknya bekerja dan belajar di Indonesia Mengajar, so perjalanan di tahun ini lebih banyak kulakukan di tanah air tercintah :).

Tahun 2012

19 Juni 2012, Singapura: Di tahun ini, akhirnya perjalanan kulakukan lagi. Si T700 kembali menemani. Bersama kakak tercinta (*tsaaah, my sister mesthi langsung merinding), kami ber-backpacking ke Singapura. Sebelum kakakku berkeluarga, kami cukup sering melakukan backpacking bersama.

07 September 2012, Taiwan: Inilah saat di mana aku meninggalkan tanah air dan keluarga untuk waktu yang cukup lama, demi menuntut ilmu di bumi Formosa. Selama 2 tahun hingga Agustus 2014, aku kan berjuang mengumpulkan serpihan hikmah yang terserak di sini.

Tahun 2013

25 Januari 2013, Singapura: Untuk kesekian kalinya, aku menginjakkan kaki di negeri Singa. Kali ini dalam rangka transit untuk kembali ke kampung halaman. Bersama mbak Dian yang berdomisili di sana, kusempatkan untuk bersilaturrahim dan berkunjung ke Mustafa Center, pusat perbelanjaan India yang super lengkap dan murah. Untuk ibu-ibu macam saya, coklat dan beragam bumbu India adalah barang yang paling dicari. hahaha…

01 Juli 2013, Seoul + Daejeon + Busan, Korea Selatan: Alhamdulillah, selama 10 hari, aku berada di negeri Ginseng. Aku berkunjung ke sini dalam rangka menghadiri konferensi + presentasi paper di CISAK 2013 yang diadakan oleh rekan-rekan PERPIKA, di KAIST, Daejeon. Konferensi ini sebenarnya hanya berlangsung 2 hari, namun, as you know, konferensi adalah salah satu “kedok” yang paling oke untuk seorang travel freak sepertiku :p. Selama 8 hari yang tersisa, aku bersama beberapa orang kawan mengelilingi kota Seoul dan sekitarnya. Dan sempat pula kucicipi naik KTX (semacam Shinkansen ato THSR) untuk menuju ke Busan. Beberapa foto story, kutuliskan di sini: Seoul dan Busan.

988259_10200837119024736_617461835_n

27 November 2013, Bangkok – Thailand: Secara tak disangka-sangka, aku mendapatkan rezeki untuk bisa menghadiri Simposium Internasional PPI Dunia yang diadakan di Thammasat University, Bangkok. Kali ini, aku bersama mas Rangga, yang saat itu jadi ketua PPI Taiwan, diamanahkan untuk mewakili PPI Taiwan dalam acara tahunan. Ini pengalaman pertama mengikuti sebuah sidang bersama kawan-kawan Indonesia dari berbagai negara. Ada perasaan takjub dan syukur, bisa melihat perjuangan rekan-rekan setanah air yang menuntut ilmu di perantauan.

Eniwei, saat itu di Bangkok sedang terjadi demo besar-besaran dan ada kasus penembakan juga. Maka, jadilah, suasana menjadi sedikit mencekam. Karena lokasi kampus tempat acara, tak terlalu jauh dari lokasi pusat demo. Sempet menyaksikan juga dari dekat prosesi demonya XD

06 Desember 2013, Manila – Filipina: Tak lama berselang, perjalanan berkedok konferensi kembali kulakukan. Demi memenuhi target ASEAN visit, maka kuikuti sebuah konferensi yang diadakan oleh Asian Center, University of the Philippine di Quezon City. Kisah lengkapnya kutuliskan di sini. Banyak hal yang kupelajari selama berada di sana, yang paling berkesan adalah memperbandingkan kondisi kota Manila (plus orang-orangnya) dengan Jakarta. Sempat pula kutemui kawan-kawan Filipino saat bersama di AUN 2007 di Laos dan AsTW 2010 di Bangkok.

12 Maret 2014, Hong Kong SAR: Lagi-lagi, dengan kedok yang sama, aku berkunjung ke Hong Kong untuk menghadiri konferensi yang diadakan di Hong Kong University. Selama beberapa hari di sana, aku bertemu dengan kawan alumni UGM dan juga mbak Dina, yang baru kusadari kami begitu cocoknya. Mereka berdua adalah mahasiswa Indonesia yang sedang berkuliah di Tokyo, Jepang. Sempat pula aku bersilaturrahim bersama kawan-kawan PPI Hong Kong yang berkuliah di Chinese University of Hong Kong (CUHK). Di CUHK pula, aku sempat bertemu dengan Prof. Paul O’ Connor, seorang antropolog berkebangsaan Inggris yang menulis buku tentang “Islam in Hong Kong”.

16 Maret 2014, Macau SAR: Agak sayang rasanya kalau sudah ke Hong Kong, tapi ndak mampir ke Macau. Perjalanan singkat satu hari ini, kuoptimalkan untuk melihat peninggalan sejarah bangsa Portugis dan juga sebuah masjid mungil yang ada di sana. Kisah perjalanannya akan kutuliskan kemudian.

05 Mei 2014, Sabah – Malaysia Timur: Sebelum si T700 menginjak injury time “6 bulan berlaku”, maka untuk terakhir kalinya kuajak ia berkunjung ke Northern Borneo. Aku tiba di Kota Kinabalu – Sabah, Eastern Malaysia.

06 Mei 2014, Sarawak – Malaysia Timur: Nah, di tanggal ini aku menuju ke Kuching, Sarawak. Kenapa kutuliskan terpisah dari Kota Kinabalu, karena sistem yang digunakan di Malaysia adalah states, jadi tiap negara bagian ada capnya tersendiri.

09 Mei 2014, Bandar Seri Begawan – Brunei Darussalam: Untuk melengkapi kunjungan di utara Borneo, kusempatkan silaturrahim ke Brunei Darussalam yang saat itu lagi ramai-ramainya dibicarakan karena penerapan hukum syariah. Alhamdulillah, di sana aku rejeki bisa bertemu kawanku orang Brunei, yang juga seorang dosen sejarah di Universiti Brunei Darussalam. Pertama kali bertemu saat kami sama-sama mengikuti acara AUN 2007 di Vientiane, Laos. Cerita lengkap tentang Brunei, akan ditulis tersendiri.

Nah, lengkapnya cerita ber-backpacking ke Sabah, Sarawak dan Brunei ada di SINI.

Dan, setelah dari Brunei itulah, berakhir masa tugas si T700. Alhamdulillah, terima kasih banyak atas segala sesuatunya selama 4,5 tahun ini. Dan per 8 Juli 2014, “new family” has come. That is A645. Selamat datang! Welcome! Kore kara, yoroshiku onegaishimasu. Mohon bantuannya, semoga engkau selalu setia menemani dalam perjalananku selama 4,5 tahun ke depan. Can’t wait to see, where will I bring you XD. Bismillah….

*Paspor, inspirasi untuk memilikimu dikuatkan dengan adanya tulisan dari pak Rhenald Kasali INI.

Life, curious! Let’s get lost :D


[Share] Recommended Korean Movies

$
0
0

Setelah sebelumnya aye nulis tentang rekomendasi film-film produksi Jepang, kini saatnya untuk film Korea :)! Film yang ada di sini kurekomendasikan berdasarkan pengalaman bertahun-tahun “mengamati” film-film dari negeri Ginseng ini. Alasan kenapa kurekomendasikan adalah selain karena nilai hiburannya, tetapi juga nilai pelajaran serta kesan yang begitu mendalam setelah menontonnya.

Oya, caution! Sebaiknya nonton film-film ini pas lagi bener-bener ada waktu luang dan perlu hiburan yah. Don’t blame me (again) if you watch too much :p. Jaa, Selamat menyaksikan ^^! Judul film diurut berdasarkan tahun rilis.

1) Miss Granny (2014)

2014 - Miss Granny (poster 1)-thumb-300xauto-44999

Streaming onlinenya baru dirilis beberapa hari terakhir ini. Sejak nonton trailernya awal tahun lalu, langsung penasaran pengen lihat. Akhirnya, bisa nonton juga :D. Film ini mengisahkan seorang nenek berumur 70 tahun yang karena foto di studio foto ajaib, ia kembali jadi muda. She’s 20 years old now! Bisa bayangkan, bagaimana seorang nenek dengan ciri khasnya, menjalani kehidupan sebagai gadis muda. Hal yang kupelajari dari film ini adalah bagaimana memahami perasaan orang tua, gambaran ketika tua nanti, pentingnya keluarga serta bagaimana menghargai sebuah cita-cita. Btw, buat yang mau nonton ini dan punya gejala mudah melow en nangis, siapin tisu ya :p

Watch here: Miss Granny

2) Miracle in Cell No. 7 (2013)

Miracle_in_Cell_No._7_poster

Another family-type story movie. Film ini mengisahkan seorang anak perempuan yang tinggal bersama ayahnya yang mengalami keterbelakangan mental. Karena sebuah kesalahpahaman, sang ayah dituduh membunuh seorang anak kecil dan mendapat hukuman mati. Sang anak perempuan tersebut, mencari cara bagaimana bisa bertemu ayahnya, bahkan dengan nekat menyusup di sel penjara no. 7, tempat sang ayah mendekam. Again, you should prepare your tissue to watch it.

Watch here: Miracle in Cell No. 7

3) Secretly Greatly (2013)

Secretly Greatly

Agak berbeda dengan dua film di atas, film yang ini mengisahkan tentang seorang agen militer terbaik dari Korea Utara yang ditugaskan untuk menyusup dan menjadi mata-mata di Korea Selatan. Ia menyamar sebagai laki-laki muda dengan keterbelakangan mental dan tinggal di toko milik seorang ibu tua. Hm…. sebenarnya aye agak kurang suka dengan tipe ending film seperti ini, but still, worth to watch.

Watch here: Secretly Greatly

4) As One (2012)

as one korean movie

Aye termasuk orang yang nge-fans ama Ha Ji Won (mbak-mbak di cover yang sebelah kiri baju biru). Sosok bliau sungguh sporty, jadi sangat cocok main film ini :D. Pertama kali tahu film ini saat melihat list film yang ditayangkan selama penerbangan dari Jakarta ke Taipei. Film ini diambil dari sebuah kisah nyata, tentang “diplomasi ping pong” dimana Korea Utara dan Korea Selatan pernah bersatu dalam ajang pertandingan ping pong mewakili nama “Korea”. Selain keren permainannya, juga bisa sedikit belajar sejarah dan hubungan antara dua negara bersaudara ini. Really worth to watch!

Watch here: As One

5) I am the King (2012)

fullsizephoto245012 (1)

Film ini berlatarkan sejarah bangsa Korea, tepatnya masa pemerintahan “Sejong the Great”. Raja Sejong ini dikenal sebagai Raja yang menemukan alfabet “hangeul” dan berperan penting dalam peningkatan dan perkembangan dunia keilmuan dan hukum di Korea. Cerita film ini berkisah tentang seorang pengemis yang kebetulan berwajah mirip dengan sang pangeran (yang akan menjadi Raja Sejong). Karena beberapa hal, mereka bertukar peran. Sang pangeran menjadi pengemis, dan sang pengemis menjadi pangeran. Film ini menarik karena selain kita bisa belajar sejarah Korea dan peranan Raja Sejong, juga genre film yang komedi sehingga cukup menghibur bagi yang menonton. Untuk tahu sinopsis lengkap film ini bisa dilihat di SINI.

Watch here: I am the King

6) Hello Ghost (2011)

hello-ghost_-opens-23june

Siap-siapin tisu kalian XD! Film ini merupakan film dengan sejuta rasa saat menontonnya. Antara ngeri, lucu dan juga mengharukan. Mengisahkan tentang seorang laki-laki yang mencoba untuk bunuh diri hingga berkali-kali, namun gagal. Hingga akhirnya, setelah percobaan yang terakhir, ia kemudian bisa melihat hantu. Ada sekeluarga hantu yang semenjak saat itu sering mengganggunya. Mereka berjanji akan pergi apabila sang lelaki itu mau memenuhi permintaan mereka. Lengkapnya sinopsis, bisa baca di SINI.

Watch here: Hello Ghost

7) Welcome to Dongmakgol (2005)

Welcome_to_Dongmakgol_poster

Ini adalah salah satu film Korea yang pertama kali kutonton ketika jaman kuliah S1 di Jogja dulu. Dan masih hingga sekarang, film ini yang paling meninggalkan kesan mendalam buatku. Kisahnya berlatarkan perang Korea pada tahun 1950. Saat itu, ada pertempuran di daerah pelosok antara Korea Utara dan Korea Selatan beserta sekutu. Beberapa tentara terjebak di sebuah desa bernama Dongmakgol. Desa ini cukup terisolir sehingga warganya tidak tahu bahwa sedang terjadi perang di negeri mereka. Mereka adalah orang-orang lugu nan tulus sehingga meluluhkan hati para pihak yang berperang.

Film ini bener-bener membuat kita tertawa, sekaligus nangiiiis banget (karena saking menyayatnya XD). Oya, Welcome to Dongmakgol ini mendapatkan banyak penghargaan tingkat nasional maupun internasional. Yang paling kusuka dari film ini adalah backsound dan instrument song-nya! Yang paling kusuka yang judulnya “A Waltz of Sleigh” (soundtrack lengkap bisa didengar di SINI). Sedangkan untuk tahu plot cerita lengkapnya, bisa dilihat resensinya di SINI.

Watch here: Welcome to Dongmakgol


[Travel] Mecca – A Pilgrimage

$
0
0

Subhannallah, Alhamdulillah, Allahuakbar….

Ketika pertama kali menginjakkan kaki di tanah haram Makkah Al Mukarramah di bulan Agustus 2010, hatiku berdegup tak terkira. Entah, tak bisa digambarkan dengan kata-kata bagaimana suasana hatiku saat itu. Yang pasti, air mataku meleleh karenanya.

Alhamdulillah, aku diberi kesempatan dan rezeki untuk mengunjungi kota suci ini. Banyak cerita dan pelajaran yang kudapat dari “pengembaraan” selama 5 hari itu. Kulihat bahwa Makkah, tepatnya di sekitaran Masjidil Haram, merupakan suatu kota internasional 24 jam yang tak pernah mati, karena berjuta saudara seiman dari berbagai negara hadir di sini, memenuhi panggilan NYA untuk datang ke Baitullah. MasyaAllah…. It’s a big international event which happened not only in Hajj season, but anytime!

Beberapa hari terakhir aku teringat kembali tentang sebuah ide untuk naik haji namun berangkatnya ndak dari tanah air mengingat lamanya antrian berangkat (bisa mencapai 20 tahun untuk KTP Bekasi XD). Terinspirasi dari seorang sahabat yang menikah dan kemudian tinggal di Jepang bersama suaminya, mereka berangkat haji dari Jepang. Selain dari sisi biaya tidak terlalu berbeda dengan tanah air, resiko antrian lama bisa diminimalisir. Sejak itulah, semangat untuk berangkat haji di saat tinggal di luar negeri (*jadi mahasiswa lagi) mulai membara.

Saat ini yang terpikir adalah ketika berangkat haji nanti, bisa pergi bersama dengan suami yang sama-sama sedang menuntut ilmu di luar negeri (aamiin, Ya Allah XD). Yang kepikiran sekarang untuk lanjut studiku nanti adalah Jepang atau Turki (*berhubung Turki lebih dekat dengan Arab Saudi, sepertinya ini lebih memotivasi dan menarik hati. hehehe)

Semoga aku bisa berkunjung lagi, sesering mungkin. Semoga aku dan juga kita semua diberikan kemudahan waktu, kesehatan dan rezeki halal untuk bisa menjawab panggilan NYA untuk datang ke sana. Aamiin ya Rabb…

img-0018etsmtq42bpufjpyqkuoirel3qnmid360202422


Viewing all 257 articles
Browse latest View live