Salah satu hal menarik buatku selama studi di Taiwan adalah belajar sambil mempraktikkan bahasa Mandarin. Sebagai informasi, selain travel freak, aku juga adalah seorang language freak . Kesukaan pada Asia Timur harus didukung dengan penguasaan bahasanya. Selain itu, agak sayang rasanya, kalau kesempatan belajar bahasa di native country dilewatkan.
By the way, bahasa ada ribuan jumlahnya di dunia ini. Tapi, mengapa aku memilih untuk mempelajari bahasa Mandarin dari sekian ribu bahasa itu? Alasannya karena bahasa Mandarin (Zhongwen) itu dipakai oleh lebih dari 1,3 milyar penduduk RRC. Selain itu, diaspora overseas Chinese (warga keturunan China) ada di hampir seluruh Negara di dunia. Negara mana sih yang nggak ada China town-nya? Bisa dibayangkan, betapa bahagianya apabila kita bisa berkomunikasi dengan 1,3 milyar penduduk dunia. haha…
Selama mempelajari bahasa Mandarin, kusadari bahwa bahasa ini memang layak mendapat gelar sebagai salah satu bahasa tersulit di dunia. Lidahku sering keseleo karena berbagai shengdiao (nada-nada) yang meliuk-liuk. Kering rasanya bibir ini mengulang-ulang kata yang sama, agar dapat terucap dengan nada yang benar. Belum lagi ketika mempelajari karakter kanjinya. Tapi, justru di situ keunikan dari bahasa Mandarin. Kanji merupakan karakter piktograf tertua di dunia yang masih aktif dipakai. Berbeda halnya dengan karakter Baji – Sumeria dan Hierogliph – Mesir yang sudah lama punah.
Mempelajari bahasa asing di native country-nya memang sangat efektif dan bermanfaat, karena bisa langsung kita praktikkan di dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya di Taiwan sini, di beberapa kampus diberikan kursus Mandarin secara gratis bagi mahasiswa asing. Kalau di kampusku, ada sebuah kelompok sukarelawan yang terdiri dari para istri dosen yang sudah pensiun untuk membantu pembelajaran bahasa mandarin dan kebudayan China secara gratis untuk para mahasiswa asing. Namanya adalah Campus Caring Group. Beberapa waktu lalu, aku pernah mengikuti workshop membuat kerajinan tradisional China, dan juga mengikuti trip gratis ke Yilan bersama mereka .
Mandarin di China dan Taiwan
Oya, sekedar informasi, ada beberapa perbedaan dalam bahasa Mandarin yang digunakan di China daratan dengan di Taiwan. Antara lain; ejaan/ pengucapan bahasa Mandarin di China daratan menggunakan sistem pinyin, sedangkan di Taiwan dengan Bopomofo dan sistem Wade-Giles. Sebagai contoh untuk membedakannya: 北京, jika ditulis dengan pinyin dibaca: Běijīng, sedangkan dengan Wade-Giles dibaca: Peking.
Berhubung ketika di UI dulu aku belajar dengan pinyin, maka ketika di Taiwan sini sempat mengalami kesulitan dalam “meromanisasikan” karakter kanji. Selain itu, kanji yang dipakai di China daratan adalah yang sudah disederhanakan (simplified), sedangkan di Taiwan menggunakan kanji tradisional (asli, dan lebih rumit). Contohnya: untuk kanji Negara “China”, karakter simplified: 中国, sedangkan untuk tradisional: 中國.
Namun, walaupun begitu, menurut pendapatku ketika kita berada di Taiwan, ada baiknya mempelajari bahasa Mandarin, walau itu hanya tingkat dasar. Selain berguna untuk keseharian kita, juga bisa menambah kemampuan bahasa kita. For your information, sebagai salah satu “goal” dalam belajar bahasa Mandarin, ada baiknya juga untuk mengambil TOCFL (Test of Chinese as Foreign Language). Ini semacam TOEFL untuk bahasa Mandarin, dan diakui secara internasional.
Tesnya diadakan di Taiwan dan beberapa Negara lain sebanyak 2 kali dalam setahun. Ada 5 level, dengan pembagian tingkat dasar/ A (level 1,2), tingkat menengah/ B (level 3 dan 4), dan tingkat mahir/ C (level 5). Adapun untuk tesnya, terbagi menjadi 4 sections terpisah; reading, listening, writing dan speaking. Kita bisa memilih ingin menguti section yang mana. insyaAllah, sebelum meninggalkan Taiwan per Agustus 2014 nanti, minimal sertifikat TOCFL level 3 sudah di tangan ! Mari
