Di bagian terakhir dari serial postingan seleksi beasiswa LPDP, saya akan membahas tentang verifikasi dokumen dan wawancara.
Verifikasi Dokumen
Untuk tahapan ini, walaupun terlihat “mudah”, namun sifatnya sangat krusial dan penting dalam proses seleksi beasiswa LPDP. Verifikasi dokumen dilakukan bisa sebelum atau sesudah tahapan essay on the spot dan LGD, tapi PASTI dilakukan sebelum wawancara. Jika ada satu saja dokumen yang ditunjukkan tidak asli dan tidak sesuai dengan saat yang digunakan saat seleksi administrasi online, maka kita tidak bisa mengikuti seleksi wawancara (means kita gugur).
Oleh karena itu, jangan sampai ada dokumen yang tertinggal sebelum menuju hari H ujian. Jangan lupa untuk double check kelengkapan dokumen yang diminta untuk diverifikasi. Dokumen yang dibawa merupakan Dokumen Asli (Bukan Fotocopy/ Legalisir/ hasil Scan), dan dokumen tersebut diurutkan sesuai dengan ketentuan yang diminta (lembar kontrol verfikasi dokumen dan urutannya akan disampaikan melalui email bersamaan dengan jadwal seleksi).
Dokumen yang harus dibawa, antara lain:
- KTP (Kartu Tanda Penduduk) asli
- Print Lembar Kontrol Verifikasi Dokumen
- Print Out Formulir Pendaftaran
- Proposal Penelitian (Program Doktoral)
- Ijazah (S1/S2)
- Transkrip Nilai (S1/S2)
- Sertifikat TOEFL / IELTS/ Sertifikat Bahasa asing lainnya
- Surat Pernyataan Bermaterai
- Surat Ijin Belajar sesuai format LPDP (Bagi Yang sedang Bekerja/PNS)
- Surat Rekomendasi sesuai format LPDP
- LoA Unconditional/ Conditional (Bagi Yang sudah Memiliki)
- STR (Program Dokter Spesialis)
- Surat Berbadan Sehat dan Bebas Narkoba
- SKCK dari Polres
- Foto 3×4/ 4×6 berwarna 1 lembar untuk ditempel di Kartu Peserta (untuk seleksi)
Nah, untuk verifikasi dokumen ini, peserta akan dibagi menjadi beberapa gelombang jadwal. Jadi dicek saja kapan jadwal verifikasinya. Kemudian, tiap peserta yang akan diverifikasi dokumennya akan dipanggil satu per satu ke meja verifikator, jadi gak usah khawatir akan berdesak-desakan dan rebutan siapa duluan. Yang penting siapkan telinga saat dipanggil dan bersabar aja ya
WAWANCARA
Untuk bagian wawancara, ini yang paling bikin deg-degan. Tiap calon awardee pasti punya cerita dan pengalaman tersendiri. Dari info yang saya dapatkan dari rekan-rekan yang pernah wawancara, ada beberapa pertanyaan dari interviewer yang sangat substantif alias terkait dengan riset. Ada yang mix antara kehidupan pribadi plus substantif. Bahkan ada juga pertanyaan yang gak disangka-sangka.
Tapi paling tidak ada beberapa persamaan dalam proses wawancara:
- Ada 3 interviewers: 1 orang psikolog (yang akan memperhatikan sikap dan psikologis kita), 1 orang ahli bidang kita (minimal doktor/ professor), dan 1 orang lagi biasanya profesional (praktisi) atau akademisi.
- Bahasa yang digunakan dalam wawancara disesuaikan dengan tujuan (dalam negeri atau luar negeri). Karena saya program doktoral luar negeri, jadi mulai duduk sampai pamitan, all conducted in English.
- Interviewer biasanya baru membaca profil lengkap dan rencana studi kita saat kita sampai di meja interview. Jadi, saat ditanya, presentasikan dengan selengkap-lengkapnya proposal rencana riset kita (tapi ya jangan kepanjangan). Jangan sampai bohong juga, karena biasanya interviewer akan kroscek informasi yang kita submit online dengan jawaban lisan kita.
- Perkenalan diri. Di awal pasti diminta perkenalan diri, nama, latar belakang studi, mau kuliah di mana, mengapa, dan belajar/ riset apa.
Nah, selain pertanyaan di atas, ada beragam variasi pertanyaan yang kita gak bisa prediksi. Beda interviewer, beda orientasi pertanyaannya. Saran saya, keep calm dan tetep be yourself.
Kalau pengalaman saya, beberapa pertanyaan yang ditanyakan adalah sbb:
- Perkenalan diri secara singkat.
- Presentasi proposal riset dan beberapa pertanyaan substantif riset terkait latar belakang, rumusan masalah, teori, dan metode.
- Apa manfaat riset bagi Indonesia?
- Mengapa memilih Jerman? Mengapa tidak di Asia (*mengingat minat studi saya adalah Asian Studies)
- Rencana pasca-studi S3.
Alhamdulillah selama proses wawancara, saya bisa menyampaikan dengan lancar. Walaupun sempet keringat dingin karena “agak dibantai” dengan serangkaian pertanyaan substantif terkait riset saya. Berasa seperti sidang skripsi/ tesis lagi. hehehe…
Di akhir wawancara, salah satu interviewer memberikan beberapa masukan substantif terkait proposal riset saya. Menurut beliau, saya sebaiknya mengubah sudut pandang riset supaya lebih general dan implementatif untuk konteks di tanah air.
Kira-kira begitu gambaran singkat proses wawancara saya.
Nah, setelah menunggu kira-kira 3-4 pekan setelah jadwal seleksi substansi, akhirnya hari pengumuman pun tiba. Alhamdulillah, pada 21 Desember 2015 sore pukul 16.30 saya mendapat email notifikasi tentang penerimaan beasiswanya, dan saya resmi menjadi salah satu dari 1000-an awardee BPI LPDP Batch IV tahun 2015. Allahu Akbar! (*sujud syukur).
Pengumuman beasiswa LPDP hanyalah awal mula dari proses panjang. Masih banyak proses dan perjuangan lain yang menanti (*persiapan PK dan juga pencarian LoA. Juga persiapan administratif untuk keberangkatan lainnya). Bismillah, semoga dilancarkan, diberkahi dan diridhoi Allah swt hingga hari H keberangkatan ke Jerman tahun 2017 nanti. aamiin…
Semangat dan selamat berjuang ya, para pejuang ilmu
