Setelah sekian lama absen di dunia per-blog-an, kini saatnya daku kembali :). Kali ini yang ingin ku-posting adalah tentang Taiwan indigenous people (orang “asli” di Taiwan).
Semester yang lalu, aku bersama teman kelompok proyek kelas melakukan penelitian lapangan terkait ethnic structure in Taiwan. Kami berkunjung ke Wulai, skitar 1 jam perjalanan dari Taipei untuk melihat langsung kehidupan salah satu masyarakat asli Taiwan bernama “Atayal”.
Banyak yang tidak mengetahui bahwa sebenarnya Taiwan itu penduduk aslinya bukanlah orang Han. Han China adalah bangsa pendatang dari China daratan. Mereka sudah ada sejak Dinasti Ming, namun gelombang terbesarnya hadir di Taiwan pada masa Dinasti Qing (bareng Koxinga) dan masa pelarian KMT ke Taiwan pada 1949.
Nah, menurut profesorku yang ahli di bidang antropologi dan etnologi, beliau mengatakan bahwa orang-orang asli yang mendiami Taiwan adalah orang-orang dari rumpun bahasa Austronesia (mirip dengan orang asli di Indonesia, ex: Dayak, dll). Maka gak heran, kalau bertemu dengan orang asli Taiwan, kita bisa sering salah mengira bahwa mereka dari Indonesia atau Malaysia.
Pernah, satu waktu dalam sebuah konferensi Internasional di Penghu, aku melihat seorang bapak-bapak yang terlihat “ikhwan”, karena berwajah sangat melayu dan ada janggut tipis di dagunya. Aku yang saat itu mengira satu-satunya peserta muslim, langsung kegirangan. Langsung saja kusapa bapak itu, kuucapkan salam. Tapi anehnya, bliau hanya tersenyum dan berbicara dalam bahasa mandarin. Ooow, ternyata beliau adalah orang dari grup “Yami” di Green Island (Ludao). Malunya daku, setengah mati XD
***
Dari total 14 indigenous groups yang ada di Taiwan, kelompokku memilih untuk membahas “Atayal”. Atayal, juga dikenal sebagai Tayal atau Tayan, berarti “genuine person” atau “brave man“. Saat ini, diperkirakan ada sekitar 91.883 orang Atayal, ato sekitar 23.1% dari total keseluruhan populasi indigenous people di Taiwan. Sebelumnya, Atayal merupakan kelompok terbesar, tapi Taroko dan Sediq yang merupakan sub-group dari Atayal, beberapa tahun yang lalu mendapatkan pengakuan sebagai group tersendiri.
Persebaran orang Atayal adalah yang paling luas dibandingkan group lainnya. Mereka tersebar dari utara hingga tengah Taiwan, dan juga dari barat hingga Timur Taiwan (lihat peta di bawah). Mereka mendiami wilayah Taipei, Yilan, Hualien, Taoyuan, Hsinchu, Miaoli, Taichung dan Nantou counties.
Gaga
Nah, tiap masyarakat dan budaya itu memiliki aturan dan ethics-nya sendiri-sendiri. Untuk Atayal, peraturan tersebut disebut sebagai “Gaga”, yang menjadi prinsip tertinggi mencakup kebiasaan, peraturan dan nilai moral yang diturunkan dari generasi ke generasi. Gaga berperan sangat penting bagi masyarakat Atayal. Ini menjadi dasar dari setiap tradisi yang ada.
Perburuan Kepala (Headhunting)
Mendengarnya saja, bulu kudung langsung merinding. Tradisi berburu kepala ini memang dilakukan oleh orang-orang dari group ini, namun kemudian semasa kolonial Jepang pada tahun 1930an, perburuan ini dilarang. Headhunting biasanya dilakukan secara tidak teratur dan dalam skala kecil.
Jika menggunakan perspektif kebudayaan dan tradisi Atayal, maksud dari headhunting ini adalah untuk memperkuat kekuatan para nenek moyang mereka. Mereka percaya bahwa roh dari orang yang dipenggal itu akan melindungi para pemburu dan roh tersebut akan bergabung bersama ancestral spirits. Selain itu, berburu kepala juga menjadi jaminan bisa memasuki dunia roh nenek moyang setelah mereka mati nanti.
Khususnya buat kaum adam, untuk bisa mendapatkan tato wajah, seorang laki-laki Atayal harus membawa satu kepala manusia. Dan kepala itu diperlakukan secara istimewa, dihormati, diberi makanan dan minuman serta diharapkan bisa membawa keberuntungan dalam panen raya.
Tato Muka (Facial Tattoo/ Ptasan)
Selain headhunting, tradisi tato muka merupakan tradisi penting dan termasuk di dalam “gaga”. Orang-orang Atayal bisa mulai mendapatkan tato ini pada umur sekitar 15-16 tahun. Buat mereka, tato ini sebagai penanda kedewasaan dan juga tanda kehormatan, serta sebagai pembeda dengan kelompok lainnya, terutama ketika mereka melakukan praktik headhunting.
Mereka percaya jika orang yang tidak memiliki tato muka akan ditolak rohnya dan tidak bisa memasuki dunia nenek moyang ketika mereka mati nanti, serta tidak bisa menyebrangi hongu utux, atau jembatan roh/ pelangi ke dunia selanjutnya.
Untuk laki-laki, tato di wajah letaknya di dahi dan dagu. Ketika sudah cukup umur, baik wanita maupun laki-laki Atayal mendapatkan tato di dahi. Namun, untuk tato di dagu, laki-laki Atayal baru bisa mendapatkannya ketika sudah punya pengalaman headhunting. Sedangkan untuk wanita, tatonya terletak di pipi dengan garis dari telinga sampai ke bibir. Untuk mendapatkan tato pipi ini, wanita harus memiliki keahlian menenun kain untuk pakaian. Hanya mereka yang bertato-lah yang bisa menikah.
Sekian penjelasan singkat tentang Atayal. Untuk lengkapnya mengenai Wulai dan pariwisata di sana, detailnya bisa disimak di file presentasi berikut: The Atayal and Tourism in Wulai; Past and Present
Enjoy :)! Let’s learn the diversity of His creation :)
